Sebarkan Ilmu Untuk Indonesia Yang Lebih Maju
Tampilkan postingan dengan label psikologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label psikologi. Tampilkan semua postingan

psikologi Perkembangan Pendidikan Anak Masa Usia Sekolah Dasar

 KARYA TULIS ILMIAH

 Perkembangan Pendidikan Anak Masa Usia Sekolah Dasar

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

Nama : saya joyo rahadjo

 

SEKOLAH TINGGI SEKALI

JURUSAN AYO BERUSAHA

PRODI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2020

BAB I

PERMASALAHAN YANG MENGAKIBATKAN PERCERAIAN

A.      Latar Belakang Masalah

Tingkat perceraian yang terjadi di Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang begitu tinggi, data yang diperoleh dari beberapa kota di Indonesia, perceraian paling banyak dilakukan oleh isteri yang gugat cerai. Di Jakarta dan Bandung perceraian isteri gugat cerai meningkat sampe 60 persen, dan di Surabaya perceraian isteri gugat cerai meningkat hingga 80 persen. Alasan perceraian ini paling banyak disebabkan karena adanya perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pihak baik dari pihak suami ataupun isteri. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya perceraian paling banyak dilakukan oleh pihak suami yang mentalak isterinya atau sebaliknya isteri yang menggugat cerai suami dengan alasan: (1) faktor ekonomi (2) kekerasan dalam rumah tangga (3) cemburu membabi buta (3) poligami (4) penikahan dini, dan lain sebagainya. Dan masalah perselingkuhan menjadi urutan yang kesekian. Meskipun sebelumnya perselingkuhan sudah banyak dilakukan, tetapi mereka masih tetap mempertahankan pernikahan mereka melalui jalan damai, mereka masih memikirkan nasib anak-anaknya. Saat ini masalah perselingkuhan menjadi alasan utama dan paling dominan untuk dijadikan sebagai alasan perceraian.

Islam adalah agama fitrah dan agama Allah, yang menghendaki kemakmuran bumi. Sesungguhnya Islam membawa larangan untuk membujang selamanya dan menganjurkan nikah kepada siapa saja yang berkemampuan. Perkawinan di sayariatkan oleh Allah SWT, untuk kelanggengan keturunan dan regenerasi kekhalifahan/ kepemimpinan di bumi. Dalam perkawinan kita wajib meletakkan empat pokok persoalan agar perkawinan menjadi sempurna. Empat hal tersebut ialah: keturunan, kenikmatan jiwa dan raga, pencapaian kesempurnaan insane dan tolong menolong dalam membina kehidupan.

Namun dalam menjalani kehidupan perkawinan, jarang terjadi dalam kenyataan suami isteri yang hidup bersama tanpa ada kesulitan dan perselisihan yang datang dengan tiba-tiba. Seperti masalah kekerasan dalam rumah tangga, masalah ekonomi, perselingkuhan, dan lain sebagainya. [1]

Perceraian dalam Islam pada prinsipnya dihalalkan. Ini dapat dilihat pada isyarat Rasulullah bahwa talak atau cerai adalah perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah SWT.

آ بغض آلحلا ل آلى اللٌه الطلاق رواه ابو داود وابن ماجه والحاكم عن ابن عمر

Sesuatu perbuatan yang halal yang paling dibenci oleh Allah adalah talak perceraian. ( Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, dan Al Hakim dari Ibnu Umar).

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, perceraian diatur dalam pasal 38-41. Pada pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa untuk melakukan perceraian harus ada alasan, yaitu antara suami isteri tidak akan hidup rukun sebagai suami isteri. Selanjutnya pada Pasal 39 ayat (2) ini dijelaskan oleh penjelasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar perceraian adalah:

1.     Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

2.     Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuan.

3.     Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun.

4.     Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

5.     Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri.

6.     Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

7.     Peralihan agama.

Dari ketujuh alasan diatas secara eksplisit mengandung makna bahwa antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu menerapkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.[2] Jika kita hubungkan, dengan terjadinya perselingkuhan yang dilakukan baik oleh pihak suami atau isteri, pihak yang dirugikan atau disakiti akibat perselingkuhan biasanya akan merasa marah, kecewa, sakit hati, mengalami gangguan fisik, sosial, ataupun psikologis, dan sikap tidak saling percaya antara satu dengan yang lain sehingga dapat menimbulkan percekokan, perselisihan, dan pertengkaran dalam rumah tangganya secara terus menerus dan sulit untuk didamaikan. Dalam keadaan demikian pihak yang merasa tersakiti akan mengajukan permohonan cerai talak atau gugatan cerai ke pengadilan yang berwenang. Padahal dalam kasus perselingkuhan seharusnya tidak harus langsung mengambil keputusan untuk melakukan perceraian kecuali jika dalam perselingkuhan tersebut sudah dinodai dengan telah melakukan hubungan zina, persoalan ini lain lagi, sudah jelas jika berzina maka alasan untuk mengajukan perceraian sangat tepat yaitu karena alasan zina. Jika tidak mereka dapat mempertahankan perkawinan daripada bercerai. Dalam menyelesaikan permasalahan perselingkuhan, agar tidak terjadi perceraian dapat dilakukan pemulihan hubungan dengan pasangan perkawinan baik dilakukan oleh kedua belah pihak suami isteri, kelurga, ataupun dari pihak mediasi pengadilan.[3]


Berangkat dari sinilah penyusun akan mencari jawaban tentang dapatkah perselingkuhan dijadikan alasan perceraian menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan apa saja cara penaggulangan perselingkuhan menurut ajaran Islam.

B.      Rumusan Masalah

Agar lebih praktis dan operasional, maka masalah studi ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut:

1.     Dapatkah perselingkuhan dijadikan sebagai alasan perceraian menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974?

2.     Bagaimana penanggulangan perselingkuhan menurut ajaran Islam?

C.      Kajian Pustaka

Masalah perselingkuhan yang dapat dijadikan alasan perceraian sebenarnya dalam UU Perkawinan tidak disebutkan secara jelas, namun dampak dari perselingkuhan ini dapat menyebabkan suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran terdapat dalam pasal penjelasan pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan berujung pada perceraian. Beberapa buku yang dapat dijadikan rujukan adalah Menyikapi Perselingkuhan, KUHP, dan tafsir Al-Quran. Buku-buku tersebut ditunjang juga dengan makalah- makalah dari berbagai sumber penelitian-penelitian sebelumnya.

D.      Tujuan Penelitian

1.     Untuk mengetahui dapat atau tidaknya perselingkuhan dijadikan sebagai alasan perceraian menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

2.     Untuk mengetahui penanggulangan perselingkuhan menurut ajaran Islam.

E.      Kegunaan Hasil Penelitian

1.     Memperkaya khasanah keilmuan.

2.     Dapat memberikan pelajaran kepada semua orang agar tidak melakukan perselingkuhan yang akan menimbulkan banyak masalah dalam rumah tangga.

F.       Metode Penelitian

1.     Data yang telah dihimpun, data yang diperlukan dalam penelitian ini, secara global terdiri atas:

a.     Pengertian perselingkuhan.

b.     Sebab-sebab perilaku perselingkuhan.

c.     Dampak perselingkuhan terhadap pasangan dan anak.

d.     Cara mencegah perceraian akibat perselingkuhan dengan pemulihan hubungan dengan pasangan perkawinan.

e.     Pengertian perceraian.

f.      Perceraian dan alasannya menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

2.     Sumber data dan teknik pengumpuan data tergambar pada jenis-jenis data global diatas, digunakan data sekunder yang terdiri atas:

a.     Bahan primer, yaitu tafsir Al-qur’an, buku-buku yang berkaitan dengan perselingkuhan dan Undang-Undang Nomor1 Tahun 1974.

b.     Bahan sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai data primer, yaitu buku-buku perkawinan yang dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974.

c.     Bahan tersier, yang memberikan penjelasan terhadap data primer dan data sekunder diperoleh dari kamus, ensiklopedia, dan lain sebagainya.

3.       Pengelohan data

Data-data yang diperoleh tersebut akan diolah dengan tahap-tahap:

a.     Editing, pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh

b.     Pengorganisasian data, melakukan menyusun dan mensistemasasikan data yang digunakan.

c.     Melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah, teori, dalil, dan sebagainya, sehingga diperoleh simpulan-simpulan yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam perumusan masalah

3.     Teknis analisis data

Dalam menganalisa data yang disajikan dipergunakan beberapa metode, yaitu:

a.     Deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan atau status fenomena.

b.     Komperatif non hipotesis, yaitu mengadaka kompensasi status fenomena dan standarnya.

c.     Deduktif, metode ini diterapkan dalam menguraikan masalah perkawinan yang berhubungan dengan ilmu psikologis dan dasar umum.

G.      Sistematikan Penelitian

Sistematika pembahasan ini disusun dalam lima bab sebagai berikut:

1.     Bab I, mulai menampilkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode peneltian, dan sistematika pembahasan.

2.     Bab II, mulai memaparkan tentang landasan teori dari pembahasan ini, dengan mengemukakan tentang pengertian perselingkuhan, sebab-sebab perilaku perselingkuhan, dampak perselingkuhan terhadap pasangan dan anak, perselingkuhan yang dapat dijadikan alasan perceraian penjelasan UU/74 NO.39 ayat 2 .

3.     Bab III, dalam bab ini dicantumkan penaggulangan perselingkuhan menurut ajaran Islam yang meliputi pemulihan hubungan dengan pasangan perkawinan yang disebabkan karena perselingkuhan.

4.     Bab IV, dalam bab ini adalah analisis data yang berisi perselingkuhan yang dapat dijadikan alasan perceraian penjelasan UU/74 NO.39 ayat 2 dan penaggulangan perselingkuhan menurut ajaran Islam

5.     Bab V, akan dikemukakan kesimpulan dari pembahasan ini disertai saran-saran sebagai penutup.

[1] Abdurrahman Abdul Kholiq. Kado Pernikahan Barakoh. (Banguntapan:  Al-Manar, 2004), hal: 9

[2] Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

[3] Monty P. Satiadarma. Menyikapi Perselingkuhan. (jakarta: Pustaka Populer Obor, 2001), hal: 37 & 38

MAKALAH KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK DAN REMAJA

MAKALAH
KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK DAN REMAJA
Mata Kuliah : Ilmu Gizi










Di Susun Oleh :
Wahyu Kuncoro Aji
NIM : 09604227156



S1 PGSD PENJAS
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah ilmu gizi.Tidak lupa saya ucapkan kepada teman, keluarga yang telah mendukung sehingga selesailah makalah ini.
Penulis mnenyadari bahwa dalam penulisan ini penulis masih banyak kekurangannya oleh karena itu mohon kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan teman-teman yang membutuhkan.





Wassalamualaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Oktober 2009



Penulis

KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK DAN REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya mobilitas para remaja saat ini merupakan salah satu keberhasilan bagi bangsa kita, di karenakan para remaja yang ada di negara ini sekarang sudah mempunyai kegiatan-kegiatan yang positif yang mampu memacu perkembangan pola berfikir para remaja tersebut. Akan tetapi globalisasi seperti itu akan berdampak negative terhadap kesehatan para remaja, walaupun secara globalisasi para remaja saat ini memberi keuntungan bagi bangsa Indonesia.
Perkembangan teknologi khususnya bidang telekomunikasi sangat mempengaruhi perkembangan para remaja. Remaja semakin giat mengikuti perkembangan teknologi sehingga berdampak sempitnya ruang dan waktu yang ada bagi remaja untuk memikirkan kesehatannya. Jadwal dan kegiatan yang padat mengakibatkan sebagian remaja memilih makanan siap saji tanpa memikirkan gizi yang dibutuhkan tubuh. Kemudahan-kemudahan di berbagai bidang serta sempitnya ruang dan waktu mengakibatkan anak dan remaja kita menjadi sangat kurang beraktivitas jasmani.
Dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu kegiatan kita memerlukan adanya energi di dalam tubuh kita. Semakin banyak energi yang ada pada tubuh kita, maka semakin banyak kegiatan yang bisa kita lakukan. Tetapi dengan keadaan yang saat ini serba instant, serba mudah, maka gizi yang seimbang sangatlah susah di capai untuk anak dan remaja yang aktif sehingga kesehatanpun terabaikan.
B. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana solusi untuk anak dan remaja yang disibukan dengan kegiatan-kegiatannya maupun gaya hidup yang sekarang banyak di lakukan oleh anak dan remaja.


BAB II
PEMBAHASAN
Dasar pemikiran
Anak-anak dan para remaja saat ini sangat dituntut untuk mempunyai prestasi dan harus bisa mengikuti alur perkembangan jaman. Oleh sebab itu banyak sekali anak-anak dan para remaja kurang memikirkan tentang kondisi fisiknya baik atau tidak. Mereka hanya memikirkan kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti dan biasanya di tuntut untuk memperoleh suatu prestasi. Jika mereka mempunyai kegiatan yang memang memerlukan kegiatan fisik misalnya olahraga, mungkin pola makan sudah di atur oleh mereka guna menjaga tubuh mereka agar tetap fit, jadi untuk anak-anak dan para remaja pada kelompok ini tidak ada masalah untuk masalah gizi. Tetapi jika melihat anak-anak dan para remaja yang berada di kelompok lain, misalkan di berbagai organisasi kampus, musik, dll, mereka tidak akan sempat memikirkan gizi yang dibutuhkan, karena mereka beranggapan memang tidak perlu untuk memikirkan hal tersebut. Beda sekali dengan kelompok anak-anak dan para remaja yang exist di cabang-cabang olahraga, mereka akan berusaha membuat badan tetap sehat dan fit agar supaya mereka masih bisa melakukan olahraga tersebut, karena mereka memang membutuhkan energi yang banyak jika di bandingkan dengan anak-anak dan para remaja di kelompok yang lain.
Untuk menghindari anak-anak dan para remaja pada umumnya yang tidak memikirkan pola makan yang sehat atau gizi yang di butuhkan dalam dirinya maka sangat penting sekali kita mengenalkan atau memberi pengertian tentang manfaat pola makan yang baik dan gizi seimbang bagi tubuh kita. Sehingga anak dan para remaja yang sering disibukan dengan aktivitas-aktivitas yang menyita banyak waktu akan sadar akan pentingnya pola hidup sehat dengan memakan makanan yang mempunyai gizi seimbang guna memenuhi energi yang dibutuhkan untuk tubuh kita.

Pengertian Gizi Seimbang
Yang dimaksud dengan gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang antar zat gizi yang di peroleh dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat, cerdas dan produktif.
Jadi jika anak dan para remaja ingin mempunyai gaya hidup yang sehat maka di samping melakukan olahraga kita juga harus mengatur pola makan yang baik, sehingga kebugaran badan tercapai dengan olahraga dan kebutuhan gizi yang dibutuhkan tubuh juga terpenuhi dengan mengatur pola makan, dengan kata lain jika kedua hal tersebut tercapai maka kita bisa melakukan aktifitas yang kita inginkan.

Komposisi gizi yang seimbang
Jika kita ingin mengetahui pola makan dengan gizi yang seimbang, maka kita harus mengetahui pedoman umum gizi seimbang disertai logo kerucut seperti di bawah ini :

Bahan makanan dikelompokan berdasarkan fungsi utama zat gizi, yang dikenal dengan istilah TRI GUNA MAKANAN, yaitu :
1. Sumber zat tenaga (padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-tepungan)
2. Sumber zat pengatur (sayur dan buah-buahan)
3. Sumber zat pembangun (kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil pengolahannya)
Digambarkan kelompok bahan makanan yang penggunaanya dibatasi, yaitu gula dan garam.









BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah tentang kebutuhan gizi pada anak dan remaja, semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi pembaca.


KESIMPULAN
Di jaman globalisasi seperti sekarang ini memang sangat mempengaruhi perubahan gaya hidup seseorang, termasuk perubahan pola makan. Jika pola makan yang diubah tersebut tidak memenuhi gizi yang dibutuhkan pada tubuh maka kesehatan pun akan berkurang, apalagi dengan generasi penerus bangsa yaitu anak-anak dan para remaja yang akhir-akhir ini disibukan dengan tuntutan belajar dan pergaulan. Oleh sebab itu pennting sekali pendidikan mengenai gizi yang dibutuhkan oleh mereka, jadi dengan sendirinya mereka akan tau betapa pentingnya gaya hidup sehat guna menunjang kehidupan yang akan datang.

PENTINGNYA KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

DEFINISI DAN TUJUAN KOMUNIKASI
    Beberapa definisi komunikasi dapat disebut di bawah ini.
1.    Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan, mengungkapkan “communication is the process by which system is established, maintained, and altered by menans of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system dapat didirikan, dipelihara dan diubah.
2.    Gatewood and Taylor (1996) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses memindahkan informasi dan pengertian (maksud) dari satu orang kepada orang lain.
3.    Stoner, Freeman dan Gilbert (1996) mengartikan komunikasi sebagai suatu proses yang dipergunakan oleh manusia untuk mencari kesamaan arti lewat tranmisi pesan simbolik.
4.    Newman dan Summer (1961) mengartikan komunikasi sebagai proses pertukaran fakta, ide, opini atau emosi melalui kata-kata, surat-surat, symbol-simbol atau pesan.

Beberapa alasan pentingnya Komunikasi:
a.    Komunikasi mendatangkan efektifitas yang lebih besar
b.    Komunikasi menempatkan orang-orang pada tempat yang seharusnya.
c.    Komunikasi membawa orang-orang untuk terlibat dalam organisasi dan meningkatan motivasi untuk melibatkan kinerja yang baik, dan meningkatkan komitmen terhadap organisasi.
d.    Komunikasi menghasilkan hubungan dan pengertian yang lebih baik antara bawahan, kolega, dan orang-orang di dalam organisasi dan di luar organisasi.
e.    Komunikasi menolong orang-orang untuk mengerti perlunya perubahan.
f.    Komunikasi meminimalkan permasalahan-permasalahan di dalam keorganisasian seperti konflik, stress, demotifasi dan loyalitas.

PROSES KOMUNIKASI
    Proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima, menggunakan isyarat tangan, atau menggunakan sarana komunikasi tertentu lainnya.

1.    Pengirim (sender)
Proses komunikasi diawali oleh pengirim sebagai sumber pesan. Pengirim, dalam kerangka keorganisasian dapat berupa karyawan biasa, manajer, atau pihak luar yang memberikan gagasan, maksud, informasi dan bertujuan mengadakan kumunikasi. Pengirim dalam hal ini telah menentukan makna apa yang akan disampaikannya. Agar apa yang akan disampaikan itu dapat tersusun dengan baik, maka sender perlu menyusun sebuah rencana yang berisi makna utama apa yang akan disampaikan.

2.    Penyandian (encoding)
Tindakan pemberian arti simbol-simbol pada pemikiran, misalnya memutuskan kata-kata mana yang harus dikatakan atau ditulis disebut sebagai penyandian (encoding). Penyandian itu perlu karena informasi hanya dapat dikirimkan dari seorang kepada orang lain lewat perwakilan atau sandi.

3.    Saluran Komunikasi (communication chanel)
Ketika orang-orang berkomunikasi dalam lingkungan organisasi, mereka biasanya menggabungkan tampilan vokal (saluran pendengaran) dan pandangan (saluran penglihatan). Sentuhan (saluran peraba), penciuman (saluran penciuman), dan perasa (saluran saraf) juga digunakan dalam saluran pesan dalam komunikasi. Fungsi saluran komunikasi di sini adalah sebagai alat menyampaikan pesan. Untuk menyampaikan pesan yang dimaksud, seseorang dapat meggunakan berbagai macam, yaitu tatap muka, telepon, pertemuan kelompok, komputer, memo, pernyataan kebijakan, system imbalan, jadwal produksi, dan ramalan penjualan.

4. Pengertian Sandi (Decoding)
    Pesan yang diterima kemudian diinterpretasikan dan diterjemahkan ke dalam informasi yang mempunyai arti. Proses ini dilakukan dengan dua cara, pertama penerima harus menerima, kemudian mengartikannya. Pengertian dipengaruhi oleh pengalaman penerima, pemilihan penilaian pribadi mengenai simbol dan gerakan tubuh yang dipakai, dan harapan. Meciptakan gelombang suara yang penuh arti adalah sandi yang tepat, yang pantas untuk penyandian dengan melalui suatu sumber; menterjemahkan gelombang suara ke dalam pemikiran merupakan penguraian sandi (decoding).

5. Penerimaan (Receiver)
    Bila pesan tidak sampai pada penerima, maka komunikasi itu belum terjadi. Artinya, pesan yang dikirimkan itu harus diterima baik (dipahami) oleh penerima. Oleh karena itu pesan yang dikirimkan harus jelas kepada siapa pesan itu ditujukan. Dalam hal ini kita tidak akan menggunakan cara yang sama dalam berkomunikasi kepada anak-anak dan berkomunikasi kepada orang dewasa. Jadi dalam berkomunikasi siapa pendengarnya perlu dipertimbangkan.

6. Umpan Balik (Feedback)
    Sebuah rangkaian umpan balik (Feedback) memberi saluran bagi tanggapam penerima yang memungkinkan sender untuk menentukan apakah pesan telah diterima dan menghasilkan tanggapan yang dimaksudkan. Bagi manajer, umpan balik komunikasi ini mungkin datangdari berbagai macam cara. Dalam situasi tatap muka, umpan balik bias terjadi secara langsung melalui tanda-tanda atau sandi. Dengan diberikannya reaksi ini kepada si pengirim (sender), perngirim akan dapat mengetahui apakah pesan yang dikirimkan tersebut diinterpretasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. Bila arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim berarti komunikasi tersebut efektif.

7. Kegaduhan (noise)
Gangguan (noise) merupakan sifat yang melekat pada komunikasi. Dalam setiap proses komunikasi, kegaduhan atau kendala-kendala dalam berkomunikasi akan selalu ada. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi, atau metode pengiriman seperti udara dan kertas. Ganggua juga dapat terjadi secara internal (kurang perhatian penerima) atau eksternal (gangguan suara lain).

METODE-METODE KOMUNIKASI
Melakukan komunikasi tidak terbatas hanya pada penyampaian pesan melalui pembicaraan tatap muka. Berkomunikasi bisa juga dilakukan dengan berbagai cara, bergantung pada situasi yang dihadapi di dalam organisasi. Suatu metode komunikasi dipandang efektif apabila diterapkan pada situasi yang sesuai. Kesalahan di dalam menentukan komunikasi ini akan menyebabkan timbulnya persoalan-persoalan lain yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja dan produktifitas dari organisasi yang bersangkutan.
-->

Komunikasi Melalui Pertemuan Dan Rapat
Terlepas dari apakah pertemuan itu sifatnya formal atau informal, yang jelas sebuah pertemuan/rapat harus dapat dilakukan dengan maksud sebagai berikut:
1.    untuk menyebarkan informasi
2.    untuk mengumpulkan informasi
3.    untuk menjelaskan keputusan
4.    untuk pemecahan masalah
5.    maksud konsultasi dan negoisasi terpadu

Kunci sukses komunikasi melalui pertemuan ini adalah bagaimana semua pihak yag diundang dapat memberikan saran dan pendapatnya. Namun, kesulitan justru muncul ketika ada sebagian orang yang terlibat memandang pertemuan itu sebagai legalitas atas sebuah persoalan yang telah dirancang sebelumnya. Seringkali pertemuan diadakan hanya untuk menginfetarisir pendapat tanpa perlu mempertimbangkannya sebagai suatu masukan yang berarti. Oleh karea itu, dalam sebuah pertemuan perlu dihidari adanya dominasi satu atau dua yang berkuasa.

Komunikasi Melalui Surat Edaran
Walaupun cara komunikasi ini dipandang sederhana dan mudah, namun penggunaan surat edaran juga memiliki beberapa keuntungan dan keelemahan. Keuntungan penyampaian informasi melalui surat edaran adalah:
1.    kesalahan pengertian dapat  dihindari apabila isi pesan itu ditulis secara jelas.
2.    pemberi pesan biasanya tidak memberi peluang untuk berspekulasi.
3.    jangkauannya luas dan waktu yang dibutuhkan relatif pendek.
4.    mengurangi peluang untuk mendistorsi pesan disbanding dengan kalau komunikasi dilakukan secara lisan.

Sebaliknya, kelemahan dalam komunikasi melalui surat edaran adalah;
1.    walaupun surat itu sampai ke tempat  tujuan tepat pada waktunya, namun seringkali si penerima mengabaikannya terutama jika surat yang diterima itu terlalau banyak
2.    komunikasi ini dengan cara ini tidak memberi peluang kepada penerima pesan untuk memperhatikan nuansa suara  atau bahasa tubuh dan oleh karena itu, terutama apabila diperlukan untuk membaca arti yang tersirat diantara baris-baris, pesan mungkin sepenuhnya tidak dimengerti.
3.    sering ada kecenderungan pada pihak pengirim pesan bahwa mengirimkan pesan itu sama dengan melakukan tindakan.
4.    efektifitas pesan sangat tergantung pada keahlian menulis si pengirim pesan.

Komunikasi Melalui Telepon
Penggunaan telepon sebagai media komunikasi memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai berikut:
Keuntungan;
1.    tingkat kecepatannya sangat tinggi
2.    kemampuan untuk langsung mendapatkan umpan balik atas setiap pesan
3.    kemampuan untuk menyesuaikan diri, karena pokok pembicaraan selain alasan menelpon, juga dapat dibicarakan.

Kelemahannya:
1.    pembicaraan telepon tidak benar-benar cocok untuk menyampaikan pesan-pesan yang lebih rumit dan mungkin, dalam banyak kasus, harus ditegaskan dalam melalui tulisan
2.    biasanya tidak ada bukti bahwa pembicaraa telah benar-benar dilakukan sehingga membuka peluang untuk penyelewengan
3.    si penerima telepon tidak dapat memperhitungka bahasa tubuh si penelepon
4.    banyak orang gelisah atau tidak begitu baik kondisinya pada waktu menggunakan telepon

Komunikasi Melalui Surat Elektronik
Perkembangan teknologi informasi dewasa ini semakin mempermudah orang untuk melakukan komunikasi. Penggunaan teknologi seperti mesin fax da internete memungkinkan pesan disampaikan lebih cepat, murah dan informasi yang disampaikan lebih jelas. Hanya saja kendalaya adalah tidak semua orang dapat mengoperasikan alat-alat seperti itu.

Komunnikasi Melalui Papan Pengumuman
Papan pengumuman berguna untuk komunikasi umum, yang memelukan perhatian yang lebih rendah, seperti memberitahukan kepada pegawai-pegawai tentang kegiatan-kegiatan tertentu. Papan pegumuman tidak harus diandalkan untuk mengkomunikasikan informasi penting karena papan pengumuman biasanya diabaikan oleh banyak orang. Papan pengumuman hanya akan dibaca kalau informasiya selalu baru dan menarik bagi para pegawai yang bersangkutan.

BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
    Komunikasi pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut.
Komunikasi Lisan dan Tertulis
    Jenis komunikasi ini paling banyak dipraktekkan sehari-hari khususnya dalam komunikasi antar pribadi. Pemilihan betuk komunikasi lisan atau tertulis dipengaruhi oleh faktor-faktor waktu, kecepatan, biaya, perferensi pribadi, keterampilan individu dalam berkomunikasi, fasilitas yang tersedia untuk berkomunikasi. Komunikasi lisan atau tertulis memiliki keuntungan dan kerugian, seperti kalau tertulis keuntungannya pesan dapat disimpan, tetapi kerugiannya memakan waktu jika dibandingkan dengan komunikasi lisan.

Komunikasi Verbal dan Non Verbal
    Komunikasi verbal yaitu komunikasi melalui kata-kata baik lisan atau tertulis. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa badan atau tubuh, seperti gerakan tangan, jari, mata, kepala dan lain-lain. Alasan penggunaan jenis komunikasi ini biasanya berkaitan dengan masalah waktu dan situasi saat komunikasi terjadi.
    Kesulitan utama dalam komunikasi verbal dengan menggunakan kata-kata adalah karena kita mencoba berbicara tentang dunia yang sangat rumit sedagkan jumlah kata-kata yag digunakan terbatas.
    Jenis alat bantu visual kedua dalam komunikasi verbal adalah tulisan atau gambar. Sedangkan dalam komunikasi non verbal, bagian terpenting adalah menyangkut penggunaan bahasa tubuh (body language), yang artinya orang-orag mengkomunikasikan arti kepada orang lain dengan tubuh mereka dalam interaksi antar pribadi. Bahasa tubuh merupakan pelengkap yang penting bagi komunikasi non verbal disemua belahan dunia umumnya. Komunikasi non verbal ini memiliki fungsi tertentu dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utama dari komunikasi non verbal adalah ;
1.    Sebagai pengulangan
2.    Pelengkap
3.    Pengganti
4.    Memberi penekanan
5.    memperdayakan

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
    Ada tiga hal penting dalam mempelajari komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi :
a.    Informasi yang menjadi sumber komunikasi
b.    Bagaimana proses komunikasi tersebut
c.    Komunikasi antar orang dalam organisasi

Jika ketiga hal tersebut tidak banyak mengalami hambatan maka komunikasi dalam organisasi akan berjalan lebih berhasil sehingga pelaksanaan pencapaian tujuan menjadi lebih baik.

Komunikasi Ke Bawah
    Komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi berarti ia mengalir dari wewenang yang lebih tinggi ke wewenang yang lebih rendah. Bentuk yang paling umum adalah instruksi, memo resmi, pernyataan tentang kebijakan perusahaan, prosedur, pedoman kerja, dan pengumuman perusahaan.
    Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu :
1.    Memberi pengarahan atau instruksi kerja
2.    Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
3.    Memberi informasi tentang prosedur dan praktek organisasional
4.    Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan
5.    Meyajikan informasi mengenai aspek idiologi yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

Namun di satu sisi, komunikasi ke bawah juga mengandung kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan artinya, informasi yang diterima bawahan tidak seperti aslinya. Davis memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut :
1.    Pimpinan hendaklah sangggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan terus terang dan berjanji akan mencarikannya
2.    Pimipinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan.
3.    Pimpinan mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dapat mengetahui informasi yang dapt diharapkannya.
4.    Berusaha membentuk kepercayaan diantara pengirim dan penerima pesan.

Komunikasi ke Atas
    Kebutuhan akan komunikasi ke bawah sama banyaknya dengan jumlah komunikasi ke atas. Alat komunikasi ke atas yang sering digunakan secara luas terdiri dari kotak saran, rapat kelompok, laporan kepada penyelia, dan prosedur permohonan atau keluhan. Bentuk komunikasi ini biasanya tersendat-sendat dan tersaring. Setiap jenjang pimpinan enggan meneruskan masalah ke atas karea hal itu dapat dipadang sebagai pengakun kegagalan. Para pegawai biasanya cenderung hanya memberitahu atasan tentang hal-hal yang menurut mereka ingin didengar atasan. Jadi, setiap bawahan memiliki alasa untuk memilih, menafsirkan dan berbagai tindakan penyaringan informasi lainnya.

Komunikasi Horisontal
    Tersedianya arus komunikasi horisontal sering kali dilupakan dalam sebuah desian organisasi. Komunikasi horisontal sangat penting bagi koordinasi dan integrasi dari beraneka ragam fungsi keorganisasian. Komunikasi dari teman sejawat ke teman sejawat sering kali diperlukan untuk mengadakan koordinasi dan dapat juga memberikan kepuasan terhadap kebutuhan sosial.

Komuniksasi Diagonal
    Jenis komunikasi ini jarang sekali dipergunakan, namun komunikasi diagonal adalah penting dalam penting dalam keadaan dimana para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif lewat jalur lain. Sebagian mungkin melibatkan tenaga penjualan yang mengirim laporan khusus langsung kepada pengawas keuanganan, dan tidak melewati jalur tradisional dalam departemen pemasaran.

HAMBATAN DAN PENANGANAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
    Kegagalan dalam berkomunikasi sering timbul karena hambatan dalam proses komunikasi. Beberapa jenis hambatan komunikasi telah dirumuskan oleh beberapa ahli diantaranya adalah sebagai berikut.
    Menurut Cruden dan Sherman mengklasifikasikan hambatan komunikasi ke dalam tiga aspek yaitu :
1.    Hambatan teknis
-    Ketiadaan rencana dan prosedur
-    Kurang penerangan/penjelasan
-    Kurang terampil membaca
-    Kesalahan media komuikasi
2.    Hambatan semantik
-    Miskin perbendaharaan kata
-    Kata berwayuh/banyak arti
-    Terlalu banyak akronim
3.    Hambatan manusiawi
-    Perbedaan individu
-    Iklim psikologik organisasi

Jenis klasifikasi hambatan komunikasi yang lain, seperti dikemukakan Ernesto Franco yaitu :
1.    Hamabatan phisik
-    Jarak pengirim penerima
-    Pengaruh lingkungan
-    Kesalahan fungsi fisik
-    Kondisi tempat (bising, dll)
2.    Hambatan perilaku
-    Sikap pengirim penerima
-    Sifat keterbukaan
-    Distorsi pada pesan
-    Kesalahan konklusi

3.    Hambatan yang lain
-    Batasan waktu
-    Jumlah informal
-    Infomasi yang kompleks
-    Kata yang banyak arti
-    Kesalahan persepsi
-    Hallo effect
-    Perbedaan budaya
-    Interpretasi yang salah
-    Kelemahan pendengaran

Beberapa pernyataan yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan komunikasi yang efektif adalah :
1.    Komunikasi harus bersifat manusiawi harus selalu memperhatikan sifat-sifat manusia.
2.    Komunikasi harus diusahakan seharmonis mungkin.
3.    Komunikasi disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku selama ini.
4.    Komunikasi dilakukan melalui jalur kelembagaan yang tersedia dalam organisasi.
5.    Komunikasi disesuaikan dengan iklim atau situasi dan kondisi saat komunikasi berlangsung.
6.    Memanfaatkan teknologi modern guna memperlancar komunikasi.
7.    Memanfaatkan simbul-simbul maupun gerakan-gerakan yang sudah difahami semua orang.
8.    Komunikasi disesuaikan dengan kondisi si penerima (misal, buta huruf).
9.    Pesan dirumuskan secara ringkas dan jelas.

makalah psikologi anak dan remaja


Psikologi diakui sebagai ilmu mandiri pada akhir abad ke-19. Selama dua abad sebelumnya, berbagai model dikembangkan mengenai apa yang semestinya menjadi subjek studi psikologi dan bagaimana studi tersebut dilakukan. Secara spesifik , selama abad ke-17 dan ke-18, berbagai model psikologi saling bersaing untuk mendominasi yang lain.
Para psikolog bekerja di banyak situasi terapan yang berbeda-beda, dan memiliki berbagai macam peran, bahkan dalam lingkungan akademik psikologi kontemporer cukup sulit diidentifikasi. Penelitian dan pengajaran psikologi dilakukan di departemen psikologi, ilmu kognitif, manajemen organisasi, dan hubungan social. Psikologi tampaknya berkembang menuju diversifikasi yang lebih besar daripada menuju suatu kesatuan kohesif.
Paling tidak, sistem-sistem psikologi yang dikembangkan pada abad ke-20 memberikan deskripsi yang masuk akal tentang bagaimana psikologi mencapai keragamanya.  Fase sistem dalam perkembangan psikologi merupakan bagian penting dalam evolusi psikologi. Fase tersebut menunjukan kesulitan dalam mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan dan menempatkan psikologi dalam ilmu pengetahuan. Karena wujud empiris ilmu pengetahuan merupakan kesamaan utama di antara bidang-bidang kontemporer penelitian psikologi.
Kami disini akan menguraikanya dengan lebih detail lagi tentang apa yang di maksud dengan psikologi pada masa kanak-kanak dan psikologi pada masa remaja.

B.    Rumusan Masalah
1)    Masa kanak-kanak
a.    Awal masa kanak-kanak
b.    Akhir masa kanak-kanak
c.    Bahaya psikologis terpenting pada anak
2)    Masa remaja
a.    Ciri-ciri masa remaja
b.    Tugas perkembangan pada masa remaja
c.    Keadaan emosi pada masa remaja
d.    Minat remaja
e.    Perubahan moral pada masa remaja
C.    Tujuan
1.    Untuk menjelaskan psikologi pada masa kanak-kanak, yang meliputi :
a.    Awal masa kanak-kanak
b.    Akhir masa kanak-kanak
c.    Bahaya psikologis terpenting pada anak
2.    Ingin menjelaskan psikologi pada masa remaja, yang meliputi :
a.    Ciri-ciri masa remaja
b.    Tugas perkembangan pada masa remaja
c.    Keadaan emosi pada masa remaja
d.    Minat remaja
e.    Perubahan moral pada masa remaja

BAB II
PEMBAHASAN
1.    Psikologi Pada Masa Kanak-Kanak
1.A.    Awal masa kanak-kanak
Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh orang tua disebut sebagai usia yang problematic, menyulitkan atau masa bermain, oleh para pendidik dinamakan sebagai usia prasekola, dan oleh ahli psikoligi disebut dengan prakelompok, penjajah atau usia bertanya. Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakan pada masa bayi, menjadi cukup baik. Berbagai hubungan keluarga, orang tua anak, antar saudara dan lingkungan sangat berperan dalam dalam sosialisasi anak dan perkembangan konsep diri dalam tingkat kepentingan yang berbeda.
Kebahagiaan pada awal masa kanak-kanak bergantung lebih kepada kejadian yang menimpa anak dirumah daripada kejadian diluar rumah. Awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai pelbagai ketrampilan karena anak senang mengulang, hal mana penting untuk belajar ketrampilan, anak yang pemberani dan senang mencoba hal-hal yang baru, dank arena hanya memiliki beberapa ketrampilan maka tidak mengganggu usaha penambahan ketrampilan baru. Perkembangan berbicara berlangsung cepat, seperti terlihat dalam perkembanganya pengertian dan berbagai ketrampilan berbicara, ini mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi pembicaraan.
Perkembangan emosi mengikuti pola yang dapat diramalkan, tetapi terdapat keanekaragaman dalam pola ini karena tingkat kecerdasan, besarnya keluarga, pendidikan anak dan kondisi-kondisi lain. Bermain sangat dipengaruhi oleh ketrampilan motorik yang dicapai, tingkat popularitas yang ia senangi diantara teman sebaya, bimbingan yang diterima dalam mempelajari berbagai pola bermain dan setatus social ekonomi keluarga.
Awal masa kanak-kanak ditandai oleh moralitas dengan paksaan, suatu masa dimana anak belajar mematuhi peraturan secara otomatis melalui hukuman dan pujian, preode ini juga merupakan masa penegakan disiplin dengan cara yang berbeda, ada yang secara otoriter, lemah dan demokratis. Minat umum anak meliputi minat terhadap agama, tubuh manusia, diri sendiri, pakaian dan seks, ketidaktepatan dalam mengerti sesuatu merupakan hal yang umum pada masa awal kanak-kanak karena banyak konsep yang kekanak-kanakan dipelajari tanpa bimbingan yang cukup dank arena anak sering didorong untuk memandang kehidupan secara tidak realistis agar lebih menarik dan semarak.
1.B.    Akhir masa kanak-kanak
Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari enam tahun sampai anak mencapai kematangan seksual, yaitu ekitar umur 13 th bagi anak perempuan dan 14 th bagi anak laki-laki, yang mana masa tersebut oleh orang tua disebut masa yang menyulitkan karena pada masa-masa ini anak sering bertengkar, bandel dan lain-lain, para ahli psikologi menyebutnya dengan usia penyesuaian atau usia kreatyif. Pertumbuhan fisik yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, immunisasi, seks dan inteligensi.
Keterampilan pada akhir masa kanak-kanak secara kasar dapat digolongkan kedalam empat (4) kelompok yaitu :
a.    Keterampilan menolong diri
b.    Keterampilan menolong social
c.    Keterampilan social
d.    Keterampilan bermain
Akhir masa kanak-kanak disebut “usia berkelompok” karena anak berminat dalam kegiatan-kegiatan dengan  teman-teman dan ingin menjadi bagian dari kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola perilaku, nilai-nilai dan minat anggotanya sebagai anggota kelompok, anak sering menolak standart orang tua, mengembangkan sikap menentang lawan jenis, dan berprasangka kepada semua yang bukan anggota kelompok. Minat bermain anak dan jumlah waktu yang digunakan untuk bermain tergantung pada derajat dukungan social dari pada kondisi-kondisi lain.
Pada akhir masa kanak-kanak, terdapat peningkatan pesat dalam pengertian dan ketepatan konsep selama periode akhir masa kanak-kanak yang disebabkan oleh meningkatnya inteligensi dan meningkatnya kesempatan belajar. Sebagian besar anak mengembangkan kode moral yang dipengaruhi oleh standart moral kelompoknya dan hati nurani yang membimbing perilaku sebagai pengganti pengawasan dari luar yang diperlukan pada waktu anak masih kecil, sekalipun demikian pelanggaran di rumah, di sekolah dan di lingkungan tetangga masih sering terjadi.
1.C.    Bahaya psikologis terpenting pada anak
Diantara bahaya psikologis yang terpenting adalah :
a)    isi pembicaraan yang bersifat tidak social
b)    ketidak mampuan mengadakan kompleks empati
c)    gagal belajar penyesuaian social karena kurangnya bimbingan
d)    lebih menyukai teman khayalan atau hewan kesayangan
e)    terlalu menekankan pada hiburan dan kurang penekanan dalam bermain aktif
f)    disiplin yang tidak konsisten
g)    gagal dalam mengambil peran seks sesuai dengan pola yang disetujui oleh kelompok social
h)    kemerosotan dalam dalam hubungan keluarga
i)    konsep diri yang kurang baik
2.    psikologi Pada Masa Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa, bangsa primitive demikian pula orang-orang pada zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode=periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak merasa lagi dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyataanya merupakan cirri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
2.A.    Cirri-ciri masa remaja
    Masa remaja sebagai periode yang penting
Bagi sebagian besar anak muda, usia diantara dua belas dan enam vbelas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh dengan kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan ini perkembangan berlangsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, seang atau takut.
    Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan sesuatu atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahup perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
    Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada lima perubahan yang sama yang hamper bersifat unifersal. (1) meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. (2) perubahan tubuh, bagi remaja masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan dengan masalah yang dihadapi sebelumnya. (3) perubahan minat. (4) perubahan perilaku. (5) ingin kebebasan dan takut bertanggung jaawab.
2.B.    Tugas perkembangan pada masa remaja
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa, tugas perkembangan pada masa dewasa menunbtut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak, akibatnya, hanya sedikit anak lak-laki yang mampu dan hanya anak perempuanlah yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apa lagi mereka yang matangnya terlambat.
Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan social. Namaun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan ketrampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif dalam pelbagai aktifitas ekstra kurikuler menguasai praktek yang demikian ini, namun mereka yang tidak aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh teman-teman, akhirnya mereka tidak memperoleh kesempatan ini.
2.C.    Keadaan emosi selama masa remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai preode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Oleh karena itu perlu dicari keterangan lain yang menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada masa usia ini. Penjelasan diperoleh dari kondisi social yang mengelilingi remaja masa ini, adapun meningginya emosi terutama karena berada dibawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru.
2.D.    Beberapa minat remaja
Minat rekreasi, meliputi : Permainan dan olah raga, bersantai, bepergian, dansa, membaca, menonton, melamun dan lain-lain.
    Minat social, meliputi : Pesta, minum-minuman, obat-obat terlarang, percakapan, menolong orang lain, mencari pasangan dan lain-lain.
    Minat pendidikan dan agama.
    Minat pekerjaan.
2.E.    Perubahan moral pada masa remaja
Menurut Kholberg, tahap perkembangan moral harus dicapai selama masa remaja, tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap yaitu :
1)    Individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan setandart moral, apabila hal ini bisa menguntukan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan.
2)    Individu menyesuaikan diri dengan standart social dan ideal yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor social. Dalam hal ini moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.

BAB III
PENUTUP
a.    Pengertian Psikologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan).
b.    Timbulnya Aliran-Aliran Dalam Psikologi


DAFTAR PUSTAKA
1.    Elizabeth, HurlockB. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.
2.    Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
3.    Turner, M. B. 1976. Psikologi and Science of Behavior, New York : Appleton-Century-Crofts
4.    Watson, R. I. 1971. The Great Psychologist, From Aristotle to freud. Philadelphia: J. B. Lippincott

PERMASALAHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR
Tugas Akhir Mata Kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat



Oleh
Muhammad Rizky A    : 0706273461
Septio Wahyudi    : 0706274016
Syaza Luthfani    : 0706274136





FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2008
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL    i
DAFTAR ISI    ii
BAB I PENDAHULUAN    1
1.1 Latar Belakang    1
1.2 Tujuan Penulisan    2
1.3 Metode Penelitian    2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA    3
2.1 Pengertian Anak Sehat    3
2.2 Definisi Zat Gizi dan Status Gizi    3
2.3 Definisi Angka Kecakupan Gizi dan Angka Kebutuhan Gizi    4
2.4 Makanan dan Anak    5
2.5 Kebutuhan Gizi Berkaitan dengan Proses Tubuh    6
2.6 Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh    6
2.7 Faktor yang Berperan dan Permasalahan Tumbuh Kembang    7
2.8 Penyakit-Penyakit Defisiensi Gizi    8
BAB III PEMBAHASAN    11
3.1 Asupan Gizi Anak Rendah    11
3.2 Asupan Gizi Anak Kurang    12
3.3 Hubungan Gizi dengan Kesehatan Anak    13
3.4 Hubungan Gizi dengan Kecerdasan    14
3.5 Tingkat Konsumsi dan Tingkat Gizi    14
3.6 Masalah Sosial Ekonomi    15
3.7 Masalah Sosialisasi Pengetahuan    15
BAB IV PENUTUP    16
4.1 Kesimpulan    16
4.2 Saran    16
DAFTAR PUSTAKA    17
LAMPIRAN    18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan. Asupan gizi pada anak sekolah dasar di beberapa wilayah di Indonesia sangat memprihatinkan, padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya mereka memiliki pertumbuhan, kesehatan dan kemampuan intelektual yang lebih baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan dapat mengharumkan nama bangsa di dunia Internasional. Pada dasarnya asupan gizi yang diterima pada anak-anak sekolah dasar masih menunjukkan kurang menerima asupan gizi yang baik untuk perkembangan tubuh dan intelektualitas yang tinggi, oleh karena itu sudah selayaknya pemerintah, masyarakat terutama keluarga untuk dapat memberikan asupan gizi yang cukup untuk pekembangan dan pertumbuhan anak.
Kenyataan status gizi anak-anak sekolah dasar yang memprihatinkan ini terungkap berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 440 siswa Sekolah Dasar berusia 7 sampai 9 tahun di Jakarta dan Solo, yang di paparkan dalam diskusi soal status gizi anak sekolah di Jakarta. Saptawati Bardosono, seorang Ahli Gizi dari Universitas Indonesia, menjelaskan dari penelitian terhadap 220 anak sekolah di lima SD di Jakarta, asupan kalori anak-anak umumnya di bawah 100 persen dari kebutuhan mereka. Dari total anak yang diteliti, sebanyak 94,5 persen anak mengkonsumi kalori di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended Dietary Allowances/RWA), yakni di bawah 1.800 kcal.
Dalam kaitannya dengan kesehatan, dari anak yang diteliti, 40 persen anak sering menderita infeksi tenggorokan, memiliki berat badan yang kurang sebanyak  56,4 persen, bertubuh pendek sebanyak 35 persen, bertubuh kurus 29,5 persen, dan CED 62,7 persen. Ada sebanyak 7,3 persen anak yang terindikasi gizi buruk.Temuan status gizi anak sekolah yang berasal dari keluarga tidak ammpu di Solo, menurut Endang Dewi Lestari dari Universitas Sebelas Maret Solo, kondisinya tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Tetapi yang mengejutkan, sebanyak 220 anak dari 10 SD yang diteliti semuanya menderita defisiensi zat seng. Padahal, zat seng  merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang mengkatalisasi fungsi biologis yang penting. Seng juga dibutuhkan untuk memfasilitasi sintesis DNA dan RNA (metabolisme protein). Dari penelitian ini juga terungkap jika anak-anak itu jarang sarapan pagi di rumah. Mereka mengandalkan jajan di sekolah yang kondisi kemanan dan kesehatannya belum terjamin untuk kebutuhan gizi dan energi selama beraktivitas.

1.2 Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas Gizi Kesehatan Masyarakat kelas Aula G hari Selasa jam 10.00-11.40 sebagai syarat untuk dapat mengikuti ujain akhir semester. Tujuan yang kedua adalah untuk memberikan gambaran bagaimana status asupan gizi yang diterima pada anak-anak sekolah dasar khususnya di Jakarta. Tujuan yang ketiga untuk memberikan masukan kepada pemerintah sehingga dapat memberikan solusi bagi permasalahan asupan gizi yang kurang untuk dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul. Tujuan yang keempat memberikan masukan mengenai asupan gizi yang baik setiap harinya yang dibutuhkan anak memiliki pertumbuhan, kesehatan dan kemampuan intelektualitas yang tinggi.Tujuan yang terakhir agar pemerintah memperhatikan standariasi keamanan dan kesehatan makanan di warung sekolah, menggerakkan makan siang bersama di sekolah dengan asupan gizi yang disyaratkan, melanjutkan program pemberian  makanan bergizi di sekolah, dan mensosialisasikan soal gizi kepada  kepada orang tua.

1.3 Metode penelitian
Metode yang digunakan untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini yaitu dengan cara metode kepustakaan atau studi literatur. Data diambil dari buku-buku maupun artikel-artikel di internet yang berhubungan dengan tema yang diangkat pada makalah ini. Serta Telaah artikel yang membahas tentang asupan gizi pada  anak-anak sekolah dasar dengan menggunakan sesuai dengan teori-teori yang didapat selama dalam proses pembelajaran Gizi Kesehatan Masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Anak Sehat
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu, anak yang sehat tampak senang, mau bermain, berlari, berterik, meloncat, memanjat, tidak berdiam diri saja. Anak yang sehat terlihat berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di sekelilingnya. Jika ada sesuatu yang tidak diketahuinya ia bertanya, sehingga pengetahuan yang dimilikinya selalu bertambah. Anak yang sehat biasanya akan mampu belajar dengan baik. Ia banyak berkomunikasi dengan teman, saudara, orang tua, dan orang lain di lingkungannya. Anak yang banyak bergaul, ia banyak pengetahuan dan pengalaman. Anak tidak mudah puas atas sesuatu yang kurang dipahami dan ingin mendapatkan contoh. Anak yang sehat membutuhkan asupan gizi yang baik agar status gizinya baik, yaitu tidak kurang dan tidak lebih.

2.2 Definisi Zat Gizi dan Status Gizi
Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperukan tubuh untuk melakukan fungsinya, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi kurang, baik, dan lebih. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas; disamping unutk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia yang sekarang sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia berkualitas.
Masalah gizi kurang tersebar luas di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Anak usia sekolah membutuhkan asupan gizi yang baik agar kelak dapat menjadi generasi penerus yang unggul dan lebih baik dari yang sekarang. Pada sisi lain, masalah gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat di negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagai dampak dari keberhasilan di bidang ekonomi. Banyak kita temukan anak usia sekolah yang overweight atau obesitas. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakkan bagi masyarakat guna perubahan perilaku untuk meningkatkan keadaan gizinya.
Konsep-konsep baru yang ditemukan akhir-akhir ini antar lain adalah keturunan terhadap kebutuhan gizi, pengaruh guzu terhadap perkembangan otak dan perilaku, terhadap kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi. Di samping otu ditemukan pula pengaruh stres, faktor-fkator lingkungan seperti polusi dan obat-obatan terhadap status gizi, serta pengakuan terhadap faktor-faktor gizi yang berperan dalam pencegahan dan penobatan terhadap penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, hati, dan kanker.

2.3 Definisi Angka Kecukupan Gizi dan Angka Kebutuhan Gizi
Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukan jumlah zat izi yang diperlukan tubuh unutk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dna kondisi fisiologi tertentu. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi adalah jumlah zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang unutuk mempertajankan status gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan didasarkan pda patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka diperlukan penyesuaian. AKG tidak dipergunakan untuk  individu. Dalam menentukan AKG, perlu dipertimbangkan setiap faktor yang berpengaruh terhadap absorpsi zat-zat gizi atau efisiensi penggunaannya di dalam tubuh. Untuk sebagian zat gizi, sebagian dari kebutuhan mungkin dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suatu zat yang di dalam tubuh kemudian dapat diubah menjadi zat gizi esensial. Pada kebanyakan zat gizi, pencernaan dan atau absorpsinya tidak komplit, sehingga AKG yang dianjurkan harus sudah memperhitungkan bagian zat gizi yang tidak di absrorpsi.
Dalam memenuhi kebutuhan AKG seriap harinya, perlu dilakukan memberi variasi makanan yagn berbeda setiap harinya yang nantinya diharapkan cukup dapat memenuhi semua kebutuhan gizi. Di Indonesia pola menu seimbang tergambar dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Saat ini dikenal juga menu pelangi, yaitu menu makanan yang berwarna-warni seperti pelangi untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh seperti sayur-sayuran. Perlu pendidikan khusus bagi anak usia sekolah atau sekolah dasar dalam memilih makanan yang berwarna-warni. Peran orang tua sangat diperlukan, jangan sampai anak memilih makanan yang berwarna-warni yang menggunakan zat pewarna. Dalam menyusun menu, selain AKG perlu pula dipertimbangkan aspek akseptibilitas makan yang disajikan, karena selain sebagai sumber zat-zat gizi, makanan juga mempunyai nilai sosial dan emosional.

2.4 Makanan dan Anak
Gizi yang diperoleh seorng anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Untuk dapat memenuhi dengan baik dan cukup, ternyata ada beberapa masalah yang berkaitan dengan konsumsi zat gizi untuk anak. Contoh masalah gizi masyarakat mencakup berbagai defisiensi zat gizi atau zat makanan. Seorang anak juga dapat mengalami defisiensi gizi atau makanan. Seorang anak juga dapat mengalami deisiensi zat gizi tersebut yang berakibat pada berbagai aspek fisik maupun mental. Masalah ini dapat ditanggulangi secara cepat, jangka pendek, dan jangka panjang serta dapat dicegah oleh masyarakat sendiri sesuai dengan klasifikasi dampak defisiensi zat gizi antara lain melalui pengaturan makan yang benar.
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Di masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk dari kebiasaan alam masyarakatnya. Jika menyusun hidangan untuk anak, hal ini perlu diperhatikan di samping kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang sangat amat penting.

2.5 Kebutuhan Gizi Berkaitan dengan Proses Tubuh
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh.
1. Memberi Energi
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk beraktivitas.
2. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan unutk membentuk sel-se baru, memelihara, dan mengganti sels-sel yang rusak. Dalam fungsi ketiga ini zat gizi dinamakan zat pembangun.
3. Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air, dan vitamin deiperlukan untuk mengatur prose tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam peroses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak peroses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua.

2.6 Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses sebagai berikut :
 1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zt pembakar, shingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga dapat menyebabkan tubuh menjasi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai kegiatandan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbukan kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, mentababkan seorang kekurangnan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malasm merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.
3. Pertahan Tubuh
Daya tahan terhadpa taekanan atai stres menutun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infekasi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibta terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersunggung, cengang, dan apatis.

2.7 Faktor yang Berperan dan Permasalahan pada Tumbuh Kembang
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh. Faktor luar yaitu faktor-faktor yang ada di luar atau berasal dari luar diri anak, mencakup lingkungan fisik dan sosial serta kebutuhan fisik anak.
Selain kedua faktor tersebut, faktor yang berperan dalam proses tumbuh kembang anak dapat ditentukan oleh keluarga, status gizi, budaya, dan teman bermain. Keluarga hendaknya menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Status gizi anak dapat ditentukan oleh tingkat konsumsi atau kualitas makanan. Kualitas makanan ditentukan oleh zat-zat bergizi yang dibutuhkan oleh anak. Permasalahan tumbuh kembang anak ada dua macam, yaitu gizi lebih dan gizi kurang.
Akibat dari status gizi yang buruk, maka dapat menimbulkan penyakit. Lingkungan masyarakat dalam hal ini asuhan dan kebiasaan suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tata cara dan kebiasaan yang diberlakukan masyarakat tidak selalu sesuai dengan syarat-syarat kebersihan dan kesehatan. Teman bermain dan sekolah juga berperan dalam mempengaruhi makanan yang dikonsumsi oleh anak. Ketika mereka berinteraksi dengan teman bermain atau teman sekolahnya, makanan atau jajanan yang dipilih biasanya sejenis dengan yang dipilih oleh teman dekat atau lingkungan sekitarnya.Makhluk hidup memerlukan makanan untuk melangsungkan kehidupannya. Makanan itu terdiri atas bagian-bagian yang berbentuk iktan-ikatan kimia atau unsur-unsur anorganik yang disebut zat-zat makanan atau zat gizi.Manusia mendapatkan zat makanannya dalam bentuk bahan makanan. Yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Satu macam saja bahan makanan tidak dapat memenuhi semua keperluan tubuh akan berbagai zat makanan, karena masing-masing bahan makanan mengandung zat makanan yang berlainan macam maupun banyaknya.

2.8 Penyakit-penyakit Defisiensi Gizi
Penyakit-penyakit gizi di Indonesia terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi.
1. Penyakit Defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP)
Salah satu gejala dari penderita KKP ialah hepatomegali yaitu pembesaran hati yang terlihat oleh ibu-ibu sebgai pembuncitan perut. Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu penyakit kwashiorkor, marasmus, dan marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan kekurangan protein sebagai penyakti dominan. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yan ekstrem. Marasmikwashiorkor merupakan kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi. Penyebab langsung dari KKP adalah konsumsi kurang dan sebab tak langsungnya adalah hambatan absorbsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi karena berbagai hal, misalnya karena penyakit. Penyakti infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisai zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit KKP.

2. Penyakit Defisiensi Vitamin A
Gejala-gejala defisiensi vitamin ini yang menumbulkan kekhawatiran para ahli kesehatan dn gizi adalah berhubungan denga nkondisi mata, sedangkan gejala-gejala yang menyerang sistem tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang menggugah kekhawatiran lainnya.
Gambaran defisiensi vitamin A yang menyangkut kondisi mata, disebut Xerophtalmia. Ternyata banyak kasus Xerophthalamia yang berakibat gangguan penglihatan yang permanen bahkan sampai menjadi buta, terutama pada kelompok umur dewasa muda. Defisiensi vitamin A primer disebabkan kekurangn konsumsi vitamin tersebut, sedangkan defisiensi sekunder karena absorbsi dan utilitasnya terhambat.
Konsumsi vitamin A kurang adalah karena kebiasaan makan yang salah, tidak suka sayur dan buah, atau karena daya beli rendah, tidak sanggup membeli bahan makanan hewani maupun nabati yang akaya akan vitamin A dan karoten tersebut. Hamabtan absorbsi vitamin Adaam kroten terjadi karena hidangan rata-rata rakyat umum di Indonesia mengandung rendah lemak dan protein yang diperlukan dalam metabolisme vitamin A.

3. Penyakit Defisiensi Yodium
Salah satu manifestasi gambaran penyakit kekurangan zat gizi yodium yang meninjol ialah pembesaran kelenjar gondok yang disebut penyakit gondok oleh awam atau nama ilmiahnya struma simplex. Karena terdapat endemik di wilyah-wilayah tertentu yang kekurangan yodium, disebut juga endemic goitre. Defisiensi yodium memberikan juga berbagai gambaran klinik lainnya yang disagak ada hubungan dengan kondisi kekurangan zat gizi yodium itu, sehingga disebut Iodine Deficiency Diseases (IDD). Ada 4 jenis IDD yaitu gondok endemic, hambatan pertumbuhan fisik dan mental yang diebut cretinism, hambatan neuromotor, dan kondisi tuli disertai bisu.

4. Anemia Defisiensi Zat Besi
Pengaruh defisiensi Fe, terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin. Merupakan alat transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi dalam belajar menurun.
Defisiensi Fe dapat didiagnosisi berdasrkan data klinik dan data laboratorik yang ditunjang oleh data konsumsi pangan. Gambaran klinik memperlihatkan kondisi anemia. Muka penderita terlihat pucat, jug selaput lendir kelopk mata, bibir, dan kuku. Penderita terlihat dan merasa bandannya lemah, kurang bergairah, dan cpeat merasa lelah, serta sering menunjukkan sesak napas. Data laboratorik memperlihatkan kadar hemoglobin menurun di bawah 11%, bahkan pada yang berat penurunan hemoglobin ini dapat mencapai tingkat di bawah 10% atau lebih rendah lagi, sampai di bawah 4%. Data konsumsi mungkin memperlihatkan hidangan yang kurng mengandung daging atau bahan makanan hewani lain, dan juga kurang sayur serta daun yang berwarna hijau.







BAB III
PEMBAHASAN


3.1 Asupan Gizi Anak Rendah
    Kasus rendahnya asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia merupakan permasalahan yang sangat serius. Jika tidak ditanggapi dengan serius oleh pemerintah maka akan menimbulkan dampak-dampak yang semakin memperburuk status gizi dan status kesehatan anak-anak sekolah dasar. Anak-anak sekolah dasar memiliki pertumbuhan yang relatif stabil jika dibandingkan dengan usia bayi, pra-sekolah dan remaja. Pada masa ini terjadi proses kematangan, pertambahan fungsi kognitif dan sosial emosional. Asupan gizi yang baik sangat dibutuhkan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) karena mereka memerlukan energi dan kalori yang cukup besar untuk beraktifitas selama di sekolah. Mereka memerlukan karbohidrat,  protein, lemak, vitamin-vitamin, zat besi, zat seng dan mineral-menaral lain yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan.
Sarapan pagi dengan asupan gizi yang baik sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan kalori. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang berperan dalam menentukan tumbuh kembang anak seperti dalam hal pola makan anak. Pada anak usia sekolah, faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan pola makan mereka adalah faktor di luar rumah yaitu lingkungan masyarakat dan teman sekolah. Lingkungan masyarakat yang memiliki kebiasaan buruk dalam hal mengkonsumsi makanan atau jajanan akan ditiru oleh anak pada usia ini. Ketika teman di sekitar rumahnya atau teman sekolahnya sering mengkonsumsi suatu makanan atau jajanan maka  anak akan mengikuti makanan atau jajanan yang dipilih oleh teman-teman di sekitarnya. Dampak yang dikhawatirkan adalah ketika temannya memilih makanan yang buruk atau rendah asupan gizinya. Dalam ilmu teori perilaku-perilaku kesehatan, Skinner mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi 6 kelas. Perilaku anak usia sekolah yang meniru makanan atau jajanan temannya termasuk dalam perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environmental behavior).
3.2 Asupan Gizi Anak Kurang
    Kalori adalah satuan tenaga yang dapat diperoleh dari makanan. Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh seseorang bergantung pada usia, berat badan, dan tinggi badan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kasus yang ditemukan di sepuluh sekolah dasar yang ada di Jakarta dan Solo bahwa anak sekolah dasar memiliki jumlah kalori yang nilainya berada di bawah 100% jumlah kalori yang diperlukan oleh tubuh. Pada anak laki-laki diperlukan asupan kalori yang lebih dibanding pada anak perempuan yang sudah mengalami haid pada usia ini sehingga lebih banyak memerlukan asupan protein dan zat besi dari usia sebelumnya. Seperti yang disebutkan dalam sumber yang terlampir dalam makalah ini,
“Dari total anak yang diteliti, 94,5% mengonsumsi kalori di bawah angka kecakupan gizi yang dianjurkan yakni 1.800 kilo kalori. Untuk asupan protein sebanyak 64,5% di bawah batas kecukupan, zat besi sebesar 91,8% dan seng sebanyak 98,6% dibawah kebutuhan seharusnya..”   
Permasalahan rendahnya asupan gizi anak sekolah dasar diakibatkan rendahnya kalori. Kalori dalam tubuh dihasilkan melalui proses pembakaran zat-zat yang terkandung dalam makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Apabila asupan kalori rendah maka akan berdampak pada buruknya status gizi anak sekolah dasar dan berakibat pada berkurangnya kemampuan untuk menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah. Kalori sangat dibutuhkan sebagai energi yang digunakan oleh manusia untuk beraktivitas. Apabila jumlah energi kurang maka kerja otak akan terganggu dan mengakibatkan anak malas untuk belajar.
Pada jumlah asupan protein yang ditemukan di lapangan ternyata asupan protein anak sekolah dasar sangat jauh dari jumlah yang dibutuhkan, hanya 64,5% dari kebutuhan tubuh. Protein adalah salah satu sumber kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan kalori dari protein sering disebut defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP). Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu penyakit kwashiorkor, marasmus, dan marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan kekurangan protein sebagai penyakti dominan. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem. Marasmikwashiorkor merupakan kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi.
Zat besi yang ditemukan pada anak usia sekolah ternyata masih kurang dari 100% kebutuhan tubuh, yaitu 91,8%. Defisiensi zat besi akan mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin. Apabila fungsi hemoglobin terganggu maka transportasi O2 keseluruh tubuh yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh akan terganggu. Pada anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Ketika mereka mengalami defisiensi hemoglobin pada kondisi anemia, daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun.
Temuan lain dalam penelitian mengenai asupan gizi anak sekolah dasar rendah adalah asupan zat seng yang masih di bawah 100%, yaitu 98,6%. Zat seng merupakan ko-faktor sekitar 100 macam enzim yang tugasnya mengatalisasi fungsi biologis yang penting. Selain itu seng juga dibutuhkan untuk memfasilitasi metabolism protein yaitu sintesis DNA dan RNA.

3.3 Hubungan Gizi dengan Kesehatan Anak
Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan guzu mealui beberapa cara yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare/muntah-muntah atau mempengaruhi metabolisme makanan dan banyak cara lain lagi.
Secara umum, defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan tubuh. Gizi kuran dan infeksi, kedua-duanya dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu juga diketahui bahwa infeksi menghambat reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber-sumber energi.
Gangguan gizi dan infeksi dapat saling berhubungan sehingga memberikan prognosis yang lebih buruk. Infeksi memperburuk taraf gizi dan sebaliknya, gangguan gizi memperburuk kemampun anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Kuman-kuman yang kurang berbahaya bagi anak-anak dengan gizi baik, bisa menyebabkan kematian pada anak-anak gizi buruk.


3.4 Hubungan Gizi dengan Kecerdasan
Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagai penelitian menunjukan adanya eek jangka panjang KKP ini terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak manusia. Sebagaimana halnya dengan organ-organ lain dalam tubuh, otak terutama berkembng pada awal kehidupan sampai periode tertentu dalam masa kehidupan seseorang. Pada fase ini terjadi berbagao keadaan seperti pengaruhobat-obatan, radiasi, kekurangan oksigen, dan terlebih penting ialah kekuarangn makanan atau zat makanan/zat gizi. Dalam hal ini dapat terjadi kelainan yagn bersifat pulih maupun tidak dapat pulih. Antara lain otak mengalami pengaruh sehingga tidak dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetiknya.

3.5 Tingkat Konsumsi dan Tingkat Gizi
Keadaan Kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang deiperlukan tubuh di dalam sususnan hdangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh akan mendapat kondisi kesihatan gizi yang sebaik-baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat.
Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitasnya dana dalam jumlah melebihi kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi berlebih, makan akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang kualitasnya maupun kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisiensi. Tingkat kesehtan gizi terbaik adalah kesehatan optimum, tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebiak-baiknya. Ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan gizi. Penyakit-penyakit ini daat dibagi dalam beberapa golongan yaitu, penyakit gizi lebih (obesitas), penyakit gizi kurang (malnutrition, undernutrition), penyakit metabolik bawaan (inborn errors of metabolism), dan penyakit keracunan makanan (food intoxication).

3.6 Masalah Sosial Ekonomi
    Permasalahan rendahnya asupan gizi pada anak sekolah tidak terlepas dari berbagai faktor lain di luar faktor makanan yang dikonsumsi. Permasalahan ini dapat dikaitkan dengan rendahnya kondisi sosial ekonomi keluarga. Harga-harga barang sembako yang semakin lama semakin mahal dan sulit dijangkau oleh keluarga ekonomi ke bawah tidak memungkinkan mereka untuk membeli makanan yang bergizi. Pada masyarakat ekonomi kelas bawah, hal yang dipentingkan adalah kuantitas makanan, tanpa memperdulikan kualitas gizinya baik atau buruk.

3.7 Masalah Sosialisasi Pengetahuan
    Kurangnya sosialisasi mengenai makanan yang bergizi kepada masyarakat terutama mereka yang tinggal di tempat yang jauh dari fasilitas kesehatan seperti puskesmas semakin memperburuk asupan gizi anak. Bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan informasi tentang makanan yang bergizi dan asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak mudah sekali didapatkan. Sedangkan mereka yang tinggal di daerah terpencil informasi tentang makanan yang bergizi sulit sekali didapatkan.
Orang tua sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kesehatan anak atau status gizi anaknya hendaknya dapat mengawasi pola makanan atau jajanan yang dipilih oleh anaknya. Akan tetapi dibutuhkan informasi yang banyak mengenai makanan apa saja yang baik bagi anaknya, jajanan apa yang baik dikonsumsi serta dampak yang ditimbulkan apabila anaknya tidak mengkonsusmsi makanan yang bergizi. Dibutuhkan peran pemerintah dalam mensosialisasikan pengetahuan mengenai makanan yang bergizi atau asupan yang baik bagi anak usia sekolah kepada para orang tua terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil.




BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Rendahnya asupan gizi anak usia sekolah diakibatkan oleh banyak faktor. Anak usia sekolah sangat rentan dengan asupan gizi yang rendah atau buruk. Pada usia ini pola makan anak dipengaruhi oleh teman dan lingkungan sekitarnya. Jajanan yang banyak dijual di sekolah-sekolah termasuk ke dalam makanan yang tidak bergizi sehingga dapat dikatakan bahwa anak usia sekolah sangat rentan dengan asupan gizi yang buruk.
Asupan gizi yang buruk dapat berakibat fatal apabila terus dibiarkan, defisiensi kalori yang dihasilkan protein akan menimbulkan penyakit seperti marasmus dan kwashiorkor, defisiensi zat besi akan mengganggu kerja hemoglobin dalam transportasi O2 keseluruh tubuh, defisiensi zat seng akan mengganggu proses metabolism protein. Selain itu, buruknya status gizi anak sekolah semakin memperburuk kondisi bangsa Indonesia karena generasi penerusnya tidak produktif. Perbaikan status gizi dengan asupan gizi yang baik akan memberikan banyak perubahan. Orang tua saat ini terlalu membiarkan anaknya mengkonsumsi jajanan yang ada di sekolah. Membiasakan anak untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemungkinan anak membeli makanan di luar rumah.

4.2 Saran
Peran orang tua sangat diperlukan dalam memberikan makanan yang bergizi dan mengajarkan anak untuk mengonsumsi atau memilih makanan yang bergizi. Pendekatan yang baik dengan anak dan komunikasi atau cara penyampain pendidikan dasar mengenai makanan yang bergizi dapat membuat anak lebih berhati-hati dalam memilih makanan atau jajanan. Perhatian dari kedua orang tua sangat diperlukan terutama pada jajanan dan makanan kesukaannya. Makanan yang diberikan saat dirumah hendaknya memperhatikan nilai gizi dengan menyesuaikan kondisi social ekonomi keluarga.
Peran guru di sekolah sangat dibutuhkan guna memberikan pendidikan dasar dan pengawasan secara aktif mengenai makanan atau jajanan yang baik dikonsumsi dan tidak baik untuk dikonsumsi. Perlu pengawasan di sekitar lingkungan sekolah akan jajanan yang bergizi dan tidak bergizi dan melarang pedagang di sekitar sekolah menjual makanan yang tidak bergizi.
Perlu penanganan secara khusus dari pemerintah untuk menangani permasalahan ini. Sosialisasi mengenai asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak sekolah dasar dapat dilakukan sebagai upaya promotif untuk meningkatkan status gizi anak sekolah dasar.


DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Ayubi, Dian. 2007. Bahan Kuliah Dasar PKIP. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius