Sebarkan Ilmu Untuk Indonesia Yang Lebih Maju
Panduan Menulis dan Mempresentasikan Karya
Ilmiah: Thesis, Tugas Akhir, dan Makalah
Budi Rahardjo
3 Juli 2003


Daftar Isi
1 Pengantar
 2
2 Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Penulisan Ilmiah 4
2.1 Mengantisipasi Pembaca Tulisan . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.2 Kesalahan Struktur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.3 Penulisan Bagian Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.4 Penulisan Bagian Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.5 Layout halaman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.6 Pemilihan font . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.7 Penulisan rumus matematik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
3 Penggunaan Bahasa Indonesia
 9
3.1 Bahasa Indonesia dan Istilah Teknis . . . . . . . . . . . . . . 10
3.2 Menuliskan istilah asing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
4 Mengutip dan Menuliskan Daftar Pustaka
 12
4.1 Mengutip . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
4.2 Menuliskan Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
5 Mempresentasikan Karya Ilmiah
 15
5.1 Hal-hal yang perlu diperhatikan . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
5.2 Mempersiapkan presentasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
5.2.1 Mengetahui target pendengar . . . . . . . . . . . . . . 17
5.2.2 Persiapan teknis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
5.3 Pelaksanaan presentasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
5.3.1 Ketepatan waktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
5.3.2 Tips dalam menghadapi pendengar . . . . . . . . . . . 19
5.4 Tips menggunakan presentasi elektronik . . . . . . . . . . . . 20
1


Bab 1
Pengantar
Sebagai seorang dosen, saya sering harus menilai thesis, laporan tugas akhir,
makalah, dan tulisan ilmiah lainnya. Namun sayangnya banyak sekali ma-
hasiswa yang tidak tahu cara menulis karya ilmiah ini. Biasanya yang saya
lakukan adalah memberi catatan di pinggir tulisan atau memanggil maha-
siswa yang bersangkutan untuk menjelaskan kesalahannya.1 Hal ini beru-
lang terus dan makin sering. Capek juga! Untuk itulah saya menulis tulisan
ini. Harapannya adalah mahasiswa dapat mengetahui kesalahannya sehing-
ga mengurangi beban saya dalam memperbaiki tulisan tersebut.
Perkembangan teknologi komputer mempermudah orang dalam menulis
dengan adanya (word processor). Namun banyak mahasiswa (dan juga
dosen!) yang menggunakan word processor sebagai layaknya mesin ketik.
Dia tidak tahu bahwa dokumen itu memiliki struktur paragraf, seperti “ti-
tle”, “heading”, “normal text”, dan seterusnya. Ketika saya buka berkas
tulisannya, semuanya campur aduk dan tidak konsisten. Font berubah
dimana-mana, margin berbeda, dan seterusnya. Hal ini merepotkan jika
kita ingin mengubah layout sesuai dengan format yang diterapkan oleh jour-
nal tertentu. Ini salah satu contoh tools digunakan tanpa mengetahui cara
penggunaannya yang benar.
Sebetulnya saya sendiri juga tidak terlalu jagoan dalam menulis. Dapat
anda bayangkan bila saya katakan bahwa tulisan yang saya evaluasi lebih
buruk dari tulisan saya! Kata sebuah iklan: “Oh seraaaam...”.
Tulisan ini difokuskan kepada permasalahan penulisan karya ilmiah. Ja-
di dia terfokus kepada layoutnya, bukan kepada masalah isi (content) dari
tulisan itu sendiri. Tentang isi, tentunya anda sebagai penulis yang lebih
mengetahui. Kecuali jika pekerjaan yang anda tulis tersebut bukan peker-
jaan anda. (Jika benar demikian, maka masalahnya ternyata lebih besar
dari sekedar penulisan. Celaka pendidikan kita!)
1 Saya memang agak cerewet dalam format tulisan. Menulis yang baik membutuhkan
waktu. Itulah sebabnya saya beritahukan kepada mahasiswa bimbingan saya bahwa siap-
kan waktu minimal 3 bulan untuk menuliskan thesis atau laporan tugas akhir. Jika tidak
bersedia, silahkan pilih pembimbing yang lain.
2


Tulisan ini juga tidak membahas tentang metoda penelitian. Silahkan
gunakan referensi lain untuk masalah ini.
Sumber rujukan dari tulisan ini diperoleh dari berbagai sumber, seperti
misalnya [1]. Sumber on-line antara lain:
• George D. Gopen dan Judith A. Swan, “The Science of Scienti c Writ-
ing” 2. http://www.research.att.com/˜ andreas/sci.html
Jika anda mengetahui sumber lain yang layak dijadikan acuan, mohon saya
diberitahu. (Dan lebih bagus lagi kalau saya dibelikan buku tersebut. Senyum
:-) )
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, dan siapa saja
yang ingin membuat tulisan ilmiah. Komentar, koreksi, dan saran mohon
diteruskan kepada saya melalui email.
Catatan: Tulisan ini sebenarnya (sangat) belum selesai. Namun saya
sediakan untuk dibaca sesegera mungkin karena banyak mahasiswa yang su-
dah sangat membutuhkannya. Setup dari LATEX yang saya gunakan juga
belum benar sehingga pemenggalan kata-kata dalam bahasa Indonesia masih
kacau. Maklum, sudah lama saya tidak menggunakan sistem ini. Terima
kasih untuk Dikshie dikshie@ppk.itb.ac.id atas perbaikan dari tulisan.
Jika anda mendapatkan tulisan ini dalam bentuk tercetak (misalnya
fotocopy-an), anda dapat mengambil aslinya dari:
http://budi.insan.co.id/books/thesis/
Bandung, Juli 2002 - April 2003
.
Budi Rahardjo
Institut Teknologi Bandung
br at paume.itb.ac.id
budi at indocisc.com
2 Terima kasih kepada pak Andriyan suksmono@okabe.rcast.u-tokyo.ac.jp atas infor-
masi link ini
 3


Bab 2
Kesalahan Yang Sering
Terjadi Pada Penulisan
Ilmiah
Engineers can’t write. Insinyur tidak dapat menulis dengan baik1. Apakah
memang benar demikian? Sebetulnya para sarjana atau insinyur ini memi-
liki modal kemampuan menulis. Pasalnya dia harus sering mengemukakan
hasil pekerjaannya kepada rekan kerjanya. Hanya saja kemampuan ini
tidak diasah sehingga tumpul. Seorang insinyur yang memiliki kemampuan
menulis akan lebih sukses daripada seseorang yang tidak memiliki kemam-
puan tersebut.
Banyak kesalahan yang saya jumpai dalam tulisan mahasiswa yang saya
review. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:
• salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
• salah dalam menyusun struktur pelaporan,
• salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan
menjiplak (plagiat),
• salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
• penggunaan Bahasa Indonesia (akan dibahas secara khusus) yang belum
baik dan benar,
• tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar
dan berkesan seenaknya sendiri),
1 Jika dalam tulisan ini saya banyak mengacu kepada insinyur, mohon dimaafkan.
Bukan maksud saya untuk mendiskreditkan ilmuan (scientists), namun tulisan ini bermula
dari kekesalan saya terhadap mahasiswa saya yang notabene adalah calon-calon insinyur.
Tentunya isi tulisan ini dapat juga digunakan oleh orang-orang yang bukan insinyur atau
calon insinyur.
 4


• tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, mar-
gin yang berubah-ubah).
Hal yang menarik dari pengamatan saya adalah mahasiswa seringkali
tidak mau melaporkan kegagalan atau kesalahan yang telah dilakukannya.
Padahal, kegagalan ini perlu dicatat agar hal itu tidak dilakukan oleh orang
lain (yang akan meneruskan penelitian tersebut). Kegagalan bukan sebuah
aib! Seorang peneliti pasti mengalami kegagalan. Jadi laporkanlah kega-
galan tersebut dan analisa atau dugaan anda mengapa hal tersebut bisa
terjadi. Bayangkan thesis anda sebagai peta di hutan belantara. Anda
memberi tanda bagian yang merupakan jalan buntu, jurang, atau sulit di-
lalui. “Penjelajah” berikutnya dapat lebih berhati-hati jika melalui jalan
tersebut.
2.1 Mengantisipasi Pembaca Tulisan
Hal yang sering terlupakan oleh mahasiswa adalah audience atau pembaca
dari tulisannya. Strategi penulisan akan berbeda jika yang membaca adalah
orang yang mengerti teknis (dosen, insinyur, teknisi) dan orang yang kurang
mengerti teknis (umum). Thesis atau laporan tugas akhir ditujukan kepada
orang yang mengerti teknis. Untuk itu isi dari laporan biasanya lebih teknis.
Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan harus pas. Jika anda meng-
ganggap bahwa pembaca seorang yang bodoh, maka pembaca akan merasa
terhina (insulted). Coba pikirkan penjelasan kalimat di bawah ini.
Mari kita misalkan biaya produksi dari perangkat ini dengan
bakso. Jika satu mangkok baso harganya 3000 rupiah, berapa
biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli 1000 mangkok ba-
so.
Bandingkan dengan kalimat di bawah ini.
Mari kita gunakan variabel x sebagai jumlah unit yang akan
diproduksi. Biaya produksi sebuah unit adalah 3000 rupiah.
Maka biaya produksi 1000 unit adalah 1000x.
Dengan menggunakan permisalan mangkok baso, maka anda telah menghi-
na intelektual pembaca! Tentunya contoh di atas terlalu ekstrim. Kasus
yang terjadi tidak seekstrim itu namun mendekati. Misalnya, di bidang
saya (bidang digital), tidak usah menjelesakan Boolean logic pada bagian
pendahuluan dari thesis anda. Anda hanya akan menghabiskan tempat dan
menghina pembaca pada saat yang bersamaan.
Di satu sisi yang lain, ada juga mahasiswa yang menulis dengan san-
gat kompleks sehingga justru sulit dimengerti. Mungkin dalam pikirannya
5


adalah ilmu dan teknologi itu secara prinsip harus sulit, sehingga penje-
lasannya pun harus sulit dimengerti. Penulis yang baik adalah penulis yang
dapat menjelaskan sesuatu yang sulit dengan cara yang sederhana sehingga
mudah dimengerti. Tentunya hal ini dilakukan dengan tanpa merendahkan
intelektual pembaca.
2.2 Kesalahan Struktur
Umumnya struktur dari tulisan yang saya review sudah baik. Namun ada
beberapa kesalahan yang sesekali muncul, seperti:
• tidak ada daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel,
• bagian pendahuluan dan teori-teori pendukung terlalu banyak dita-
mpilkan sehingga mendominasi buku laporan / thesis.
Pernah saya menilai sebuah laporan tugas akhir dimana bagian utamanya
(bagian analisa dan kesimpulan) hanya 10 halaman, sementara bagian pen-
dahuluan dan teori mencapai 90 halaman. Porsi seperti ini tidak seimbang.
Sebaiknya kurangi bagian teori pendukung dan arahkan pembaca untuk
membaca buku referensi saja.
2.3 Penulisan Bagian Abstrak
Abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan dalam format yang sangat
singkat. Untuk makalah, biasanya abstrak itu hanya terdiri dari satu atau
dua paragraf saja. Sementara itu untuk thesis dan tugas akhir, abstrak
biasanya dibatasi satu halaman. Untuk itu isi dari abstrak tidak perlu
“berbunga-bunga” dan berpanjang lebar, cukup langsung kepada intinya
saja. Memang kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana merangkumkan
semua cerita dalam satu halaman. Justru itu tantangannya.
Ada juga tulisan ilmiah yang membutuhkan extended abstract. Kalau
yang ini merupakan abstrak yang lebih panjang, yang biasanya disertai den-
gan data-data yang lebih mendukung. Biasanya extended abstract ini dibu-
tuhkan ketika kita mengirimkan makalah untuk seminar atau konferensi.
2.4 Penulisan Bagian Kesimpulan
Salah satu bagian yang menjadi favorit saya dalam menilai sebuah thesis
atau laporan tugas akhir adalah bagian Kesimpulan. Kesalahan pada bagian
ini sangat mudah dicermati.
Seringkali mahasiswa menuliskan kesimpulan yang sebetulnya bukan hasil
dari penelitian yang dilakukannya. Atau kesimpulan yang dituliskannya
6


tersebut tidak dibuktikan dalam penelitiannya. Tiba-tiba muncul perny-
ataan pada bagian kesimpulan.
Atau, kesimpulannya sebetulnya merupakan common sense, atau penge-
tahuan yang sudah diketahui secara umum. Sebagai contoh, apa yang salah
dari kesimpulan berikut.
Program (software) ini berjalan lebih cepat pada komputer Pen-
tium IV dengan kecepatan 1 GHz, dibandingkan jika dia di-
jalankan di komputer Pentium I I dengan kecepatan 233 MHz.
Kesimpulan seharusnya merupakan hasil penelitian anda. Dengan kata
lain, jika tidak ada penelitian yang anda lakukan maka kesimpulan tersebut
tidak dapat ditarik.
2.5 Layout halaman
Layout halaman merupakan bagian yang sering diabaikan. Memang dia
merupakan masalah yang tidak terlalu penting (minor). Akan tetapi dia
cukup mengganggu pandangan pada saat membaca. Masalah layout tidak
terjadi jika mahasiswa menggunakan document processing system seperti
LATEX [2]. Namun masih banyak mahasiswa yang menggunakan word proces-
sor dan mengarang layout sendiri. Seringkali, dia gagal dalam menampilkan
layout yang baik.
Seringkali institusi pendidikan (universitas) memberikan panduan layout
dari laporan tugas akhir atau thesis. Cari tahu tentang panduan tersebut
dan perhatikan aturan yang diberikan. Jangan seenaknya sendiri!
Peletakan nomor halaman, terutama pada awal Bab, merupakan hal
yang sering mengganggu. Jangan letakkan nomor halaman pada kanan atas
pada awal Bab.
2.6 Pemilihan font
Tulisan resmi, seperti thesis, biasanya menggunakan font “Times Roman”
atau sejenisnya, seperti “Computer Modern” jika menggunakan LATEX. Be-
sarnya dari huruf biasanya 12 point. Namun, perhatikan aturan atau pan-
duan yang berlaku di tempat anda. Jika tidak ada aturan, maka anda
dapat memilih sendiri font tersebut. Namun perlu diingat bahwa tulisan
anda diperuntukan kepada para pembaca. Jadi, buatlah tulisan yang mu-
dah dibaca oleh pembaca (bukan oleh anda sendiri).
2.7 Penulisan rumus matematik
Ini salah satu masalah yang saya hadapi dalam menggunakan word processor
biasa. Penulisan persamaan atau rumus matematik sering dilakukan dengan
7


sembarangan. Porsi antara subscript, superscript, simbol-simbol sering tidak
diperhatikan. Umumnya mahasiswa seenaknya dalam menuliskan rumus-
rumus tersebut.
Penggunaan tools seperti MathType sangat membantu. Namun hal ini
masih jarang dilakukan.
Jika anda menggunakan TEX atau LATEX, maka masalah ini dapat diatasi
karena dia sudah menyesuaikan ukuran simbol-simbol tersebut. Mohon maaf
jika saya bolak balik mengambil referensi LATEX. Hal ini memang disebabkan
dia sangat baik untuk memproses dokumen teknis seperti thesis atau tugas
akhir.
 8


Bab 3
Penggunaan Bahasa
Indonesia
Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah
Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Namun herannya kualitas tulisan
mahasiswa yang saya evaluasi sangat menyedihkan. Dimana salahnya?
Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan thesis atau tu-
gas akhir, antara lain dapat dilihat pada list di bawah ini.
• Membuat kalimat yang panjang sekali sehinggai tidak jelas mana sub-
jek dan predikat. Biasanya kesalahan ini muncul dengan menggunakan
kata “yang” berulang kali.
• Menggunakan bahasa yang “berbunga-bunga” dan tidak langsung to
the point. Pembaca akan lelah membacanya. Mengapa penulis tidak
hemat dengan kata-katanya?
• Membuat kalimat yang tidak ada subjeknya.
• Kurang tepat dalam menggunakan tanda baca. Misalnya, ada tanda
baca titik (atau koma) yang lepas sendirian pada satu baris. (Hal ini
disebabkan karena tanda titik tersebut tidak menempel pada sebuah
kata.)
• Salah dalam cara menuliskan istilah asing atau dalam cara mengadopsi
istilah asing.
• Mencampur-adukkan istilah asing dan bahasa Indonesia sehingga mem-
bingungkan.
• Menuliskan dalam kalimat yang membingungkan (biasanya dalam journal-
journal). Apakah tujuannya adalah mempersulit para reviewer makalah
sehingga makalahnya diloloskan?
9


Selain kesalahan tersebut di atas, ada lagi penggunakan bahasa yang
kurang sesuai dengan selera saya. Mungkin hal ini tidak salah, tapi saya
merasa kurang “pas” dalam membacanya. Contoh yang saya maksud antara
lain menggunakan kata-kata “Sebagaimana yang kita ketahui bersama, ...”.
Jika sudah diketahui bersama, mengapa perlu dieksplorasi berpanjang lebar?
3.1 Bahasa Indonesia dan Istilah Teknis
Ada pendapat bahwa Bahasa Indonesia kurang cocok untuk digunakan dalam
penulisan ilmiah karena banyaknya istilah teknis yang tidak ada padan
katanya di dalam Bahasa Indonesia. Mungkin ini ada benarnya. Namun
harusnya tidak hanya Bahasa Indonesia saja yang memiliki masalah, karena
bahasa lainpun memiliki masalah yang sama.
Kita tidak dapat menyerah untuk tidak menuliskan karya ilmiah dalam
Bahasa Indonesia. Tentunya hal ini dilakukan dengan tidak memaksakan
kehendak dengan menggunakan istilah-istilah yang dipaksakan di-Indonesia-
kan. (Bagian lain akan membahas tentang penulisan istilah asing.)
3.2 Menuliskan istilah asing
Dokumen teknis biasanya penuh dengan istilah-istilah. Apalagi di dunia
Teknik Elektro dimana komputer, telekomunikasi, dan Internet sudah ada
dimana-mana, istilah komputer sangat banyak. Masalahnya adalah apakah
kita terjemahkan istilah tersebut? atau kita biarkan? atau kombinasi?
Ada juga istilah asing yang sebenarnya ada padan katanya di dalam Ba-
hasa Indonesia. Namun mahasiswa sering menggunakan kata asing tersebut
dan meng-Indonesia-kannya. Contoh kata yang sering digunakan adalah ka-
ta “existing” yang diterjemahkan menjadi “eksisting”. Menurut saya, peng-
gunaan kata “eksisting” ini kurang tepat.
Saya sendiri tidak termasuk orang yang suka memaksakan kata-kata Ba-
hasa Indonesia yang sulit dimengerti. Ada beberapa kata yang menurut saya
terasa janggal dan bahkan membingungkan bagi para pembaca. Kata-kata
tersebut antara lain: tunak, mangkus, sangkil. Tahukah anda makna kata
tersebut? Apa padan katanya dalam bahasa Inggris? Mengapa tidak meng-
gunakan kata dalam bahasa Inggrisnya saja? Penerjemahan yang memak-
sakan kehendak ini membuat banyak dosen dan mahasiswa lebih suka meng-
gunakan buku teks dalam bahasa Inggris.
Anekdot. Di dalam pelajaran matematika (trigonometri) yang
menggunakan bahasa Indonesia ada istilah sinus, cosinus, dan
seterusnya. Ketika saya bersekolah di luar negeri dan berdiskusi
dengan kawan (tentunya dalam bahasa Inggris), tidak senga ja
saya mengucapkan kata “sinus”. Mereka bingung. Sinus dalam
10


bahasa Inggris artinya sakit kepala! Memang matematika bisa
membuat sakit kepala, tapi bukan itu yang saya maksud. Ini
salah satu kendala kalau kita memaksakan menggunakan bahasa
kita sendiri. Oh ya, dalam trigonometri yang bahasa Inggris
istilah yang digunakan adalah sine, cosine, dan seterusnya.
Istilah asing atau teknis yang tidak dapat diterjemahkan (atau akan
menyulitkan pembahasan jika diterjemahkan) dapat ditulis dalam bahasa
aslinya dengan menggunakan italics.
11


Bab 4
Mengutip dan Menuliskan
Daftar Pustaka
Kesalahan yang paling sering terjadi dalam pembuatan karya tulis ilmiah
adalah dalam mengutip dan menuliskan daftar pustaka. Seringkali maha-
siswa tidak mau belajar dan tidak mau mencari tahu mengapa daftar pusta-
ka ditulis sedemikian rupa. Mereka lebih sering mencontoh dari thesis atau
tugas akhir sebelumnya tanpa mengetahui aturan sesungguhnya.
4.1 Mengutip
Seringkali penulis malu-malu dalam menuliskan sumber referensinya. Ada
anggapan bahwa semua yang dikerjakannya harus kelihatan orisinal. Pada-
hal mengutip karya orang lain bukanlah sebuah kegiatan yang rendah, bahkan
dia menunjukkan bahwa sang penulis sudah mengerjakan “pekerjaan rumah-
nya”. Jadi jangan ragu-ragu dalam memberikan sumber rujukan.
Salah mengutip dapat berakibat fatal karena penbaca akan menyangka
bahwa pernyataan tersebut merupakan pernyataan penulis atau hasil karya
penulis sendiri. Hal ini dapat dianggap sebagai kegiatan plagiat, atau meny-
ontek kelas kakap. Akibat dari plagiat bisa bermacam-macam:
• dikucilkan dari lingkungan akademis,
• diberikan sangsi akademis,
• dipecat dari perguruan tinggi.
Saya pernah mengevaluasi sebuah laporan tugas akhir dimana satu bab
persis sama dengan satu bab dari tugas akhir orang lain. Ini sama dengan
mencuri dengan jejak yang sangat jelas. Setiap orang yang membaca kedua
tugas akhir tersebut akan dengan jelas melihat persamaannya. Bodoh amat!.
Jangan lakukan hal ini.
 12


Mengutip yang baik biasanya menggunakan paraphrase, yaitu menuliskan
kembali apa yang dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa anda. Ji-
ka hal ini tidak dapat dilakukan, misalnya kata-kata yang dikutip memang
sudah sangat baik (atau sudah sangat populer), maka tuliskan apa adanya
dengan menggunakan tanda kutip.
Menuliskan sumber referensi dalam tulisan dapat dilakukan dengan berma-
cam cara sesuai dengan standar yang digunakan. Di setiap bidang keilmuan
ada journal yang menjadi acuan dalam penulisan. Sebagai contoh, dalam
bidang saya (bidang Teknik Elektro) journal yang terkenal adalah yang dari
IEEE1. Untuk itu standar IEEE2 merupakan standar yang sebaiknya digu-
nakan dalam bidang saya. Di bidang lain, ada standar dari ACM3. Mana
yang lebih baik? Tidak ada yang lebih baik. Ini hanya sekedar standar saja.
Ikuti standar yang digunakan di tempat anda.
Hal yang sering terlupakan juga adalah menuliskan sumber rujukan dari
gambar atau tabel yang diperoleh dari sumber lain. Adanya perangkat
scanner memudahkan kita untuk mengambil gambar dari buku, makalah,
atau sumber referensi lain. Jangan lupa untuk mencantumkan sumbernya.
Juga jangan lupa jaga kualitas dari gambar yang digunakan. Seringkali saya
mendapati gambar yang hampir tidak dapat terbaca. Percuma saja gambar
tersebut dimasukkan ke dalam tulisan anda jika tidak dapat dibaca.
Untuk salah satu standar IEEE, sumber referensi dituliskan dengan
menggunakan tanda kurung kotak seperti contoh ini [Referensi]. Penulisan
“Referensi” dapat dilakukan dengan menggunakan angka, atau singkatan
nama penulis (sesuai dengan aturan tertentu). Tujuan penulisan referensi
ini agar pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak dapat mencari refer-
ensi ini di bagian “Daftar Pustaka” atau “Referensi” yang biasanya terdapat
di bagian akhir dari tulisan. (Standar di tempat lain ada yang menggunakan
footnote sebagai metoda penulisan sumber referensi. Ini sah-sah saja.)
Saya suka menggunakan LATEX, sebuah document processing system,
yang mempermudah penulisan daftar pustaka dan pengorganisasiannya4.
Bahkan dia mengurutkan daftar pustaka secara otomatis. Sayang sekali sis-
tem ini kurang terkenal di Indonesia yang mahasiswanya lebih suka meng-
gunakan wordprocessor tanpa memiliki pengetahuan dasar mengenai layout
penulisan.
4.2 Menuliskan Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi daftar sumber rujukan yang digunakan dalam penulisan
karya ilmiah anda. Untuk itu perhatikan hal ini dalam menuliskan daftar
1 http://www.ieee.org
2 http://www.ece.uiuc.edu/pubs/ref guides/ieee.html
3 http://www.acm.org
4 Tulisan ini juga dibuat dengan menggunakan LATEX.
13


pustaka.
Seringkali ada mahasiswa yang menuliskan referensi yang tidak digu-
nakan (tidak ada rujukan kepada referensi ini) di dalam tulisan. Mungkin
dia melakukannya untuk menunjukkan (pamer?) bahwa dia telah membaca
buku tersebut?. Atau penambahan daftar pustaka ini untuk menggemukkan
(menebalkan) buku thesisnya? Jangan lakukan hal ini. Tuliskan apa adanya.
Jika anda tidak menggunakan buku tersebut, jangan tambahkan di daftar
pustaka.
Sumber rujukan sebaiknya ditulis dalam format yang baik dan rinci se-
hingga pembaca yang akan mencari sumber rujukan tersebut dapat men-
carinya dengan mudah. Standar penulisan bergantung kepada journal atau
media yang akan menerbitkan tulisan tersebut. Sebagai contoh, ada standar
yang menuliskan judul buku dalam format italics (miring). Sementara itu
ada juga journal lain yang tidak mengharuskan demikian. Untuk itu cek
dengan standar yang ada di tempat anda. Untuk thesis atau laporan tugas
akhir, cek dengan perguruan tinggi anda.
Sumber rujukan dituliskan secara berurut. Urutan dapat ditentukan oleh
beberapa hal. Ada journal yang mengurutkan sumber rujukan berdasarkan
urutan munculnya referensi tersebut dalam kutipan di tulisan. Ada juga
yang mengurutkan berdasarkan nama penulis dari sumber referensi. Perlu
diingat bahwa biasanya di dunia internasional, pengurutan nama ini meng-
gunakan nama belakang (last name, family name). Bagi orang Indonesia,
hal ini sering membingungkan karena kita mengurutkan nama dengan dasar
nama depan.
Saya sendiri tidak terlalu pusing dengan melakukan pengurutan ini (ju-
ga dengan format penulisan sumber referensi tersebut) karena saya menggu-
nakan LATEX. Anda bisa melihat hasil yang dilakukan LATEX dengan melihat
layout (termasuk penulisan daftar pustaka) dari tulisan ini.
14


Bab 5
Mempresentasikan Karya
Ilmiah
Jika perkataan itu keluar dari relung hati, maka ia akan masuk
ke relung hati pula. Jika perkataan keluar dari ujung lidah, maka
untuk mencapai telinga pun akan sulit.
Sebuah pepatah yang dikutip dari buku Kumpulan Khutbah
Syaikh Al-Qardhawy.
Suatu saat, saya menjadi penguji dari sebuah presentasi (sidang) the-
sis S2. Bukunya sudah saya periksa beberapa hari sebelum presentasi di-
lakukan. Ternyata bukunya sangat baik. Jarang-jarang saya menemukan
buku thesis yang bagus, tanpa satupun koreksi dari saya. Mahasiswa ini
tahu cara menulis dan menggunakan wordprocessor.
Hari sidang pun dimulai. Sang mahasiswa mulai memberikan presen-
tasi. Namun sayangnya, presentasinya kurang baik. Suaranya terlalu pelan,
tidak menarik. Waktu yang digunakan untuk memberikan presentasi ter-
lalu lama, sehingga membosankan bagi penguji. (Ada batas waktu untuk
memberikan presentasi.) Akhirnya, ketika memberikan penilaian sidang,
saya harus memberikan penilaian presentasi yang tidak maksimal. Melihat
bukunya, saya rasa dia pantas mendapat nilai A+. Namun, presentasinya
membuat nilai dia berkurang. Inilah pentingnya kemampuan mempresen-
tasikan karya ilmiah.
Kemampuan memberikan sebuah presentasi yang baik merupakan modal
yang sangat penting. Jika anda bekerja di sebuah perusahaan, pasti anda
harus memberikan presentasi, baik kepada atasan maupun kepada client dari
perusahaan anda. Jadi kemampuan memberikan presentasi sangat esensial
bagi seorang sarjana.
Demikian pula dalam pertemuan formal, seminar, konferensi, sering
kali saya mendengarkan presentasi yang membosankan. Pembicara yang
berbicara melantur, terlalu lama, tidak menarik, dan membosankan. Men-
15


gapa mereka tidak menyadari hal ini?
Saya sering memberikan presentasi. Menurut saya, presentasi saya cukup
menarik1. Apa yang menyebabkan presentasi saya dianggap baik dan menarik?
Ini yang akan saya bahas pada bab ini.
5.1 Hal-hal yang perlu diperhatikan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita memberikan presen-
tasi, antara lain:
• Audience,
• lamanya waktu presentasi.
Pengetahuan tentang audience dari presentasi sangat penting. Presen-
tasi di depan orang yang mengerti teknis (misalnya dalam sidang thesis
atau tugas akhir) berbeda dengan presentasi di depan manager eksekutif
atau masyarakat umum yang tidak suka detail. Orang yang mengerti tek-
nis akan merasa kesal apabila penjelasan anda terlalu bertele-tele kepada
hal-hal yang tidak esensial dan bahkan berkesan menggurui. Sementara
manager eksekutif akan bosan dan bingung jika anda menggunakan istilah
teknis (dan memberikan rumus matematik yang njlimet).
Menurut saya, yang paling sukar adalah memberikan presentasi di depan
audience yang memiliki latar belakang berbeda. Bagi yang sudah mengerti,
presentasi anda menjadi membosankan. Hal ini terjadi jika kita memberikan
seminar untuk umum. Ini merupakan topik khusus tersendiri.
Penguasaan akan waktu merupakan hal yang penting!. Banyak pem-
bicara yang bagus yang tidak dapat mengendalikan waktunya, biasanya
molor, sehingga memberi dampak negatif. Dampak negatif ini terasa kepa-
da audience, pembicara lain, penguji, dan panitia (jika ini terjadi dalam
sebuah seminar). Usahakan tepat waktu! Justru kepandaian seorang pem-
bicara adalah menepatkan diri dengan waktu yang diberikan. Kemampuan
menjelaskan sesuatu dalam waktu yang singkat merupakan bukti kepanda-
ian dan penguasaan materi oleh presenter tersebut. Hal ini akan saya bahas
kembali pada bagian pelaksanaan presentasi.
Pembahasan selanjutnya akan saya bagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
persiapan dan bagian pelaksanaan presentasi.
1 Mungkin pada versi tulisan selanjutnya ada komentar dari orang lain tentang presen-
tasi saya. Saat ini saya mengomentari diri sendiri saja karena belum ada komentar yang
masuk. Mohon komentar bagi anda yang pernah mendengarkan presentasi saya. Nanti
saya akan masukkan di sini sebagai bukti untuk para pembaca.
16


5.2 Mempersiapkan presentasi
Persiapan sebelum melakukan presentasi merupakan sebuah aktivitas yang
esensial. Seperti halnya pertandingan olah raga, perlu dipersiapkan strate-
gi untuk memenangkan pertandingan. Sebuah tim sepak bola, misalnya,
tidak akan turun ke lapangan tanpa membuat persiapan strategi yang akan
dilakukan. Audience akan dapat menangkap presentasi yang tidak disertai
dengan persiapan yang matang. Percayalah!
Persiapan presentasi meliputi beberapa hal sebagai berikut:
• Mengetahui karakteristik target pendengar (audience) dan jumlahnya;
• jenis presentasi (formal, informal);
5.2.1 Mengetahui target pendengar
Mengetahui target pendengar merupakan salah satu aktivitas yang penting.
Beberapa contoh target yang berbeda antara lain:
• Penguji sidang thesis. Biasanya pendengar adalah orang yang memiliki
pengetahuan teknis cukup tinggi, jadi jangan terlalu berkesan meng-
gurui dan bertele-tele. Jumlah pendengar biasanya sedikit sehingga
presentasi bisa lebih interaktif dan serius.
• Seminar umum. Biasanya jumlahnya banyak dengan latar belakang
yang berbeda-beda. Umumnya mereka ingin belajar dari anda. Untuk
itu perlu anda pikirkan nilai tambah apa yang dapat mereka peroleh
setelah mendengarkan presentasi anda? Mereka pulang mendapatkan
apa? Seminar yang dihadiri oleh pejabat-pejabat, biasanya bersifat
formal meskipun bukan berarti anda tidak dapat melawak.
• Mahasiswa. Seminar umum juga sering dihadiri oleh mahasiswa, tapi
kadang-kadang ada acara khusus yang lebih banyak mahasiswanya.
Untuk acara jenis ini, biasanya pembicaraan harus lebih informal dan
santai (populer), dan dapat disertai dengan humor atau lawakan. Siap-
kan gurauan jika waktunya memungkinkan. Mahasiswa kadang-kadang
responsif terhadap yang sifatnya “hura-hura” namun seringkali tidak
responsif untuk topik yang formal. Pada bagian tanya jawab biasanya
sepi.
5.2.2 Persiapan teknis
Secara teknis, beberapa hal yang perlu dipersiapkan, antara lain:
• Materi presentasi (slide, transparan, materi elektronik, handout atau
makalah yang akan dibagikan);
17


• komputer, notebook, atau perangkat elektronik yang digunakan;
• percobaan presentasi untuk menghitung lamanya waktu presentasi.
Perhatikan bahwa materi presentasi dapat dibaca dengan mudah oleh
pendengar. Handout (fotocopy) seringkali tidak dapat dibaca dengan mudah
karena penggunaan font yang terlalu kecil, atau warna font gelap (misalnya
merah) dengan latar belakang gelap (misalnya biru tua).
Pastikan perangkat elektronik yang digunakan bekerja dengan baik. Ser-
ingkali presentasi tertunda gara-gara  at panel LCD yang digunakan tidak
cocok dengan komputer atau notebook yang digunakan sehingga gambar
tidak muncul di layar.
5.3 Pelaksanaan presentasi
Setelah persiapan anda lakukan, kini tibalah saatnya anda mengeksekusi
rencana yang telah anda siapkan. Dalam melakukan presentasi, perhatikan
hal-hal yang akan dibahas seperti berikut.
5.3.1 Ketepatan waktu
Saya beritahu satu kunci rahasia kesuksesan presentasi saya: tepat waktu!
Saya banyak belajar dan bereksperimen untuk menepatkan waktu sehingga
akhirnya saya punya perasaan (feeling) tentang waktu yang saya butuhkan
untuk mempresentasikan. Satu hal yang paling dib enci oleh pendengar
adalah ketidak-tepatan waktu.
Presentasi yang terlalu cepat selesai tidak baik. Kesan yang dapat ditim-
bulkan adalah pembicara tidak menguasai topik dan terlihat bodoh. Tidak
banyak orang yang memberikan presentasi terlalu cepat selesai, tapi ada.
Saya beberapa kali menemui kasus seperti ini.
Presentasi yang terlalu lama lebih berbahaya! Jika presentasi terlalu
cepat selesai yang terlihat bodoh adalah sang pemberi presentasi, maka
presentasi yang terlalu lama akan memberikan kekesalan kepada pendengar
(selain pembicara terlihat bodoh). Jika pendengar sudah kesal, maka apa
pun yang anda katakan tidak akan didengar lagi. Vonis sudah dijatuhkan.
Nilai anda akan sangat rendah.
Demikian pula dalam memberikan presentasi (di seminar misalnya), jika
kita terlalu banyak berbicara, maka kesan menggurui dan ingin memonopoli
pembicaraan akan muncul. Nilai anda akan jelek. Jangan ada perasaan
bahwa anda harus bicara. (Apa lagi kalau diberi honor seolah-olah kalau
tidak bicara tidak pantas. Tidak demikian!) Bicara seperlunya saja. Jika
memang tidak perlu bicara, ya tidak usah berbicara.
Ketika anda berbicara, perhatikan pendengar. Apabila mereka men-
guap, melihat jam, merenung-renung, mencorat-coret di kertas notes, dan
18


menunjukkan tanda-tanda kejenuhan lainnya, maka percepat presentasi. Se-
lesaikan dengan segera. Biar materi presentasi anda masih banyak, dan
menurut anda sangat penting, sudahi saja karena mereka pun tidak akan
mendengarkan (dan bahkan tambah kesal kepada anda). Tidak ada gunanya
diperpanjang lagi.
Sekali lagi, jangan sekali sekali terlalu lama berbicara. (Lebih baik terlalu
cepat selesai daripada terlalu lama, tapi tentunya lebih baik tepat waktu.)
5.3.2 Tips dalam menghadapi pendengar
Salah satu tugas anda dalam melakuan presentasi adalah menghadapi pen-
dengar (audience). Banyak orang yang gemetar dalam melakukan hal ini.
Memang hal ini tidak mudah dan membutuhkan latihan. Ada beberapa tips
yang dapat saya sampaikan.
• Ketika menjelaskan sebuah slide, kadang-kadang (tidak selalu) anda
perlu menunjuk sesuatu di layar. Tunjukkan bagian itu dengan point-
er, laser pointer, atau jika terpaksa dengan telunjuk. Jangan hanya
mengatakan “seperti ini atau itu” apabila tidak terlalu jelas bagian
mana yang dimaksud. Ada juga mahasiswa yang matanya selalu ter-
paku pada slide di atas OHP sehingga dia tidak tahu bahwa proyeksi
di layar miring-miring atau bahkan posisi slide terlalu bawah sehingga
tidak dapat dilihat oleh pendengar.
• Jangan terlalu sering membelakangi pendengar. Seringkali pembicara
melihat layar dan membelakangi pendengar seolah-olah dia takut bertat-
ap muka dengan pendengarnya.
• Perhatikan raut wajah dari para pendengar. Apakah mereka sudah
bosan? bingung? tersenyum? Jadikan ini menjadi umpan balik bagi
strategi presentasi anda. Seringkali saya mengikuti presentasi thesis
dimana mahasiswa tidak pernah melihat ke arah pendengar. Jika saya
menjadi pembimbing, kadang-kadang saya memberikan kode pada ma-
hasiswa saya untuk mempercepat presentasi jika waktunya sudah habis
sambil menunjuk ke arloji saya. Namun jika sang mahasiswa tersebut
tidak pernah melihat ke arah saya, bagaimana saya bisa memberikan
kode tersebut? Jadi, sekali lagi, lihatlah wajah dari para pendengar.
• Ketika memberikan presentasi, anda harus convincing atau meyakinkan.
Bagaimana pendengar akan percaya dengan apa yang anda presen-
tasikan jika anda sendiri kelihatannya tidak percaya? Namun juga
jangan sampai menjadi berkesan terlalu arogan atau sok tahu.
• Dalam menghadapi pertanyaan, dengarkan dahulu pertanyaannya. Kalau
perlu, catat dahulu pertanyaan tersebut. Jangan cepat-cepat ingin
19


menjawab atau bahkan memotong pertanyaan pendengar, kecuali an-
da merasa penanya ini terlalu berlarut-larut dalam mengutarakan per-
tanyaannya. (Sering kali orang berputar-putar dan tidak to the point
dalam mengutarakan pertanyaan.)
5.4 Tips menggunakan presentasi elektronik
Penggunaan komputer dalam presentasi sudah merupakan hal yang lum-
rah. Bahkan di beberapa institusi, penggunaan komputer merupakan hal
yang standar. Umunya presentasi dilakukan dengan menggunakan program
Microsoft Power Point, meskipun ada program-program lain yang juga da-
pat digunakan. (Saya sendiri mulai menggunakan program presentasi dari
OpenO ce yang dapat diperoleh secara gratis.)
Penggunaan media elektronik ini memiliki karakteristik tertentu yang
harus dikuasai oleh presenter.
• Dalam satu slide, usahakan gunakan kata-kata sesingkat mungkin se-
hingga layar tidak dipenuhi dengan tulisan. Utamakan menggunakan
point form. Penjelasan dari point-point tersebut yang akan anda pre-
sentasikan.
• Font jangan terlalu kecil. Coba anda lihat apakah tulisan anda terbaca
dari pendengar presentasi yang paling belakang.
• Ada yang mengatakan bahwa sebaiknya menggunakan warna back-
ground yang agak gelap (misalnya warna biru). (Jika anda memiliki
referensi yang lebih akurat tentang pendapat ini mohon saya diberi-
tahu sumber referensinya.) Saya sendiri sering kesulitan dengan war-
na biru ini (karena ada beberapa gambar atau gra k yang berlatar
belakang putih sehingga tidak bagus kalau ditampilkan dengan back-
ground biru) dan akhirnya menggunakan warna putih. Warna back-
ground yang terang ini kurang nyaman di mata.
• Jika ada gra k atau diagram, pastikan bahwa tulisannya terbaca. Ser-
ingkali ada gra k-gra k yang tulisannya tidak terbaca sama sekali se-
hingga tidak ada manfaatnya untuk ditampilkan.
• Gunakan satu atau dua contoh jika konsep yang dijelaskan terlalu
membingungkan. Tidak perlu seluruh contoh atau seluruh penjelasan
ditampilkan sehingga contohnya terlalu banyak. Penjelasan yang rinci
atau contoh-contoh lain nanti dapat dijelaskan pada saat presentasi
jika dibutuhkan atau jika ada yang bertanya.

Bibliogra
[1] David F. Breer, editor. Writing and Speaking in the Technology Profes-
sions: a practical guide. IEEE Press, 1992.
[2] Patrick W. Daly Helmut Kopka. A Guide to LATEX: Document Prepar-
taion for Beginners and Advanced Users. Addison-Wesley, 1993.