Sebarkan Ilmu Untuk Indonesia Yang Lebih Maju

TAFSIR Ayat-Ayat Tentang Gender

BAB I
PENDAHULUAN 
Gender berasal dari bahasa latin yaitu genus, yang memiliki arti tipe atau jenis. Dalam bahasa inggris, gender yang artinya jenis kelamin atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan (pernikahan).
Secara Etimologi, gender yaitu perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan, dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam “women studies encyclopedia” dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural, dan berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, tingkah laku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. 
Istilah “gender” ini pertama kali digunakan oleh Oakley yang diartikan sebagai “behavior differences between women and men that are socially constructed created by men and women themselves therefore they are matter of culture”, yang diartikan sebagai (gender) sifat atau prilaku yang diletakkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya. Karena dibentuk oleh social budaya maka gender tidak berlaku selamanya tergantung pada waktu dan tempat.
Bisa gender yang berkembang dalam masyarakat mempengaruhi peran dan posisi manusia berdasarkan jenis kelamin. Bahkan terkadang mempengaruhi manusia dalam mendapatkan hak dan kewajiban.

BAB II
PEMBAHASAN
Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Makna Gender
1. Sikap Masyarakat Sebelum Islam Terhadap Perempuan (An-Nahl 16: 58-59)

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (59)
Artinya: 58.  Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.
59. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.
Tafsir 
Apabila diberitahukan salah seorang dari mereka bahwa Allah mempunyai anak perempuan, bahwa isteri mereka telah melahirkan seorang anak perempuan, merah padam mukanya akibat kekecewaannya. Dalam dadanya penuh rasa marah dan dendam, lalu mereka menyembunyikan diri karena malu dan timbullah dalam pikirannya “Apakah akan dibiarkan anak itu hidup dengan menanggung kehinaan, tidak diberi pusaka dan tidak mendapat layanan yang layak, ataukah dikubur hidup-hidup. 
Sungguh sangat jahat (kebutuhan) apa yang mereka katakana dan apa yang mereka sandarkan kepada Allah.
2. Kepemimpinan Perempuan (An-Nisa 4: 34, At-Taubah, 9: 71)
a. An-Nisa 4: 34
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diriketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Tafsir 
Diantara tugas kaum laki-laki adalah melindungi kaum perempuan. Ini sebabnya, peperangan hanya diwajibkan kepada laki-laki, tidak kepada kaum perempuan. Begitu pula tugas menafkahi jeluarga. Peperangan merupakan suatu urusan melindungi bangsa dan negara. Inilah yang menjadi dasar , mengapa kaum laki-laki memperoleh bagian yang lebih banyak dalam harta warisan.
Tapi diluar hak-hak yang disebutkan (hak mengendalikan, menuntut, dan memimpin) maka dalam masalah hak atau kewajiban yang lain, laki-laki dan perempuan adalah sama.
Derajat yang dimiliki laki-laki adalah memimpin dan mengurus rumah tangga. Isteri mengurus rumah tangga dengan bebas, asal dalam batas-batas yang ditetapkan syara’ dan diridhai (disetujui) oleh suami. Isteri memelihara rumah, mengendalikannya dan memelihara serta mendidik anak-anak, termasuk membelanjakan nafkah keluarga sesuai dengan kemampuan. Dibawah naungan suami, isteri bisa menjalankan tugasnya, mengandung dan mengyusui bayinya. 
Perempuan-perempuan yang soleh adalah mereka yang menaati suami, merahasiakan segala apa yang terjadi diantara keduanya tidak diceritakan atau diberitahukan kepada siapapun termasuk kepada kerabat.
Jika kamu melihat ada indikasi (tanda-tanda) bahwa isteri tidak akan menjlankan kewajiban-kewajiban (durhaka) yang harus dilaksanakan. Maka berikut ini berupa tindakan-tindakan edukatif (bersifat mendidik) yang bias dilakuakn:
1) Berilah nasehat atau pendapat yang bisa mendorong isteri merasa takut kepada Allah dan menginsafi bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukannya akan memperoleh siksa dari Allah pada hari kiamat kelak.
2) Jauhi dia, misalnya: dengan tidak tidur seranjang bersamanya.
3) Pukullah dengan kadar pukulan yang tidak menyakitinya. Hal ini boleh dilakukan apabila keadaan memaksa. Yakni, ketika isteri sudah tidak lagi bisa dinasehati dan dinsyafkan dengan ajaran-ajaran yang lemah lembut. Tapi sebenarnya suami yan baik dan bijaksana, tidak memerlukan tindakan yang ketiga.
Jika si istri kembali menaatimu setelah kamu mengambil diantara tindakan-tindakan yang diperlukan seperti telah disebutkan, maka janganlah kamu menganiaya dia mulai dengan memberikan nasehat atau memberikan peringatan, kemudian meningkat dengan berpisah ranjang atau membiarkan isteri tidur sendiri dan terakhir memukulnya. Tetapi jika dengan langkah-langkah ini tetap tidak membawa hasil maka serahkan kepada pihak ketiga (hakam, mediator) dari keluargamu dan keluarga si istri. Apabila si istri secara lahiriah telah menunjukan kembali kebaikannya, dalam arti mau rukun lagi, janganlah dicari-cari latar belakang sikapnya, atau mengungkit-ungkit sikap itu.
Allah memperingatkan kita dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Sikap kita tidak menzalimi istri dan tidak berlaku curang. Dia akan memberikan siksanya kepada suami yang berlaku kurang baik terhadap isterinya dengan menonjolkan kekuasaannya sebagai suami dan memperlakukan istri yang kurang baik. 
b. At-Taubah, 9: 71
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Tafsir 
Orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian dari mereka adalah penolong dan pembantu bagi sebagian yang lain. Mereka satu dengan yang lain bertolong-tolongan, Bantu-membantu, baik dalam masa damai ataupun masa perang mereka satu dengan yang lain bersaudara dan berkasih sayang.
Para mukmin baik laki-laki maupun perempuan, memiliki sifat sebagai lawan dari orang-orang munafik.  
1. Orang-orang yang beriman menyuruh yang makhruf, sedangkan orang-orang munafik menyuruh yang mungkar. 
2. Orang-orang mukmin mencegah kemungkaran, sedangkan orang munafik mencegah yang makhruf. Dua sifat ini merupakan sifat pokok dari sifat-sifat orang mukmin.
3. Orang-orang mukmin mendirikan sembahyang dengan baik dan secukup-cukupnya, serta menyempurnakan rukun dan syaratnya selain itu juga berlaku khusyuk dan hatinya munajat (berkomunikasi) kepada Allah. 
4. Orang-orang mukmin memberikan zakat yang difardukan dan yang disunnahkan, sedangkan orang-orang munafik berlaku kikir, kalaupun mereka mengeluarkan harta, maka hal itu atas dasarNya.
5. Orang-orang mukmin terus menerus mentaati Allah dengan meninggalkan apa yang dilarang dan mengerjakan apa yang diperintah oleh Allah. 
Mereka itu adalah orang-orang yang dirahmati oleh Allah dan dimasukkan kedalam rahmat-Nya yang luas. Allah itu maha keras tuntutannya, dan tidak ada yang mampu menghalangi tuntutannya. Selain itu Allah maha hakim dalam segala perbuatannya, yang senantiasa menempatkan sesuatu pada tempatnya.

3. Kesamaan Laki-laki dan Perempuan (Al-Isra’ 17: 70, Ali Imron 3: 195, Al-Ahzab 33: 35)
a) Al-Isra 17: 70.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.
Tafsir 
Kami (Allah) telah memuliakan anak adam dengan memberikan akal dan pikiran kepada mereka, sehingga mereka dapat menundukkan apa yang ada di alam ini, seperti air dan udara. Kami memuliakan mereka dengan menjadikan bentuk tubuh mereka yang indah yang tegak berdiri (gagah). Kami memberikannya rezeki dengan berbagai macam makanan yang baik, dan tumbuhan atau pun binatang, serta kami utamakan mereka atas mahkluk kami. Oleh karena itu, tidaklah layak mereka mempersekutukan Allah dan terus menerus menyembah berhala.
Apakah anak adam lebih utama dari malaikat? Masalah diperselisihkan oleh para ulama. Ada yang menyatakan bahwa malaikat tidak termasuk dalam mahluk yang dimaksud di dalam ayat ini tidak ada dalil bagi masing-masing golonggan.
b) Ali-Imron 3: 195
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لأكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain[259]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, Pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan Pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."
Tafsir 
Allah memenuhi doa mereka lantaran iman, zikir, takzir (mengingat Allah), menyucikan-Nya dari segaa kekurangan, membenarkan Rosul, merasa lemah dan bersyukur dan merasa berhajat (mengharapkan) kepada ampunan Allah.
Allah mengabulkan doa mereka dengan memberikan pembalasan yang sempurna pada hari kiamat kelak, baik yang beramal itu lelaki atau perempuan. Tidak ada perbedaan diantara mereka. Keadilan menghendaki persamaan dalam memberikan pembalasan. Dan pembalasan itu diberikan lantaran amal, bukan karena sesuatu yang lain.
Dari ayat ini kita dapat mengambil beberapa kesimpulan: 
1. Mengabulkan sesuatu doa terkadang bukan dengan memberikan apa yang diminta. Mereka memohon supaya diampuni dosanya, ditutupi kejahatannya, dan diwafatkan berserta orang-orang ang berbakti. Tuhan mengabulkan permohonan mereka dengan menjelaskan bahwa semua orang yang beramal akan memperoleh pembalasan yang sempurna atas amalnya itu. Hal ini memberi pengertian bahwa yang melepaskan kita dari azab hanyalah amal yang dilakukan dengan sebaik-baiknya dan berdasarkan rasa ikhlas.
2. Lelaki dan perempuan adalah sama mereka bersamaan di sisi Allah dalam menerima pembalasan, apabila amalan-amalan mereka bersamaan pula. 
Penyebab persamaan karena lelaki merupakan bagian dari perempuan, demikian pula sebaliknya. Orang lelaki dilahirkan dari orang perempuan (ibu), dan orang perempuan juga dilahirkan karena ada orang laki-laki (ayah). Tidak ada perbedaan tentang rasa kemanusiaannya dan tak ada pula yang saling melebihi, hanya karena amalan (ketaqwaan-Nya). 
3. Menempatkan perempuan pada posisi yang tinggi.
4. Memperbaiki cara orang laki-laki mempergauli perempuan serta membantah dengan keras muamalah yang kejam (diskriminatif) yang masaih dilakukan oleh sebagian umat.
Keutamaan yang diberikan kepada lelaki dengan ditugasi melakukan beberapa pekerjaan yang tidak ditugaskan terhadap perempuan tidak menjadi sebab lelaki bias memperoleh keutamaan dalam segi pahala.
Perbuatan yang bisa menutupi kejahatan (kemaksiatan) sehingga mengantarkanya ke surga adalah hijrah dari tanah airnya untuk berkhikmat (berbakti) kepada Rosul dan mengalami pengusiran dari kampung halaman dan gangguan di jalan Allah, serta berjuang dan menghadang maut karena Allah.
Mengapa Tuhan membebani kita dengan beban yang berat, karena kebenaran tidak bisa berdiri sendiri, kecuali apabila ada yang menolongnya (menegakkannya), serta menentang segala setru-setru (musuh)-Nya, sehingga menjadikan kalimat Allah menempati posisi tinggi dan kalimat yang batil menjadi rendah.
Allah akan membalas perbuatan-perbuatan tersebut dengan hal-hal yang tiga ini: 
1) Menghapus segala kejahatan dan mengampuni dosa
لا كفر ن غنهم سئا تهم
“Sungguh aku akan menutup kejahatan-kejahatan mereka”.
Itulah yang mereka mintakan dengan ucapan mereka:
********

“Maka ampunilah dosa-dosa kami dan tutuplah kejahatan-kejahatan kami”. 
2) Memberi pahala yang besar
Ini yang dimaksud firman Allah: 
*******
“Dan sungguh aku akan masukkan mereka ke dalam surga yang dibawah mengalir sungai-sungai”. 
Inilah yang mereka mohonkan dengan ucapan:
***************
“Dan berikan kepada kami, apa uang Engkau janjikan kepada kami membenarkan Rosul-rosul Engkau”. 
3) Pahala yang besar yang disertai dengan kemuliaan dan kebesaran inilah yang ditunjuki oleh firman Allah:
******
Dan itulah yang mereka mohonkan dengan ucapan:
******
“Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat”.
Oleh karena itu maka ayat ini selengkapnya ialah: Sungguh Aku akan menutup kejahatan-kejahatan (kemaksiata) mereka, sungguh aku akan memasukan mereka ke dalam surga dan aku akan memberikan pahala dengan pembalasan dari ku yang tidak sanggup diberikan oleh orang lain.
Itulah pahala paling baik yang diberikan kepada orang yang beramal saleh. Yang demikian itu hanya dapat diberikan oleh Allah saja, tidak oleh yang lain. Firman ini menguatkan keutamaan pahala yang diberikan. 
Ayat ini memberi peringatan bahwa pembalasan itu dikaitkan dengan amal, bukan dengan sesuatu yanglain, seperti jabatan, keturunan, atau status sosial ekonomi seseorang selama di dunia. Juga memberikan peringatan bahwa islam menghapuskan perbedaan-perbedaan (diskriminasi) antara lelaki dan perempuan dalam masalah pahala. Islam adalah agama yang pertama kali memuliakan perempuan dan mengakui hak-haknya. 
c) Al-Ahzab 33: 35
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
Tafsir 
Dalam ayat ini, Allah menerangkan sifat-sifat yang dapat menghapuskan dosa dan memperoleh pahala yang kekal:
1. Patuh melaksanakan hokum-hukum agama, baik yang mengenai ucapan ataupun yang mengenai perbuatan.
2. Batin membenarkan apa yang difardukan oleh agama (iman).
3. Melaksanakan amal ibadah dengan penuh kekhusyuan dan keikhlasan secara tetap.
Tertip (urutan) firman ini membenarkan pengertian bahwa pada mulanya iktikad (keyakinan) dan tashliq (pembenaran) yang sempurna atau iman yang kamil (sempurna) berwujud sesuatu anggota badan patuh mengerjakan perintah dan menjauhi larangannya. Apabila iman dan islam telah terhujam dalam jiwa seseorang maka lahirlah prilaku khusyuk dan ikhlas yang sempurna.
4. Berlaku benar dalam ucapan dan perbuatan. Benar itu adalah tanda iman, sebagaimana berdusta adalah tanda nifak.
5. Sabar menderita kesukaran-kersukaran dan kesulitan-kesulitan dalam menunaikan ibadah dan menjauhi hawa nafsu.
6. Khusyuk dan merendahkan diri kepada Allah dengan hati dan anggota tubuh.
7. Bersedekah dengan harta dan berbuat ikhlas kepada semua orang yang membutuhkan pertolongan.
8. Berpuasa. Puasa adalah cara yang ampuh dalam mematahkan hawa nafsu.
9. Memelihara dari zina.
10. Menyebut nama Allah dengan lisan dan hati.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abi Said al-khudri bahwa Rasulullah bersabda:
**********
”Apabila seorang suami membangunkan istrinya dimalam hari, lalu keduanya bersembahyang dua rekaat, maka keduanya pada malam itu tergolong kedalam golongan orang yang banyak menyebut nama Allah”.
Kepada mereka yang melaksanakan semua sifat yang sudah dijelaskan tersebut diberikan ampunan dan pahala yang besar di dalam surga janatun na’im sebagai pembalasan atas amal usahanya.

BAB III
KESIMPULAN
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa seorang laki-laki dan perempuan saling mempunyai kesamaan dan perbedaan gender dalam suatu keluarga.
Kesamaannya yaitu sama-sama mempunyai tugas untuk membuat kelurga itu nyaman, tentram dan damai. Sama-sama bertanggung jawab atas apa yang terjadi didalam kelurga itu.
Perbedaannya Cuma didalam tugas dan penempatanny. Semua suami bertugas menjadi kepala rumah tangga dan bertugas mencukupi nafkah lahir batin kelurganya. Sedangkan seorang istri bertugas mengatur keuangan dan mengatur dan merawat anak-anak. Jadi pada intinya semua antara suami, istri, anak-anak saling bekerjasama agar terwujudnya keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, 1987, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV. Toha Putra.
M. Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al-Mibah, Jakarta: Lentera Hati. 
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, 2004, Tafsir Qur’anul Karim, Jakarta: Hida Karya Agung.
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, 2000, Tafsir Qur’anul Majid An-nur 3, Semarang: Pustaka Rizki Putra.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah AWT yang telah memberikan berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tafsir ini dengan tujuan semoga dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Hadi Rahmat, MA selaku dosen mata kuliah tafsir yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah tafsir ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah tafsir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah yang selanjutnya dapat lebih baik lagi. Amin.