Sebarkan Ilmu Untuk Indonesia Yang Lebih Maju
Tampilkan postingan dengan label pendidikan umum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan umum. Tampilkan semua postingan

psikologi Perkembangan Pendidikan Anak Masa Usia Sekolah Dasar

 KARYA TULIS ILMIAH

 Perkembangan Pendidikan Anak Masa Usia Sekolah Dasar

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

Nama : saya joyo rahadjo

 

SEKOLAH TINGGI SEKALI

JURUSAN AYO BERUSAHA

PRODI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2020

BAB I

PSIKOLOGI PENDIDIKAN Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky

A. Teori Perkembangan Kognitif menurut Konsep Vygotsky
     Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi sosial yang hampa. Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Sofiet selama sepuluh tahun dari tahun 1920-1930. Namun karyanya baru dipublikasikan diduia barat pada tahun 1960an. Sejak saat itulah, tulisan-tulasannya menjadi sangat berpengaruh didunia. Vygotsky juga mengagumi Piaget , Vigotsky setuju dengan teori Piaget bahwa perkembangan kognitiv terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran realitasya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya juga.
            Karya vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama: 
1. Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui.
2.  Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
3. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator   pembelajaran siswa.
            Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggaris bawahi peran penting pengetahuan alam dalam proses belajar. Dua, mereka membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Tiga, merka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses didalam sistem memori otak.

            Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang disimpan dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan awal (prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawah kepada suatu pengalaman baru.

            Menurut teori Peaget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah. Tapi Vygotsky tidak sependapat dengan Peaget, Vygotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural. Inti dari teori Vygotsky yaitu penekanan pada interaksi pembelajaran antara aspek internal dan aspek eksternal pada lingkungan social.       Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya.
            Banyak developmentalis yang bekerja dibidang kebudayaan dan pembangunan yang sepaham dengan teori Vygotsky, yang berfokus pada konteks pembangunan social budaya. Teory Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran yang menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, system matematika dan alat-alat ingatan. Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif dari pada Peaget. Bagi Peaget bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap perkembangan yang cukup maju. Pengalaman bahasa anak tergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu. Pada kenyatannya, Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat mudah. Bahkan saat anak mulai bisa melihat dunia. Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Para pakar perilaku memandang bahasa sama dengan perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya urutan respon atau sebuah imitasi. Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru, kita tidak mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak membicarakan bahasa didalam suatu ruang hampa sosial, kita memerlukan pengenalan bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik.

            Dewasa ini kebanyakan peneliti bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks social yang luas menguasai bahasa dari ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Seperti halnya saat anak menangis, menangis merupakan bahasa anak saat meraka belum bisa berbicara, menangis dijadikan sebagai bahasa mereka saat mereka menginginkan sesuatu. Walaupun begitu proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Karena dari lingkungan juga mereka akan dapat tambahan kosakata. Suatu lingkungan juga yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak. Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lngkungan bahasa disekitar anak sejak usia dini itu lebih penting. Karena bahasa berfungsi sebagai komunikasi. Dan suatu komunikasih itu digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
            Vygotsky juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil didalam bidang-bidang tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan sosial didalam perkembangan kognitif berbeda dengan teori Peaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Karena Peaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual. Sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak anak lain dalam memuahkan perkembangan si anak..
            Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relative dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun,anak-anak tidak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Vygotsky juga menekankan baik levelkonteks sosial yang bersifat inter personal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalu instuisi seperti sekolah, penemuan seperti computer. Interaksi intuisional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan social yang luas untuk membimbing hidupnya. Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada kefungsian mental anak. Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang.
B. Zone proximal Development Dan Konsep Scafolding
1. Zone proximal Development
            Zona proximal Development ( ZPD ) ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang yang lebih terampil. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri. Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu. Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya tentang pentingnya pengaruh-pengaruh social terhadap perkembangan kognitif dan peran pengajaran dalam perkembangan social. ZPD dikonseptualisasikan sebagai suatu ukuran potensi pembelajaran,akan tetapi IQ menekankan bahwa intelegensi adalah milik anak. sedangkan ZPD menekankan bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa social yang bersifat interpersonal dan dinamis yang tergantung pada paling sedikit dua pikiran, dimana yang satu lebih berilmu atau lebih terlatih dari yang lain. Pembelajaran oleh anak-anak kecil yang baru berjalan memberi contoh bagaimana ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang baru berjalan itu harus di motivasi dan harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menuntut ketrampilan buat mereka. Guru harus harus memiliki pengetahuan untuk melatihkan ketrampilan yang menjadi target pada setiap tingkat yang di persyaratkan oleh aktifitasnya. Guru dan anak harus saling menyesuaikan persyaratan masing-masing.
            Dalam suatu penelitian tentang hubungan antara anak-anak yang baru belajar berjalan dengan ibunya, pasangan itu di tugaskan untuk menyelesaikan sejumlah masalah yang terdiri atas berbagai jumlah (sedikit obyek vs banyak obyek) dan berbagai kompleksitas (perhitungan sederhana vs reproduksi angka). Para ibu di minta mengerjakan tugas ini sebagai suatu peluang untuk mendorong pembelajaran dan pemahaman akan anak mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri, tetapi pada akhirnya bersatu.
             Ada dua prinsip yang mempengaruhi penyatuan pemikiran dan bahasa. Pertama, semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau sosia. Anak-anak harus menggunakan basa dan mengkomunikasikannya kepada orang lain sebelum mereka berfokus ke dalam proses-proses mental mereka sendiri. Kedua, anak-anak harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama periode waktu yang lama sebelum transisi dari kemampuan bicara secara eksternal ke internal berlangsung. Periode transisi ini terjadi antara usia 3 hingga 7 tahun dan meliputi berbicara kepada dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri itu menjadi hakekat kedua anak-anak dan mereka dapat bertindak tanpa menverbalisasikannya. Bila ini terjadi anak-anak telah menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara sendiri, yang menjadi pemikiran anak.
            Teori Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal, adalah berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang bersifar egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara kepada diri mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka (Duncan, 1991). Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang egosentris mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka. 
            Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri bebrapa konsep melalui pengalaman. sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih maju dan berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. anak-anak tidak akan mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
            Menurut Vygotsky, zona perkembangan proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan Sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman sebaya. Zona perkembangan proximal menitik beratkan pada interaksi social akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang siswa mengerjakan pekerjaannya disekolah sendiri, perkembangan mereka akan lambat . jadi untuk memaksimalkan perkembangan siswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui interaksi yang berturut-turut ini diharapkan dapat mengembangkan pengalaman berbicara, bersikap dan berdiskusi secara baik. 





2. Konsep scaffolding
            Selain teori Vygotsky diatas, Vygotsky juga mempuyai teori yang lain yaitu tentang “scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan bantuan yang besar kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
            Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu: 
1. Menghendaki setting kelas kooperaif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efekif dalam masing-masing zone of proximal development mereka.
2. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam menekankan scaffolding. Jadi teori belajar vigotsky adalah salah satu teori belajar social sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif social yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep danpemecahan masalah.

 Pengaruh karya Vygotsky dan burner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh smith 
1. Walaupun Vygotsky dan burner telah mengusulkan peranan yang lebih penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang diusulkan Peaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diaktivis diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan walaupun anak dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual discoveri learning) kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal didalam pelajaran. Foot et al, menjelaskan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan menggunakan teori vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
           
            Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam berbagai cara. Dalam prespektif pengikut vygotsky - bruner, perintah-perintah dilayar komputer merupakan scaffolding. Ketika anak menggunakan perangkat lunak atau software pendidikan, komputer menggunakan bantuan atau petunjuk scara detail seperti yang diisyaratkan sesuai kedudukan anak dalam ZPD. Tidak dipungkiri lagi beberapa anak dikelas lebih terampil dalam menggunakan computer sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer guru bisa bebas mencurahkan perhatiannya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak.

C. Penerapan dalam pembelajaran
            Hoover, peneliti dari Texas University of Austin yang juga CEO pada southwest educational development labolatory menyatakan: constructivism’s central idea is that human learning is contructed, that learners buld new knowledge upon the foundation of previous learning. This view of learning sharply contrasts with one in which learning is the passive transmission of information fro individual to another, a view in which reception, not contruction, is key. Ada dua hal penting disini yang berkenaan dengan pengetahuan yang dikontruksi oleh pelajar. Pertama adalah pelajar membangun satu pengertian baru dengan menggunakan apa yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Dalam hal ini tidak ada “tabularasa” dimana pengetahuan digoreskan. Pelajar akan memasuki suasana pembelajaran dimana pengetahuan yang diterima akan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya dan pengetahuan yang sudah dimiliki saat ini akan mempengaruhi penerimaan pengetahuan yang baru. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tulisannya yang mengungkapkan bahwa yang terjadi dalam diri anak adalah sesuai dengan “convergentie theorie”. Teori ini mengajarkan bahwa seorang anak terlahir ibarat kertas yang sudah ada tulisannya, akan tetapi semua tulisan itu masih kabur atau suram. Tugas pembelajaran adalah membantu anak untuk mempertebal tulisan-tulisan yang bersifat baik sehingga kelak dapat berubah menjadi ilmu yang berguna dan budi pekerti yang baik. Sedangkan tuisan yang sifatnya jelek harus dibiarkan agar bertambah suram atau bahkan menghilang. Ki Hajar menentang teori tabularasa yang menganggap anak terlahir bagaikan kertas putih yang bisa ditulisi apa saja oleh pemelajar, atau teori aliran negative yang menganggap anak lahir bagaikan kertas yang sudah penuh dengan tulisan yang tidak dapat diubah isinya . Kedua adalah bahwa pembelajaran lebih bersifat aktif dan bukan pasif. Pelajar akan membandingkan apa yang baru dipelajarinya dengan apa yang diketahuinya. Jika terdapat perbedaan, maka pelajar akan mencoba mengakomodasikan apa yang baru dipelajarinya dengan memodifikasi pengetahuan yang sudah ada atau dimilkinya. Dalam proses ini akan terjadi proses pertimbangan oleh pelajar yang akan diakhiri dengan proses modifikasi jika pengetahuan baru tersebut dapat diterima. Salah satu landasannya adalah teori tidak kesesuaian kognitiv dari festinger (cognitive dissonance theory). Teori ini dikemukakan oleh festinger dalam bukunya yang berjudul A Theory of Cognitife dissonance. Menurut teori ini, ada kecenderungan dalam diri seseorang untuk selalu melihat konsistensi antar kognisi yang dimilikinya misalnya kepercayaan dan opini. Jika terjadi tidak kekesuaian antara sikap dengan prilaku (attitude and behavior), maka salah satu harus berubah untuk mehilangkan disonansi (ketidak-sesuaian) tersebut. Dalam hal, ada perbedaan sikap dan perilaku, maka biasanya orang akan merubah sikap untuk mengakomodasi perilaku. Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat ketidak sesuaian tersebut yaitu:
1. Jumlah disanonsi keyakinan
2. kepentingan yang ada dalam masing-masing keyainan
            Untuk menghilangkan ketidak sesuaian tersebut, pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan oleh seseorang, yaitu:
1. mengurangi tingkat kepentingan dalam disonansi keyakinan
2. menembah kesesuain keyakinan melebihi disonansi keyakinan
3. merubah disonansi keyakinan untuk menghilangkan inkonsistensi

            Disonansi sering terjadi dalam keadaan dimana seseorang harus membuat pilihan antara dua tindakan atau keyakinan yang tidak saling bersesuaian. Disonansi terbesar terjadi jika kedua elternatif memiliki tingkat atraktif yang sama. Perubahan sikap biasanya terjadi dalam arah yang memilki insentif yang lebih sedikit karena hasilnya adalah disonansi yang lebi kecil. Disini teori ini memiliki pertentangan dengan teori prilaku umum yang menganggap perubahan perilaku terbesar akan kearah peningkatan insentif.
            Maddux, cleborne d Johnson, d lamont dalam tulisannya mengenai teori kontrutifis membagi paham kontruktivis kedalam dua aliran, yaitu paham kontruktivis kogitif dan paham kontruktivis social. Kontruktivis kognitif didasarkan pengembangan yang dibuat oleh ahli psikologi perkembangan Swiss dan Peaget. Teori Peaget ini mengandung dua unsur pokok yaitu, umur dan tahap perkembangan. Melalui kedua unsur ini bisa diprediksi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh seorang anak berdasarkan umurnya, serta teori perkembangan yang menjelaskan bagaimana seorang anak membangun kemampuan kognitivnya.
            Perkembangan termasuk internalisasi atau penyerapan isyarat-isyarat sehingga anak-anak dapat berfikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Internalisasi ini disebut pengaturan diri (self regulation). Langkah pertama dari pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah mempelajari bahwa segala sesuatu memiliki makna. Langkah kedua dalam pengembangan struktur-struktur internal dan pengaturan diri adalah latihan. Siswa berlatih gerak-gerak isyarat yang akan mendatangkan perhatian. Kemudian langkah terakhir termasuk penggunaan isyarat dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. 
            Menurut Vygotsky, dengan melibatkan anak berdiskusi dan berfikir (reasoning) dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak untuk merefleksikan apa yang telah dikatakan atau diperbuatnya. Hal ini dapat menjadi “inner speech” atau “inner dialogue”, dialog dengan dirinya sendiri. Ini proses awal bagi anak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri. Selanjutnya, dikemudian hari ia akan mampu mengevaluasi diri, menganalisis kekurangan serta kekuatan yang dimilikinya. Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan membantu anak untuk bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi atau meta-cognition. Proses seperti ini dapat membuatnya menjadi manusia spiritual, yaitu manusia yang tahu siapa dirinya, dan mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat, komunitas dan alam semesta. 
            Teori kontrukivis sosial dibangun berdasarkan pengembangan yang dibuat oleh Lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada lingkungan social yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya sangat berpengaruh sekali dalam membentuk strutur kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai zone of proximal development. Dalam konsep ini seorang anak dapat memahami suatu konsep dengan bantuan orang lain yang lebih dewasa yang tidak bisa dilakukannya sendiri. Dengan begitu seorang anak akan lebih mengerti dan mempunyai banyak pengalaman dan wawasan serta dapat menyelesaiakan suatu permasalahan yang dianggapnya rumit dan memerlukan bantuan orang lain yang dianggapnya mampu membantu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, suatu wawasan yang tidak hanya didapat didalam sekolah tapi diluar sekolah. Dan permasalahan tersebut yang ada hubungannya dengan sekolah. Disini para pendukung kontruktivisme yakin bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita aka memperoleh informasi, dan dapat menggabungkan pengalaman yang didapat sebelumnya dengan pengalaman yang baru. Dengan kata lain pada proses belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu: 
1. Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
2. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran 
3. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka
4. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman mereka disekolah
















KESIMPULAN

• Teori Vgotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural. Inti dari teori Vygotsky yaitu penekanan pada interaksi pembelajaran antara aspek internal dan aspek eksternal pada lingkungan social. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.
• Zona perkembangan proximal ( ZPD ) ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil.
• Teori kontrukivis social dibangun berdasarkan pengembangan yang dibuat oleh lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada lingkungan social yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya sangat berpengaruh sekali dalam membentuk strutur kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai zone of proximal development. Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu:
1. belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
2. seorang yang lebih dewasa dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran 
3. pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka

4. pengalaman anak diluar sekolah harus dihubungkan dengan pengalaman mereka di sekolah.

KONSEP PROPESI KEGURUAN

MAKALAH
"KONSEP PROPESI KEGURUAN"

DISUSUN
OLEH
Sahab Fahmi Nuriah Saputra

UIN YOGYAKARTA
PENDIDIKAN KEGURUAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
2011/2012


PENDAHULUAN
A.    Pengertian dan Syarat-syarat Profesi
a.    Pengertian Profesi

Pengertian profesi menurut Ornstein dan Levine 91984)

a)    Melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang kayat

b)    Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai

c)    Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek.

d)    Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

e)    Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai prasyaratan masuk.

f)    Otonomi dalam membuat keputusan tentnag ruang lingkup kerja terntentu.

g)    Menerima tanggung jawab terhadap keputusa yang diambil dan unujuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

h)    Mempunyai komitmen terhadap jabatan dank lien

i)    Menggunakan administrator utuk memudahkan profesi

j)    Mempunyai oranisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

k)    Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya.

l)    Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyaksikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

m)    Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik.

n)    Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.

b.    Syarat-syarat Profesi

Menurut national Education As Sosiation (NEA) (198)

a)    Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

b)    Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus

c)    Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama.

d)    Jabatan yang memerlukan latihan dan jabatan yang berkesinambungan

e)    Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen

f)    Jabatan yang menentukan baku 9standarnya sendiri)

g)    Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntunga pribadi

h)    Jabatan yang mempunyai organisasi yang kuat dan terjadin erat.

B.    Kode Etik Profesi Keguruan

Bidang pekerjaan profesi yang mempunyai kode etik : jabatan dokter, notaries, arsitek, guru dan lain-lain.

1.    Pengertian Kode Etik

-    Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok kepegawaian. Pasal 28 Undang-undnag menyatakan bahwa : “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap tingkah laku dan perbuatan didalam dan diluar kedinasan.”

-    Dalam pidato pembukaan kongres PGRI XIII, basuni sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdianya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973).

2.    Tujuan Kode Etik

-    Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

-    Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.

-    Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

-    Untuk meningkatkan mutu profesi

-    Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

3.    Penetapan Kode Etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi yang berlaku dan mengikuti para anggotanya, penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi.

4.    Sanksi Pelanggaran kode Etik

Kode etik yang awalnya sebagai pedoman moral dan pedoman tangkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang bersifat memaksa baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.

5.    Kode Etik Guru Indonesia

Kode etik guru Indonesia dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat.

KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan mendominasi dasar-dasar sebagai berikut :

1)    Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

2)    Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional

3)    Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melaksanakan bimbingan dan pembinaan.

4)    Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses mengajar.

5)    Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6)    Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7)    Guru memelihara hubungan profesi semangat keluarga dan kesetiakawanan sosial.

8)    Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dana pengabdian.

9)    Guru melaksanakan segala kebijaksnaan pemerintahan dalam bidang pendidikan.

PENGERTIAN ANTROPOGI DAN MACAM-MACAMNYA

 MAKALAH

"PENGERTIAN ANTROPOGI DAN MACAM-MACAMNYA"

Disusun oleh :

Nama        :
NIM        :
Prody        :

FAKULTAS BLOGGER
UNIVERSITAS BLOGSPOT
TAHUN

PENGERTIAN

Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal. === Definisi Antropologi menurut para ahli === * William A. Havilan : Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. * David Hunter : Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia. * Koentjaraningrat : Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Dalam bidang antropologi budaya, pakaian merupakan sebahagian dari unsur budaya benda yang berfungsi melengkapi keperluan hidup manusia. Walaupun budaya benda lebih menampakkan bentuk visual (tampak) tetapi tetap berkaitan dengan masalah non-material. Melalui pendekatan antropologi-budaya kedua-dua unsur ini saling melengkapi inti budaya. Segala unsur budaya non-material yang meliputi masalah moral, adat istiadat, kepercayaan, undang-undang, eksperesi seni memerlukan ‘peralatan’ yang berbentuk benda. Bentuk dan peralatan inilah yang perlu di ketahui simbol yang mempunyai makna dan fungsinya sebagai bahan budaya benda, sering juga bertindih lapis dalam berbagai-bagai sistem: wujud sebagai benda budaya, ekonomi ataupun teknologi. Dalam teknologi pembuatan, perkakas (tools) adalah alat, bahan buatan yang digunakan untuk mewujudkan dan mendukung pada penampilan dan status sosial sipemakai. Pakaian adalah salah satu benda budaya yang digunakan dalam kehidupan keseharian manusia, dicipatakan atau dibuat dari bahan tekstil, melalui proses atau teknik menjahit pakaian itu sendiri. Sebagai bahan peralatan seharian atau unsur benda budaya pakaian mempunyai dua fungsi, pertama pakaian sebagai mempermudah pergaulan (satatus sosial), kedua pakaian sebagai melindungi manusia dari cuaca sekitarnya (kesehatan). Lebih tepat lagi proses penciptaan atau pembuatan pakaian memerlukan keterampilan atau kemahiran yang melibatkan pengolahan bahan mentah, keterampilan dalam membentuk fungsi gunaan dan nilai estetis, unsur spiritual culture (istilah Antropologi) atau mental culture sebagai inti daripada keseluruhan makna kebudayaan. Oleh itu pakaian tidak saja berfungsi untuk melindingi diri dari alam sekitar, tetapi juga membawa nilai kesopanan dan membawa nilai simbolis (spiritual culture). Ciri-ciri Antropologi • mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan budaya manusia mengenal tulisan. • mempelajari suku-suku bangsa yang ada di dunia / bumi. • mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia. • mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi. --> 

PENGERTIAN SECARA SOSIOLOGI

 Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial. Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comtetahun 1842. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli. • Pitirim Sorokin Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain. • Roucek dan Warren Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. • William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial. • J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil. • Max Weber Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial. • Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial. • Paul B. Horton . Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut • Soejono Soekanto Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. • William Kornblum Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi. • Allan Jhonson Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut. Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa : “ Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum ” Ciri-ciri Sosiologi • cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid). • melakukan tindakan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial. • bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif. Johnsons, 1967 (dalam Soekanto,1982:14-15) mengemukakan ciri-ciri sosiologi. Adapun ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut:

1. Sosiologi bersifat empiris. Artinya sosiologi didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif. 2. Sosiologi besifat teoritis. Artinya sosiologi selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. 3. Sosiologi bersifat kumulatif. Artinya bahwa teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas atau memperhalus teori-teori lama. 4. Sosiologi bersifat non-etis. Artinya permasalahan yang dipersoalkan bukanlah buruk atau baiknya fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis. elo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam (Soekanto, 1982:20-23) mengungkapkan mengenai beberapa sifat hakikat sosiologi sebagai berikut: 1. Sosiologi adalah suatu ilmu social dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.

2. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normative, akan tetapi merupakan disiplin yang kategoris. Artinya sosiologi membatasi pada apa yang terjadi dewasa ini, bukan mengenai apa yang terjadi dan seharusnya terjadi.

3. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan yang terpakai (applied science).

4. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang konkret. Artinya, bahwa yang diperhatikan adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat tetapi bukan wujudnya yang konkret.

5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Artinya, sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antar umat manusia dan juga perihal sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.

6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Artinya, bahwa hal ini berkaitan denngansoal metode sosiologi yang digunakan.

7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya, sosiologi mempelajari gejala umum yang ada dalam setiap interaksi antar manusia.

 KESIMPULAN

 Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

INDONESIA SEBAGAI MASYARAKAT MAJEMUK

TUGAS MANDIRI

“INDONESIA SEBAGAI MASYARAKAT MAJEMUK”

Oleh:

Nama     : Achmad Muhammad Hambali
NPM     : C02212088
Kelas    : B

Prodi     : Pendidikan Ekonomi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2010



BAB I

PENDAHULUAN

Sulit dipungkiri, Indonesia ditinjau dari aspek manapun merupakan sebuah bangsa yang majemuk. Ini terlebih jika dikontrakan dengan bangsa-bangsa lain seperti Jepang, Korea, Thailand, ataupun Anglo Saxon (Inggris). Kemajemukan ini tampak dalam manifestasi kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak “satu”. Budaya Indonesia dapat dengan mudah dipecah kedalam budaya Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, atau pun Toraja, sebagai misal.
Kemajemukan juga termanifestasi dalam masalah agama, lokasi domestik, tingkat ekonomi ataupun perbedaan-perbedaan sikap dalam politik. Sikap politik, secara khusus, paling mudah menampakkan diri ke dalam bentuk partai-partai politik yang bervariasi dan hidup berkembang di bumi Indonesia.
Ciri dari masyarakat majemuk adalah secara atruktural memiliki sub-sub kebudayaan yang bersifat diverse. Ia kurang mengalami perkembangan dalam hal sistem nilai atau konsesur yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat. Kurang pola ditandari oleh berkembanganya sistem nilai dari kesatuan-kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya dengan penganutan peranggotanya masing-masing secara tegar dalam tebentuknya yang relative murni serta sering timbulnya konflik-konflik sosial. Masyarakat majemuk biasanya tersegmentasi kedalam kelompok yang punyai sub kebudayaan yang berbeda.
Sebab itu, merupakan suatu kajian menarik guna melihat seperti apa manifestasi kemajemukan struktur masyarakat Indonesia ini. Kemudian penelaahan akan dilakukan seputar kelebihan serta keemahan dari struktur majemuk masyarakat Indonesia ini.

BAB II

PEMBAHASAN
Keanekaragaman kultur Indonesia
Selaku pisau nalisa, perlu terlebih dahulu dibedah pengertian dari Keanekaragaman kultur “Mutukultur”. Kajian ini mengenai masyarakat majemuk signifikan terutama didalam masyarakat yang memang terdiri atas aneka pelapisan sosial dan budaya yang satu sama lain saling berbeda. Indonesia, sebab itu, mengembangkan slogan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu). Slogan ini bersifat filosofis politis. Oleh sebab itu tanpa adanya unsur pemersatu, akan mudah kiranya memecah belah kohesi politik masyarakat yang mendalami sekujur kepulauan nusantara ini.
Mengenai keanekaragaman kultur ini, Bhikhu Parekh membedakannya menjadi 3 yaitu : (1) Keanekaragaman Subkultural, (2) Keanekaragaman Perspektif, dan (3) Keanekaragaman Komunal. Ketiga pengertian mengnai keanekaragaman ini memiliki dampak berbedanya titik analisis atas kajian keanekaragaman atau multikultur yang dilakukan.

1.    Keanekaragaman Subkultural
Menurut Parekh, Keanekaragaman subkultural adalah sutu kondisi dimana para anggota masyarakat memiliki satu kebudayaan umum yang luas dianut, beberapa diantara mereka menyakinkan keyakinan dan praktek yang berbeda berkenaan dengan wilayah kehidupan tertentu atau menempuh cara hidup mereka sendiri yang relative sangat berbeda.
Kini, kelompok-kelompok miskin urban, “pun” kaum waria, gay, lesbian, dan kelompok-kelompok yang oleh masyarakat umum disebut “menyimpang” merupakan wujud dari keanekaragaman subkultural ini. Termasuk ke dalam contoh ini adalah Komunitas Lia Eden, kelompok-kelompok ‘sempalann” agama mainstream.

2.    Keanekaragaman Perspektif
Manurut Parekh, Keanekaragaman perspektif adalah suatu kondisi dimana beberapa anggota masyatakat sangat krisis terhadap beberapa prinsip atau nilai-nilai sentral kebudayaan yang berlaku dan berusaha untuk menyatakannya kembali disempanjang garis kelompok yang sesuai. Gerakan-gerakan Feminis dan emansipasi perempuan merupakan perwakilan dari keanekaragaman perspektif. Kemudian isu-isu pembentukan masyarakat madani di Indonesia, termasuk ke dalamnya isu-isu pembentukan Negara Islam atau Negara Pancasila, mewakili Keanekaragaman Perspektif ini.

3.    Keanekaragaman Manual
Terakhir, Keanekaragaman Kamunal adalah suatu kondisi sebagian besar masyarakat yang mencakup beberapa komunitas yang sadar diri dan terorganisasi dengan baik. Mereka menjalankan dan hidup dengan sistem kayakinan dan praktek yang berlainan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.
Misal dari Keanekaragaman Komunal ini adalah para imigran yang baru tiba, komunitas-komunitas Yahudi di Eropa dan Amerika, kaum Gypsi, masyarakat Amish, kelompok-kelompok cultural yang berkumpul secara territorial seperti kaum Basque di Spanyol. Di Indonesia asuk ke dalam kelompok ini misalnya kawasan-kawasan Perinan (hunian komunitas Cina), wilayah-wilayah yang dihuni suku-suku bangsa di luar wilayahnya (komunitas Batak di Jakarta dan Bandung, misalnya).
Bahasa atas tiga pengertian keanekaragaman ini membawa kita pada pertanyaan, kearah mana keanekaragaman Indonesia hendak dialamatkan? Asumsi penelitian akan keanekaragaman Indonesia biasanya langsung ditunjukan pada hal-hal seperti keragaman agama, bahasa, suku bangsa, dan wilayah domisili berdasar kepulauan tempat tinggal. Namun, ketika diperhadapkan pada pembagian pengertian keanekaraman menurut Parekh ini, perlu dilakukan suatu pemilahan yang tepat atas kajian kemajemukan Indonesia selanjutnya.
Kemajemukan di Indonesia
Berdasar argumentasi Parekh, multikulturalisme di Indonesia sesungguhnya lebih kompleks ketimbang Cuma membedakan aspek kesukubangsaan saja. Masalah kesukubangsaan ini lambat-laun mengalami perubahan makna. Sebagai missal, Yusuf Kalla (saat tulisan dibuat adalah wapres RI) yang orang Makassar menikah dengan Mufidah Kalla yang berasal dari Sumatera Barat. Kemungkinan, Yusuf Kalla relative mudah mengidentifikasi diri selaku “orang Makassar” yang mempraktekkan budaya “Makassar.” Demikian pula istrinya, mengidentifikasi diri dan mempraktekkan budaya Sumatera Barat. Namun, bagaimana halnya dengan keturunan mereka? Apakah mereka mengidentifikasi diri selaku “orang Makassar”, “orang Sumatera Barat”, ataukah “orang baru” yang mengidentifikasi diri selaku orang setengah Makassar dan setengah Sumatera Barat.
Terkadang, guna memutus kebingungan identifikasi, seseorang yang merupakan keturunan perkawinan “campur” aneka suku bangsa mengidentifikasi diri selaku “orang Indonesia”. Ditinjau dari sisi ini, konsep integrasi nasional memiliki kekuatannya sendiri sebagai basis identitas mereka yang sulit mengidentifikasi diri dengan suku bangsa tertentu. Terlebih, jika keturunan dari dari perkawinan antar suku bangsa tersebut memperoleh keturunan dari suku bangsa lain yang berbeda dengan asal kedua orang tuanya. Masalah identifikasi akan semakin kompleks, dan ke-Indonesia-an semakin memperoleh signifikansi selaku basis identitas mereka.
Kembali kepada pengertian multikultur menurut Parekh. Subkultur, Perspektif, dan Komunal ketiganya sekaligus merupakan varian keanekaragaman yang dapat saja diterapkan terhadap kajian sistem sosial dan budaya Indonesia. Masuknya aneka budaya baru, perkembangan teknologi, industrialisasi, dan percampuran penduduk membuat kategorisasi keragaman hanya sekadar suku bangsa sebagai analisis sistem sosial dan budaya Indonesia terlihat berkurang signifikansinya.
Aneka subkultur kini pun tengah berkembang di Indonesia. Budaya-budaya Punk, kaum urban miskin kota, penduduk wilayah perbatasan, kelompok-kelompok buruh, kemudian membangun sistem nilai dan cara hidup tersendiri yang kemungkinan berbeda dengan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Kendati berbeda, dalam satu dan lain aspek, mereka masih dapat bersepakatan dengan aturan dan sistem hukum yang berkembang di Indonesia. Ini dengan tidak melupakan fakta, keragaman yang bersifat subkultur ini tetap merupakan “minoritas” dan sulit berkembang menjadi “mayoritas”.
Selain itu, kelompok-kelompok baru yang dapat dianggap selaku representasi dari keanekaragaman perspektif adalah kelompok-kelompok perempuan, kelompok-kelompok keagamaan tertentu, kelompok-kelompok pakar ilmiah, yang kendati tetap hidup dalam budaya mainstream tetapi memiliki sejumlah kritik atas praktek kebudayaan yang berlangsung. Bersama kelompok-kelompok ini hidup, tetapi mereka terus mengupayakan perubahan atas beberapa aspek kebudayaan tertentu yang dipraktekkan.
Keanekaragaman Komunal paling mudah dikenali karena sejumlah manifestasi fisik yang mudah dicerap panca indera semisal bahasa, tata cara berpakaian, warna kulit, dan tata cara hidup. Orang Batak mudah dibedakan dengan Orang Sunda. Orang Papua mudah dibedakan dengan Orang Minangkabau, dan seterusnya. Suku-suku bangsa ini dapat saja hidup kendati berada di luar wilayah domisilinya. Misalnya, orang Batak hidup di perantauan di daerah Cimahi, Bandung. Orang-orang Batak ini kemungkinan menerbitkan suatu “perspektif” yang aneh bagi orang Sunda akibat beberapa perbedaan tata budayanya. Namun, kerap kali orang-orang Batak akan mengadopsi beberapa komponen budaya Sunda (bahasa, makanan, cara bergaul) demi mengintegrasikan diri mereka.
Parsudi Suparlan secara tegas menyebut masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Hal yang mencolok dari kemajemukan masyarakat Indonesia adalah penekanan pada pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam bentuk komunitas-komunitas suku bangsa, dan digunakannya kesukubangsaan sebagai acuan utama bagi jati diri bangsa.2 Suparlan menandaskan bahwa masyarakat majemuk ini memiliki kesulitan tersendiri dalam melakukan integrasi nasional.
Sebagai contoh dapat diambil Afrika Selatan tatkala di bawah rezim Apartheid. Kulit putih Eropa (Belanda, Belgia) yang menguasai Afrika Selatan muncul selaku pemerintah dan melakukan tindak diskriminasi sosial terhadap kaum kulit hitam. Pembedaan tidak hanya terjadi di sector politik, tetapi juga meliputi sector sosial dan ekonomi yang dibatasi garis-garis rasial, keyakinan agama, dan jenjang sosial feodalisme.3 Begitu pula, terdapat kesulitan bagi Suriname yang majemuk dalam menerapkan demokrasi akibat konflik kepentingan antara 2 suku bangsa mayoritas di Negara tersebut. Akibatnya, Suriname kerap mengalami Military-Dictatorship demi pengembangan stabilitas nasionalnya.
Namun, ini bukan berarti multikulturalisme menjadi preseden terbentuknya consensus nasional berbangsa. Amerika Serikat, sebagai contoh, pada awal berdirinya adalah cukup “rasis” dengan konsep WASP-nya (White Anglo Saxon Protestant). Pemerintah Amerika Serikat hanya berhak dianggotai oleh orang-orang kulit putih asal Inggris yang beragama Protestan. Kini konsep tersebut lambat-laut mencair dan bahkan, orang keturunan kulit hitam seperti Barack Husein Obama mampu muncul sebagai orang nomor 1 di Negara tersebut.
J.S. Furnivall termasuk orang yang pertama kali menyebut Indonesia selaku bangsa majemuk. Masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat di mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah sedfemikian rupa, sehingga para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain.4
Ciri dari masyarakat majemuk adalah secara structural memiliki sub-sub kebudayaan yang bersifat diverse. Ia kurang mengalami perkembangan dalam hal sistem nilai atau consensus yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat. Kurang pula ditandai oleh berkembangnya sistem nilai dari kesatuan-kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya dengan penganutan para anggotanya masing-masing secara tegar dalam bentuknya yang relative murni serta oleh sering timbulnya konflik-konflik sosial, atau setidak-tidaknya oleh kurangnya integrasi dan sailng ketergantungan di antara kesatuan-kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya.

BAB III

KESIMPULAN
Dalam masyarakat majemuk dengan demikian ada perbedaan-perbedaan sosial, budaya, dan politik yang dikukuhkan sebagai hukum ataupun sebagai konvensi sosial yang membedakan mereka yang tergolong sebagai dominant yang menjadi lawan dari yang minoritas. Dalam masyarakat Hindi Belanda, pemerintahan nasional atau penjajahan mempunyai kekuatan militer dan polisi yang dibarengi dengan kekuatan hukum untuk memaksakan kepentingan-kepentingannya, yaitu mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia. Dalam struktur hubungan kekuatan yang berlaku secara nasional, dalam penjajahan hindia belanda terdapat golongan yang paling dominant yang berada pada lapisan teratas, yaitu orang Belanda dan orang kulit putih disusul oleh orag Cina, Arab, dan Timur asing lainnyam dan kemulian yang terbawah adalah mereka yang tergolong pribumi. Mereka yang tergolong pribumi digolongkan lagi menjadi yang tergolong telah mengenal peradaban dan mereka mengenal peradaban atau yang masih primitif. Dalam struktur yang berlaku nasional ini terdapat struktur-struktur hubungan kekuatan dominant-minoritas yang bervariasi sesuai konteks-konteks hubungan dan kepentingan yang berlaku.

MAKALAH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SERTA DAMPAK NEGATIFNYA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah “Teknologi Informasi dan Komunikasi” ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi – materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa dalam belajar teknologi informasi dan komunikasi. Serta siswa juga dapat memahami nilai – nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak

Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para siswa akan mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar Teknologi Infomasi dan Komunikasi. Dan dengan harapan semoga siswa mampu berinovasi dan berkreasi dengan potensi yang dimiliki,

Jember, 05 Oktober 2011

Penulis

Hasyim Ali Shahab



DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................1

Daftar Isi 2

BAB I Pendahuluan 3

A. Latar Belakang Masalah 3

B. Tujuan 3

BAB II Pembahasan 3

1. Dampak Positif Teknologi 4

2. Dampak Negatif Teknologi 4

BAB III Penutup 5

1. Kesimpulan 5

2. Saran-Saran 5

Daftar Pustaka 6



BAB I

PENDAHALUAN

DAMPAK PENGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

A. Latang Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan kita sehari –hari sekarang ini sangat pesat sekali, baik mencari informasi maupun menerima informasi sehingga dapat membantu manusia memudahkan permasalahan yang sedang dihadapinya. Pada era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting sekali. Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan seseorang , bisnis, pendidikan.

Di lembaga pendidikan siswa disekolah mendapat pelajaran teknologi informasi dan komunikasi . seperti mempelajari computer dan internet. didalam pengoperasian internet dan computer ini penulis akan membahas dampak pengunaan teknologi informasi dan komunikasi.

B. Tujuan

Dalam pengunaan alat – alat teknologi informasi dan komunikasi ini, diminta kepada si pengguna tidak salah dalam menggunakannya karena apapun dengan mudah bisa kita terima. Untuk itu penulis akn membahan masalah dampak positif dan negatif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

BAB II

PEMBAHASAN

DAMPAK POSITIF PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Perkembangan teknologi informasi dan kumunikasi dapat meningkatkan kehidupan manusia, yang berarti keberadaan teknologi infomasi dan komunikasi dapat memberi mamfaat atau keuntungan bagi kehidupan manusia. Ketika mengunakan telepon, menonton televisi, mengerjakan tugas dengan computer dan mengunakan fasilitas internet, sehingga apapun masalah kita sangat mudah kita atasi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan dan memudahkan manusia untuk dapat saling berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau. Informasi dari belahan dunia lain dengan mudah dapat diterima dengan cepat , aktivitas komunikasi antar dua tempat yang berjauhan menjadi lebih mudah dan cepat dengan mudah mengunakan alat – alat teknologi komunikasi dan komunikasi.

Dalam bidang pendidikan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berpotensi untuk membangun masyarakat yang demokratis, hal ini ditandai adanya hubungan guru dengan siswa , guru dan guru, dan antara guru,siswa, orang tua dan masyarakat dalam kaitannya dengan proses pendidikan dalam dan diluar sekolah .

DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sering dianggap sebagai kebaikan atau kemudahan bagi para penggunanya. Namun, ketika nalar, kemampuan dan iman kita belum memadai atau tidak siap untuk mengikuti perkembangan tersebut, apakah kemudahan atau kebaikan yang dijanjikan bisa menjadi kenyatan dan bisa dinikmati.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya menimbulkan efek positif yang kontruktif (membangun), tetapi juga menimbulkan efek negatif yang destruktif ( merusak). Efek negative tersebut disebabkan oleh perkembangan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) tak seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penguasaan IPTEK bahkan digunakan untuk menggali prosedur –prosedur yang jujur sehingga lahirlah cyber crime ( pembajakan kartu kredit). Selain itu, penguasaan IPTEK malah digunkan untuk memuaskan hasrat duniawi sehingga lahirlah cyber porn ( penyebaran aktivitas penyimpangan seksual dalam bentuk teks, gambar, maupun audio visual).

Adapun efek negatif lainnya dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi adalah semakin maraknya aktivitas pembajakan program computer dan VCD, CD, DVD aktifitas tersebut merupaan tindak kriminalitas yang diatur oleh undang –undang karena termasuk kegiatan ilegal yang secara financial dapat merugikan pihak lain

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Penguna teknologi informasi dan komunikasi dalam pemamfaatannya hendaknya didasari oleh nilai – nilai keimanan dan ketaqwaan, etika dan estitika, dan kearifan para pemakainya. Hanya mengembangakan nilai –nilai seperti itu, dampak negatif dari pemafaatan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet dapat diminimalkan terutama bagi generasi muda yang masih dalam masa pertumbuhan dan pencarian indentitas diri.

2. Saran – Saran

• Dalam pengunaan alat TIK diminta kepada penguna yang dibawah umur, harus ada bimbingan dari orang tua dan siswa disekolah bimbingan dari guru

• Bagi para penguna yang lain gunakanlah sesuai dengan kegunaan nya masing masing

• Khusus bagi lembaga pendidik untuk dapat memblokir situs –situs yang tidak boleh dibuka.



DAFTAR PUSTAKA

1. Lia Kuswanto. 2006 dkk Mahir Berkomputer

2. Nugraha,Aries Setya.2004. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Makalah Aliran-Aliran Dalam Ilmu Psikologi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi diakui sebagai ilmu mandiri pada akhir abad ke-19. Selama dua abad sebelumnya, berbagai model dikembangkan mengenai apa yang semestinya menjadi subjek studi psikologi dan bagaimana studi tersebut dilakukan. Secara spesifik , selama abad ke-17 dan ke-18, berbagai model psikologi saling bersaing untuk mendominasi yang lain.
Para psikolog bekerja di banyak situasi terapan yang berbeda-beda, dan memiliki berbagai macam peran, bahkan dalam lingkungan akademiapsikologi kontemporer cukup sulit diidentifikasi. Penelitian dan pengajaran psikologi dilakukan di departemen psikologi, ilmu kognitif, manajemen organisasi, dan hubungan social. Psikologi tampaknya berkembang menuju diversifikasi yang lebih besar daripada menuju suatu kesatuan kohesif.
Paling tidak, sistem-sistem psikologi yang dikembangkan pada abad ke-20 memberikan deskripsi yang masuk akal tentang bagaimana psikologi mencapai keragamanya. Fase sistem dalam perkembangan psikologi merupakan bagian penting dalam evolusi psikologi. Fase tersebut menunjukan kesulitan dalam mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan dan menempatkan psikologi dalam ilmu pengetahuan. Karena wujud empiris ilmu pengetahuan merupakan kesamaan utama di antara bidang-bidang kontemporer penelitian psikologi.
Kami disini akan menguraikanya dengan lebih detail lagi tentang apa yang di maksud dengan psikologi dan aliran-aliran yang timbul dalam perkembangan psikologi, diantaranya adalah aliran Assosiasi, Gestalt dan Behaviorisme.
Do’akan kami agar lancar dalam menjalankan tugas prestasi ini.

B. Rumusan Masalah
1) Definisi Psikologi
2) Timbulnya Aliran-Aliran Dalam Psikologi
- Aliran Assosiasi
- Aliran Gestalt
- Aliran Behaviorisme
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan Pengertian Psikologi
2. Ingin membahas tentang timbulnya Aliran-Aliran Dalam Psikologi
a. Aliran Assosiasi
b. Aliran Gestalt, dan
c. Aliran Behaviorisme


BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Psikologi
Psikologi lahir di jerman pada tahun 1870-an sebagai disiplin ilmiyah yang diakui. Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan).
Jiwa secara harfiah berasal dari perkataan sansekerta JIV, yang berarti lembaga hidup (levensbeginsel), atau daya hidup (levenscracht). Oleh karena jiwa itu merupakan pengertian yang abstrak, tidak bisa dilihat dan belum bisa diungkapkan secara lengkap dan jelas, maka orang lebih cenderung mempelajari “jiwa yang memateri” atau gejala “jiwa yang meraga/menjasmani”, yaitu bentuk tingkah laku manusia (segala aktivitas, perbuatan, penampilan diri) sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, psikologi butuh berabad-abad lamanya untuk memisahkan diri dari ilmu filsafat.
Perkataan tingkah laku/perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali. Yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berjalan, berlari-lari, berolah-raga, bergerak dan lain-lain, akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berpikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalan bentuk tangis, senyum dan lai-lain.
Kegiatan berpikir dan berjalan adalah sebuah kegiatan yang aktif. Setiap penampilan dari kehidupan bisa disebut sebagai aktivitas. Seseorang yang diam dan mendengarkan musik atau tengah melihat televisi tidak bisa dikatakan pasif. Maka situasi dimana sama sekali sudah tidak ada unsur keaktifan, disebut dengan mati.
Pada pokoknya, psikologi itu menyibukkan diri dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan lain-lain. Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1) Pengenalan atau kognisi
2) Perasaan atau emosi
3) Kemauan atau konasi
4) Gejala campuran.
Namun hendaknya jangan dilupakan, bahwa setiap aktivitas psikis/jiwani itu pada waktu yang sama juga merupakan aktifitas fisik/jasmani. Pada semua kegiatan jasmaniah kita, otak dan perasaan selalu ikut berperan, juga alat indera dan otot-otot ikut mengambil bagian didalamnya.
2. Timbulnya Aliran-aliran Dalam Psikologi
Psikologi lahir di Jerman pada tahun 1870-an sebagai disiplin ilmiyah yang diakui. Tema aktivitas esensial pikiran yang selalu terdapat dalam filsafat Jerman memberikan ruang intelektual yang menggairahkan yang menjadi alasan meyakinkan bagi berdirinya psikologi, dan juga memicu lahirnya berbagai model dengan usulan substansi dan metodologi psikologi yang berbeda. Suatu alternatif digambarkan sebagai model ilmu pengetahuan manusia, yang mengajukan berbagai metodologi empirik yang lebih terbuka yang didasarkan pada obervarsi, tetapi tidak selalu eksperimental. Hingga pada akhirnya timbulah beberapa aliran dalam psikologi, yang diantaranya adalah :
a. Aliran Asosiasi
Para ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat, bahwa pada hakikatnya perkembangan itu adalah prosesasosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran ini yang primer adalah bagian-bagian, bagian-bagian ada terlebih dahulu, sedangkan keeluruhan ada lebih kemudian. Bagian-bagian terikat satu sama lain menjadi suatu keseluruhan oleh asosiasi. Salah seoarang tokoh aliran asosiasi ini yang terkenal adalah John Locke. Locke berpendapat bahwa pada permulaannya jiwa anak itu adalah bersih semisal selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri. Dalam hal ini Locke membedakan adanya dua macam pengalaman, yaitu:
a) Pengalaman luar
Yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indera, yang menimbulkan ”sensations”,
b) Pengalaman dalam
Yaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin sendiri, yang menimbulkan ”reflektions”. Kedua macam kesan itu, yatu sensations dan reflektions merupakan pengertian yang sederhana (simple ideas), yang kemudian dalam asosiasi membentuk pengertian yang kompleks (kompleks ideas).
Aliran asosiasi tersebut setidak-tidaknya dalam bentuknya seperti dikemukakan di atas itu, kini tinggal ada dalam sejarah; akan tetapi pengaruhnya dalam lapangan pendidikan pengajaran belum lama ditinggalkan orang. Metode mengajar, membaca dan menulis secara sintetis, metode menggambar secara sintetis, belum lama kita tinggalkan, atau malah mungkin masih ada yang mengikuti; metode-metode tersebut dasar psikologisnya adalah psikologi asosiasi.

b. Aliran Gestalt
Psikologi gestalt adalah gerakan Jerman yang seecara langsung menantang psikologi structural Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari Brentano dan Stumpf, serta akademi Wurzburg, yang berupaya mengembangkan alternative bagi Mode. Pengikut-pengikut aliran psikologi gestalt mengemukakan konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli yang mengikuti aliran asosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder; yaitu bagian-bagian yang hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya.
Gestalt adalah keseluruhan yang diorganisasikan secara tersusun. Keseluruhan ini adalah lebih dari jumlah bagian-bagian, ia memperlihatkan sifat-sifat yang terdapat pada elemen-elemen. Keseluruhan memberi arti pada bagian-bagian, yaitu tiap-tiap anggota (bagian) didukung oleh keseluruhan dan baru memperoleh artinya dalam keseluruhan tersebut.
a) Tanda-tanda hakiki dari Gestalt
1) Batasan
Gestal itu merupakan suatu keeluruhan tersendiri yang berbeda dari keseluruhan yang lain.
2) Geleding (bentuk)
Gestalt adalah berstruktur dalam, walupun sifat keseluruhannya itu masih menonjol, tetapi nampak pula sifat ragamnya.
b) Arti pengertian Gestalt menurut Koffka
Batasan mengenai Gestalt yang dikemukakan oleh Koffka, yaitu Gestalt adalah pengumpulan gejala-gejala sedemikian rupa bahwa tiap-tiap begian hanya mempunyai sifatnya sendiri karena bersama-sama dengan bagian-bagian yang lain. Jadi, Gestalt adalah keseluruhan yang penuh arti, dimana bagian yang satu mendukung bagian yang lain dan memperoleh artinya dari keseluruhannya. Gejala-gejala psikhis bukan merupakan suatu bentuk dimana bagian-bagiannya lepas satu sama lain tetapi suatu bentuk keseluruhan yang teratur. Yang primer dari gestalt adalah tak ada elemen. Pada keseluruhan itu terdapat sifat berdiri sendiri dan dalam totalitet, ini hanya ada bagian-bagian yang tidak berdiri sendiri, yang baru memperoleh arti karena bagian-bagian tersebut dimasukkan kedalam keseluruhan tersebut.
c) Timbulnya pengalaman Gestalt
Terhadap rangsangan yang kita terima dari dunia sekeliling, yang jumlahnya tak dapat dihitung, terhadap penyerapan-penyerapan tunggal yang jumlahnya sama dengan jumlah rangsangan, demikian menurut ilmu jiwa lama. Yang menarik perhatian adalah bahwa kita tidak menyerap suatu khas rangsangan rangsangan, tapi dengan mengamati langsung gestalt-gestalt. Dengan sendirinya ini diketahui oleh ilmu jiwa asosiasi dan berusaha untuk menerangkannya secara mekanistis belaka (disebabkan oleh hukum-hukum asosiasi yang membuta). Mereka beranggapan bahwa mula-mula ada suatu jumlah penyerapan-penyerapan dan dengan adanya hukum-hukum asosiasiyang bekerja membuta, lambat laun timbul hubungan yang psikhis. Ahli-ahli ilmu Gestalt tak mau menerima hopotesa mengenai jumlah asal daripada penyerapan ini. Mereka beranggap bahwa anak yang masih muda sekali secara langsung sudah mengamatyi dunia sekelilingnya dalam Gestalt (yang kurang atau sangat halus strukturnya). Tidak pada rangsangan ada penyerapan, tetapi suatu keseluruhan rangsangan dengan langsung diamati sebagai Gestalt.
d) Pemakaian ilmu jiwa Gestalt untuk menerangkan beberapa fungsi psikhis.
1) Pengamatan
Gestalt mula-mula dipelajari dalam lingkungan pengamatan. Disini ternyata bahwa isi pengamatan tidak mutlak ditentukan oleh rangsangan-rangsangan yang terpisah-pisah seperti yang dianggap orang terlebih dahulu, tetapi juga tergantung dari kekuatan dalam yang membentuk Gestalt.
2) Ingatan
Mengenai menghafal, ahli-ahli ilmu jiwaGestalt lebih mementingkan pembentukan suatu Gestalt, suatu kesatuan dalam, daripada jumlah ulangan yang banyak. Bila sekali sudah timbul satu Gestalt yang samar, maka Gestalt itu dipegang untuk waktu yang poendek atau panjang. Dimana tidak terbentuk Gestalt maka hanya sedikit yang diingat maka seumua ulangan tidak memmberi hasil. Bahan tanpa arti, pengetahuan yang tersebar lepas, sukar untuk dicamkan.
Maka untuk seorang guru berlaku tugas sebagai berikut: bahan harus sistekmatis, hubungan bagian yang sati dengan yang lain harus jelas. Dengan demikian, umpanya dalam pelajaran ilmu bum,i, hasil-hasil suatu daerah terutama akan diingat dengan baik bila dihubungkan dengan keadaan tanahnya.
3) Fantasi
Ilmu jiwa lama menerangkan fantasi sebagai dikombinasikannya bermacam-macam tanggapan fantasi. Ilmu jiwa Gestalt tidak percaya kepada pengumpulan elemen semata-mata, yaitu seorang komponis tidak hanya mengumpulkan nada-nada menjadi satu, sebelumnya ia sudah mempunyai tanggapan yang kabur dari keseluruhan (total). Ilmu jiwa Gestalt berpendapat bawa yang mula-mula ada adalah Gestalt yang kabur, suatu skema yang samar-samar dan bahwa skema ini lambat laun memperoleh isi.
4) Fikiran
Gestalt yang berstruktur ini juga memegang oeranan utama dalam berfikir. Bilamana suatu tugas berfikir harus dilaksanakan maka mula-mula terdapat suatu skema berfikir. Rencana skematis ini didiferensiasi dengan teliti, yaitu bagian bagian gestalyt dilihat penuh denagn perhat\ian dan dicari bagian2 yang tak ada. Maka pemecahan persoalan tercapailah.

c. Aliran Behaviourisme
Behaviorisme adalah system psikologi yang mengambil perilaku tampak yang dapat diamati dan diukur sebagai subjek pembahasanya. Dalam bentuk yang paling kaku, yang pada awalnya diajukan oleh J. B. Watson dan kemudian oleh B. F. Skinner.
Aliran Behaviourisme adalah salah satu dari aliran-aliran modern yang berpengaruh besar dalam ilmu jiwa, baik di Amerika, Rusia, Eropa dan Asia. Di dalam aliran Behaviourisme terdapat sebuah filsafat yang disebut dengan filsafat pragmatisme.
a) Pragmatisme
Mula-mula dalam abad ke 18 dan 19 aliran Idealisme mempengaruhi pikiran dan pekerjaan ilmiah orang-orang Amerika. Benyamin Franklin (1706-1790) salah seorang yang namanya tersohor hingga sekarang mengikuti filsafat Idealistis dari John Locke dan Malebranche. Kemudian, sesudah wafatnya Franklin aliran Idealisme yang berasal dari Jerman bertambah mempengaruhi filsafat Amerika. Nama yang terkenal dalam hubungan ini ialah pelopor demokrasi yang terkenal Ralph W. Emerson (1803-1882).
Penganjur Neo-Realisme yang termulia ialah Watson, yang mengerjakan dan mempraktekkan teori filsafat ini dalam sebuah sistem ilmu jiwa yang Behaviouristis. Pengaruh yang terbesar, baik dalam filsafat maupun ilmu-ilmu yang lain sebagai pendidikkan dan ilmu jiwa datang dari Pragmatisme. Peletak dasar dari sistem ini adalah William James (1842-1910). Dalam teori Pragmatisme maksudnya bukanlah mencari masalah dan dasar dari perbuatan dan kelakuan manusia, melainkan dikejarnya akibat yang baik daripada perbuatan-perbuatan itu, dikehendakinya supaya kita belajar hidup dan berlaku sedemikian rupa, hingga kelakuan kita membawa faedah bagi kita sendiri dan lingkungan tempat kita hidup.
Nama Pragmatisme yang pertama kali dikemukakan oleh Charles S. Peirce (1878) yang berasal dari kata Yunani “Pragma”, yang berarti perbuatan. Dalam teori Pragmatisme ini James menekankan antara berpikir dan berbuat, yang terkait dengan manusia, dan dihubungkan juga kepada “kebenaran”. Pragmatisme merupakan teori mengenai kebenaran dan merupakan metode berpikir.
b) Arti Behaviourisme
Behaviourisme mempunyai arti yang penting bagi ilmu jiwa hewan dan ilmu jiwa anak. Behaviourisme timbul dari ilmu jiwa hewan. Seekor binatang tidak dapat diselidiki dengan cara Tanya jawab yang tidak kritis dan selalu memakai manusia sebagai ukuran tigkah laku binatang. Arti Behaviourisme yang penting ialah, bahwa penyelidikkan hewan tersebut dilakukan dengan sangat obyektif.
Juga untuk bayi dan anak kecil tidak mungkin dipakai metode introspeksi. Jasa behaviourisme ialah bahwa behaviourisme telah mempelajari dengan teliti tingkah laku anak kecil seperti bersin, menelan, menangis, tertawa, menggerakkan tubuh, menangkap, berdiri, dan sebagainya.
Keberatan yang terbesar terhadap behaviorisme ialah karena menerangkan segala sesuatu dengan cara yang mekanistis. Menurut paham behaviourisme manusia merupakan mesin reaksi, dan pendidikan hanyalah soal mempengaruhi reflek dan perbuatan-perbuatan saja.
c) Prinsip-prinsip Behaviourisme
Prinsip behaviourisme antara lain:
1. Ilmu jiwa behaviouristis menganggap kelakuan sebagai obyek penyelidikan psikologis.
2. Behaviourist dalam ilmu jiwa tidak dapat menerima adanya sesuatu jiwa, yang mengemudikan kehidupan dan kelakuan kita.
3. Behaviourisme itu berpendapat bahwa kelahiran si anak belum mempunyai bakat, warisan rohani, kecakapan-kecakapan yang dibawakan, tetapi behaviourisme itu dipraktekkan dalam pendidikan.
d) Pelopor-pelopor Behaviourisme di Amerika
a. William James sebagai Ahli Ilmu Jiwa
William James adalah seorang fungsionalis yang berpegang pada metode-metode dari ilmu hayat. James beranggapan bahwa hidup rasa ialah menolong gerak-gerik dari orang yang bersangkutan; arti daripada hidup kehendak yaitu supaya dengan kehendak itu orang dapat mengarahkan perbuatan dan kelakuannya sedemikian hingga seluruh pribadinya dapat disesuaikan dengan alam yang melingkupinya.
b. Edward Lee Thorndike
Thorndike beranggapan, bahwa kelakuan meliputi kesadaran. Dari sebab itu dipergunakannya metode instropeksi. Ia menekankan gejala-gejala motoris namun ia memberi perhatian kepada pengawakan kesenangan. Thorndike menjadikan seluruh proses belajar suatu rangkaian reflek yang tetap pada perangsang tertentu.
c. Watson
Watson beranggapan bahwa ilmu jiwa itu merupakan gejala-gejala yang nyata ada, yang benar-benar obyektif, dan empiris.


BAB III
PENUTUP
a. Pengertian Psikologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan).
b. Timbulnya Aliran-Aliran Dalam Psikologi
1. Aliran Assosiasi
Salah seoarang tokoh aliran asosiasi ini yang terkenal adalah John Locke. Locke berpendapat bahwa pada permulaannya jiwa anak itu adalah bersih semisal selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri.
2. Aliran Gestalt
Psikologi gestalt adalah gerakan Jerman yang seecara langsung menantang psikologi structural Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari Brentano dan Stumpf, serta akademi Wurzburg, yang berupaya mengembangkan alternative bagi Mode.
3. Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah system psikologi yang mengambil perilaku tampak yang dapat diamati dan diukur sebagai subjek pembahasanya. Dalam bentuk yang paling kaku, yang pada awalnya diajukan oleh J. B. Watson dan kemudian oleh B. F. Skinner.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2. Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
3. Turner, M. B. 1976. Psikologi and Science of Behavior, New York : Appleton-Century-Crofts
4. Watson, R. I. 1971. The Great Psychologist, From Aristotle to freud. Philadelphia : J. B. Lippincott
5. http//.www.google.com

Makalah Peran Guru Dalam Pendidikan

1.1 Latar Belakang

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Maka dari itu, dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai peran guru dalam pembelajaran sebagai acuan untuk memahami sebuah profesi kependidikan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran disebuah sekolah ataupun dalam sebuah lembaga pendidikan  formal. Disamping itu sebagai syarat untuk menuntaskan perkuliahan semester satu pada program pendidikan Akta IV di UISU Medan

BAB II
PEMBAHASAN


A. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa dan disiplin.
Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dan pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi an seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
Sedangkan disiplin dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional karena mereka bertugas unutk mendisiplinkan peserta didik didalam sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya.

B. Guru sebagai Pengajar

Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan dalam belajar. Hal ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif murah, kecuali atas ulah guru.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Apabila faktor tersebut dipenuhi, maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu :


1. Membuat ilustrasi
2. Mendefinisikan
3. Menganalisis
4. Mensintesis
5. Bertanya
6. Merespon
7. Mendengarkan
8. Menciptakan kepercayaan
9. Memberikan pandangan yang bervariasi
10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar
11. Menyesuaikan metode pembelajaran
12. Memberikan nada perasaan

C. Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab ata kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan peranya sebagai pembimbing yaitu :

1.    Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka diperlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Untuk merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruh aspek perjalanan.

2.    Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.

3.    Guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar mengajar.

4.    Guru harus melaksanakan penilaian. Penilaian yang dilakukan harus mencakup selurus proses kegiatan belajar mengajar.



D. Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampila, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus memperhatikan perbedaan individual peserta didik, dan lingkungannya. Untuk itu, guru harus banyak tahu meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
Pelaksanaan fungsi guru sebagai pelatiah tidak harus mengalahkan fungsi lain, ia tetap sadar bahwa walaupun tahu, tidak harus memberitahukan semua yang diketahuinya. Secara didaktis, guru menciptakan situasi agar peserta didik berusaha menemukan sendiri apa yang diketahui.