Tata Cara Menentuan Jarak Bintang


Pada dasarnya jarak suatu bintang dapat ditentukan dengan teknik yang disebut trigonometri paralaks. Apabila sebuah bintang “dekat” dicatat posisinya dari dua titik di sisi yang berlawanan di orbit Bumi (misalnya, dalam selang waktu 6 bulan), suatu perubahan posisi sudut yang sangat kecil akan terlihat. Pergeseran posisi ini disebut sebagai paralaks diamati relatif terhadap bintang di latar belakang, yang biasanya adalah bintang yang sangat jauh sehingga posisinya relatif tetap.
Dengan menggunakan radius (jari-jari) Bumi sebagai patokan, jarak dari bintang bersangkutan dapat ditentukan melalui sudut paralaksnya (p). Apabila p = 1” (satu detik busur), maka jarak bintang tersebut adalah 206.265 kali jarak Bumi ke Matahari. Apabila dinyatakan dalam satuan tahun cahaya, maka jarak tersebut setara dengan 3,26 tahun cahaya. Besaran ini dijadikan suatu satuan jarak yang disebut “parsek”, yang didefinisikan sebagai jarak dari suatu objek dimana objek tersebut menunjukkan paralaks sebesar 1 detik busur. Jadi, satu parsek = 3,26 tahun cahaya.
Karena paralaks berbanding terbalik dengan jarak, maka sebuah bintang sejauh 10 parsek akan memiliki paralaks sebesar 0,1”. Bintang yang jaraknya lebih jauh memiliki paralaks yang lebih kecil, dan dengan demikian lebih sulit untuk diukur jaraknya secara langsung. Untuk bintang-bintang semacam itu, para astronom menggunakan metode tidak langsung, diantaranya dengan memanfaatkan bintang-bintang variabel cepheid.

Bintang terdekat dari Matahari, Proxima Centauri, memiliki paralaks sebesar 0,76”, yang berati bahwa jaraknya adalah 1/0,76 atau 1,32 parsek, atau 4,3 tahun cahaya. Paralaks dari bintang terdekat berikutnya, bintang Barnard, terukur sebesar 0,55”, jadi jaraknya hampir 6 tahun cahaya. Tingkat kesalahan (error) dari metode ini berkisar 0,01”, yang artinya, ada 50 persen kemungkinan bahwa sebuah bintang yang paralaksnya terukur sebesar 0,065” berada pada jarak antara 13,3 dan 18,2 parsek (berhubungan dengan paralaks sebesar 0,075” dan 0,055”), dan dengan kemungkinan yang sama besar bahwa bintang tersebut berada pada jarak di luar kisaran tersebut.
Metode trigonometri paralaks hanya bisa diterapkan untuk bintang-bintang dekat, yang berjarak beberapa ratus tahun cahaya. Pada kenyataannya, diantara 100 miliar bintang di galaksi Bima Sakti, hanya sekitar 700 bintang yang cukup dekat untuk bisa diukur paralaksnya secara akurat.