DISUSUN
Oleh :
NAMA ANDA
NIM ANDA
FAKULTAS ANDA DIDIK
UNIVERSITAS YANG MENAUNGI ANDA
KOTA KAMPUS ANDA
TAHUN
KATA PENGANTAR
Puji
 dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah 
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat 
menyelesaikan panulisan makalah  ini yang berjudul “Teknik Dasar 
Karate”.
Selawat 
beriringkan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita 
Muhammad SAW, karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah 
kita dapat menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Kami
 menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara 
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami 
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga 
kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang. 
Akhirnya
 dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
 kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.
Amiin Yarabbal ‘alamin.
        Banda Aceh, 14 Desember 2011
        Penulis
DAFTAR ISI
Halaman :
Kata Pengantar         i
Daftar Isi         ii
Bab    I    Pendahuluan
    A.    Latar Belakang         1
    B.    Tujuan         2
Bab    II    Pembahasan
    A.    Teknik Karate         3
    B.    Lapangan dan Peralatan         5
    C.    Falsafah Karate         7
    D.    Aliran-aliran Karate         7
Bab    III    Kesimpulan         11
Daftar Pustaka         12
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
    
 Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri 
karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama 
kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate 
masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang 
tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji 
Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan
 Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate 
terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ dan berarti 
‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama
 artinya “tangan kosong” (pinyin: kongshou).
Menurut
 Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World 
Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama 
yaitu:
1.    Shotokan
2.    Goju-Ryu
3.    Shito-Ryu
4.    Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
    
 Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di 
atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan 
Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai 
aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar 
WKF".
     Di negara 
Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah 
JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF 
(dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations).
 Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang 
mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah 
terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", 
berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
     Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
1.    Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis.
2.    Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
3.    Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
    
 Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional
 dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela 
diri dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan 
teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.
B.    Tujuan
-    Mengetahui pengertian dari karate itu sendiri
-    Mengetahui macam-macam aliran karate
-    Mengenal latihan-latihan dasar karate
-    Mengetahui falsah dari beladiri karate
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teknik Karate
    
 Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar),
 Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga 
diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung 
(nunchaku).
1.    Kihon
Kihon
 (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi 
Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan 
Kumite. Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan 
(sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk 
Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
2.    Kata
Kata
 (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak
 hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung 
pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan 
dan pernapasan yang berbeda. Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. 
Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar 
Kata.
Setiap aliran 
memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai 
contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di 
aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran 
juga berbeda.
Pada 
pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, 
baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata 
wajib dalam peraturan pertandingan.
Para
 peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila lulus, peserta akan 
mengikuti babak selanjutnya dan dapat memperagakan Kata pilihan.
Pertandingan
 dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu 
dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan Kata , para peserta 
diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai
 lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut
 standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata
 yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, 
Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
-    Shotokan : Kankudai dan Jion.
-    Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
-    Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
-    Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Karateka
 dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata 
JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana 
dimainkan oleh perguruan 4 besar di atas.
3.    Kumite
Kumite 
 secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh 
murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada
 dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). 
Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite
 yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran
 olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk
 aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah
 mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat 
menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Kumite
 dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat 
badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk 
putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau
 babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang 
juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 
babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu
 tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan 
masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang 
paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
Untuk
 aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah 
dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi 
Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat 
tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk
 aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas 
kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, 
yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik 
yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau 
Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus 
Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.
Pertandingan Karate
Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu :
a    Kumite (perkelahian) putera dan puteri
b    Kata (jurus) putera dan puteri
B.    Lapangan dan Peralatan
1.    Luas Lapangan
   
 Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung 
dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter
 pada tiap sisi.
    Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
    
 Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu 
peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x
 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah 
dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka 
yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan 
dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai 
adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat
 memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang 
paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena 
bertanding efektif.
2.    Peralatan dalam pertandingan karate
Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate :
a    Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
b    Pelindung tangan
c    Pelindung tulang kering
d    Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
e    Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
1)    Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
2)    Pelindung tubuh untuk kontestan putri
3)    Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
f.    Peluit untuk arbitrator/alat tulis
g.    Seragam wasit/juri
1)    Baju putih
2)    Celana abu-abu
3)    Dasi merah
4)    Sepatu karet hitam tanpa sol
h    Papan nilai
i    Administrasi pertandingan
j    Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan dengan pencatat waktu (stop watch).
    
 Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah 
pelindung selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang 
lain tidak diperkenankan.
C.    Falsafah Karate
1.    Rakka 
(Bunga yang berguguran)
Ia
 adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud 
setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap
 agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri 
sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua
 bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada 
orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh 
menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup 
kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan 
itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk 
membela diri.
2.    Mizu No Kokoro 
(Minda itu seperti air)
Konsep
 ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah 
dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah 
untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda 
itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat 
melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya 
dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danau itu akan 
kabur.
D.    Aliran Karate
Seperti
 telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan 
sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
a.    Shotokan
    
 Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai 
gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai 
Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa 
ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi 
dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah 
dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, 
yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda 
yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan 
cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung 
beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
b.    Goju-ryu
Goju
 memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan 
teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di 
Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya 
popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), 
aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui 
banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, 
sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri 
Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang 
sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga 
Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar 
para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima 
pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang 
bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
c.    Shito-ryu
Aliran
 Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari 
banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 
40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di 
Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan 
memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan,
 ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka 
bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak 
rapat seperti Goju.
d.    Wado-ryu
Wado-ryu
 adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo
 Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik 
kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan 
teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan 
lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu 
menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara 
frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir 
(bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu 
seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, 
dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu 
menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa 
menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:
a.    Kyokushin
Kyokushin
 tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, 
aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta 
turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun
 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin
 mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo 
Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan 
full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang 
sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat 
keprajuritan (budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu 
aliran karate paling keras. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite 
(kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji 
melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri 
telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini 
untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
b.    Shorin-ryu
Aliran
 ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh
 Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, 
seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin 
Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan 
Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok 
adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti
 Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
c.    Uechi-ryu
Aliran
 ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari 
beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar 
beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan 
dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, 
terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).
BAB III
KESIMPULAN
    
 Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni 
bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri 
ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. 
Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang 
tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji 
Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan
 Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate 
terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空 dan berarti 
‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji 
bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).
Menurut
 Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World 
Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama 
yaitu:
1.    Shotokan
2.    Goju-Ryu
3.    Shito-Ryu
4.    Wado-Ryu
Pada
 zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan 
aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri 
dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan 
teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.
DAFTAR PUSTAKA