Sebarkan Ilmu Untuk Indonesia Yang Lebih Maju

MAKALAH KEMAMPUAN DASAR MENGAJAR


Metode Dan Media Pembelajaran Dalam
Standar Proses Pendidikan

Di Susun oleh:

1. Nita Ianiah Suprapto 3243545657



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2010



BAB I 
PENDAHULUAN

Seperti yang telah dikemukakan di muka, metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun ter capai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikanstrategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian system pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran.

BAB II 
PEMBAHASAN 

A. Penggunaan Metode Pembalajaran
Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bias digunakan untuk mengimplementasikan strategi  pembelajaran.
1. Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

Metode caramah  merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga ada factor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya sebelum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka ada belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pemebelajaran ekspositori.

a. Kelebihan Dan Kelemaha Metode Ceramah
Ada beberapa alas an mengapa ceramah sering digunakan. Alsan ini sekaligus merupakan keunggulan metode ini.
1) Ceramah merupakan metode yang ‘murah’ dan ‘mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4) Mmmelalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, mmaka ceramah sudah dapat dilakukan.

Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kekurangan, di antaranya:
1) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemhana yang paling dominant. Sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
2) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah: “penyakit” karena itu, dalam proses penyajiannya guru hanya mengandalkan auditifnya. Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi pemebelajaran melalui pendengarannya.
3) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Serig terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pebelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.
4) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau elum. Walaupun ketika siswa diberi kesepatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin seluruhnya sudah paham.

b. Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah
Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada tehap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.

1) Tahap persiapan
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Proses embelajaran adalah proses yang bertujuan, oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang harus diersiapkan guru.apa  yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran dengan ceramah berakhir
Menentukan pokok-pokok materi yang akan dicermahkan. Keberhasilan suatu ceramah sangat tergantung kepada tingkahat penguasaan guru tentang materi yang akan diceramahkan. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang harus disampaikan sessuai dengan tujuan pembelajaran yang dipersiapkan ilustrasi-ilustrasi yag yag relevan untuk memperjelas informasi yang akan disampaikan.
Mempersiapkan alat Bantu. Alat Bantu sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan persepsi dari siswa. Alat Bantu tersebut misalnya dengan mempersiapkan transparasnsi atau media grafis lainnya untuk eningkatkan kualitas ceramah.

2) Tahap pelaksanaan 
Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan:
a) Langkah pembuka
Langkah pembukaan dalam metode ceraah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentunakn oleh langkah ini. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan ini.
Yakin bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, guru perlu mengemukakan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai oleh siswa. Mengapa siswa harus paham akan tujuan yang ingin dicapai? Oleh karena tujuan akan mengarahkan segala aktivitas siswa, dengan demikian penjelasan tentang tujuan akan merangsang siswa utuk termotivasi mengikuti proses pembelajaran melalui ceramah itu.
Melakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi elajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Guna langkah apersepsi dalam langkah pembukuan ini adalah untuk mempersiapkan secara mental agar siswa mampu dan dapat meneima materi pembelajaran. Ibarat dalam sebuah pesta, kita akan merasa senang dank eras tinggal di pesta manakala seluruh tamu undangan beserta tuan rumah.nya kita kenali dan bahkan akrab dan bersahabat. Sebaliknya, kita ingin cepat keluar atau pulang, bahkan kita tidak ingin menghadiri atau dating ke pesta itu manakala tuan rumah dan seluruh tamu undangan tidak kita kenali. Nah, demikian juga dengan langkah aperse4psi langkah ini pada dasarnya langkah untuk menciptakan kondisi agar materi pelajranan itu mudah masuk dan menempel di otak.

b) Langkah penyajian
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara berturut. Agar ceramah kita berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini ada eberapa hal yang dapat dilakukan:
Menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa. Kontak mata adalah suatu isyarat darii guru agar siswa mau memerhatiakn. Selain itu, kontak mata juga dapat juga berarti sebuah penghargaan diri guru kepada siswa. Siswa yang selalu mendapatkan pandangan dari guru akan merasa dihargai dan diperhatikan. Usahakan walaupun guru harus menulis di papan tuli kontak mata tetap diperhatikan dengan tak berlama-lama menghadap papan tulis atau membuat catatan yang panjang di papan tulis.
Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya guru tidak menggunakan istilah-istilah yang kurang popular. Selain itu, jaga intonasi suara agar seluruh siswa dapat mendengarnya dengan baik.
Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah ditangkap oleh siswa.
Tampilah respons siswa dengan segera. Artinya, sekecil apapun respons siswa harus kita tanggapi. Apabila siswa memberikan respons yang tepat, seeralah kita beri penguatan dengan memberikan semacam pujian yang membanggakan hari. Sedangkan, seandainya siswa memberikanrespons yang kurang tepat, segeralah tunjukkan ahwa respons siswa perlu perbaikan dengan tikan menyinggung perasaan siswa.
Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. Kelas yang kondusif memungkinkan siswa tetap bersemangat dan penuh motivasi untuk belajar. Cara yang dapat digunakan untuk menjaga agar kelas tetap kondusif adalah dengan cara guru menunjukkan sikap yang bersahabat dan akrab, penuh gairah menyampaikan materi pembelajaran, serta sekali-sekali memberikan humor-humor yang segar dan menyenangkan.

c) Langkah mengakhiri atau penutup ceramah.
Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelaaran. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut di antaranya:
Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang abru saja disampaikan.
Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan.
Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.

2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertujukkankepada siswa tentang suatu prses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara liasan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung kebrhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu etode pemebelajaran demonstrasi memilikibeberapa kelebihan, di antaranya:
1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebabsiswa tak hanya mendengarkan, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 
3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pebelajaran.

Disamping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang. Sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bias gagal sehingga dapat menyegbabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilakan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberpaa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat mamakan waktu yang banyak.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-baan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk berkerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

b. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
1) Tahap Persiapan
Padad ahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
Rumuskan tujuan  yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
.persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.

2) Tahap Pelaksanaan
a) Langkah Pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya:
Aturlah temat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapaioleh siswa.
Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oelh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
b) Langkah pelaksanaan demonstrasi
Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi.
Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan
Yakinkan ahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
Erikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari peruses demonstrasi itu.

c) Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai delakukan, proses pebelajran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan peruses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa mamahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakuan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pemebelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab petanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskuasi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru ang erasa kebaratan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: pertama, diskusi merupakan siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; kedua, diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pebelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bias dihindari.
Dilihat dari pengorganisasian materi pemebelajaran, ada perbedaan ang sangat prinsip dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi. Kalau metode ceramah dan demonstrasi. Kalau metode ceramah atau demonstrasi materi pelajaran sudah dirganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal menyampaikannya, maka tidak demikian halnya dengan metode diskusi. Pada meode ini bahan atau materi pemelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara organisir oleh siswa sendiri, oleh karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pemebelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri.
Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelmpok memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
Jenis apa pun diskusi yang digunakan menurut Bridges (1979), dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar (1) setiap siswa dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya; (2) setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain; (3) setiap siswa harus saling memberikan respons; (4) setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting; dan (5) melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.
Kondisi tersebut ditekankan oleh Bridges, seab diskusi merupakan metode pemebelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Strategi ini diharapkan bias mendorong siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah serta dapat mengembangkan pengetahuan siswa.
a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan kegiatan belajar mengajar. 
1) Metode diskusi data merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memebrikan gagasan dan ide-ide.
2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertuka pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3) Dapat melatih siswa utuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bias melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki bebrapa kelemahan, di antaranya:
1) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara
2) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3) Memerlukan waktu yang cukuppanjang, ang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4) Dalam diskusi sering teradi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
b. Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pemebelajaran, antara lain:

1) Diskusi kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses emecahan maslah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber maslah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan maslah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber maslah memberikan tanggapan, dan kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.

2) Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam ke3lompok-kelomok. Jumlah anggota kelompk antara-3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagibagi ke dalam submasalah yang harus dipercahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

3) Symposium
Symposium adalah metode mengajar dengan mebahas suatu persoalan dipandangdari berbagai sudut pandang erdasarkan kehlian. Symposium dilakukan untuk memebrikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah pada penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang diahas, maka symposium diakhiri dengan pembacan kesimpulan hasil kerja ti perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
4) Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dlam diskusi panel audiens tidak telibat secara langsung tetai berperan hanya sekedar peninjau ara panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar disuse panel efektif penugasan siswa disuruh untuk merumuskan hasil embahasan dalam diskusi.

c. Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi
Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu di lakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antarannya:
Merumuskan tujuan yang ingin dicaai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai meti dipahami oleh siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai control dalam pelaksanaan yang jelas dapat dijadikan sebagai control dalam pelaksanaan.
Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan, maka dapat digunakan diskusi panel; sedangkan jika yang diutamakan adaalah mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan, maka symposium dianggap sebagai jenis diskusi yang tepat.
Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pemelajaran atau masalah-masalah yang actual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan seagla fasilitasny, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notuis, dan tim perumus, manakala diperlukan.

2) Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi. 
Mmberikan pengarahan seelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingijn dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengn jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan dan lain sebagainya.
Mengendalikan pembicaraaan kepada pokk persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pebahasan menjadi lebar dan tidak focus.

3) Menutup diskusi
Akhri dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut
Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan baik untuk peraikan selanjutnya.

4. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode pengajar, semulai dapat diartikancara penyajian pengalaman elajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi data digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan sefcara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana khusus misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin yang benarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu eristiwa, penggunaan simulai akan sangat bermanfaat. 

a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya:
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topic yang disimulasikan.
3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahuan, sikan, dan ketarampilanyang diperlukan dalam menhadapi berbagai8 situasi social yang problematis.
5) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pemebelajaran.

Disamping memiliki kelebihan, simulai juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hidburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
b. Jenis-jenis simulasi
Simulasi terdiri dari beberpaa jenis, diantaranya:
1) Sosiodrama
Sosiodrama adalaah metode pembelajaran bermaian peran untuk memecahkan masalah-masalah ang berkaitan dengan fenomena social, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluargayang otoriter, dan lain sebagainya sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan maslah-masalah social serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
2) Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakanuntuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konse4p diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
3) Role playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dri simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi eristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa actual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topic yang dapat diangkat untuk role playing misalnya kejadian seputar pemberontakan G 30 S/PKI, memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai untuk gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi. 
Langkah-langkah Simulasi
1) Persiapan simulasi
Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak di capai oleh simulasi.
Guru memberikan gambaran masalah dlam situasi yang akan disimulasikan.
Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dlam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
Guru memebrikan kesempatan kepada siswa utuk bertanya khususnya pada siswa yang terlihat dlam pemeran simulasi.

2) Pelaksanaan simulasi
Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan. 
Simulasi hendaknya dihentikan ada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

3) Penutup
Melakukan diskusi baik tentang jalannya semulasi maupun materi ferita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memeberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
Merumuskan kesimpulan.

B. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
1. Konsep Dasar Media
Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atua pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.
Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media pembelajaran. Rossi dan Breidle (1966: 3) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televise, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut rossi alat semacam radio dan televise kalau digunakan dan di program untuk pendidikan maka mrupakan media pembelajaran.
Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dan memperleh pengetahuan Gerlach dan Ely (1980: 244) menyatakan: Á medium, conceived is any person, material or eent that establishs condition which enable the learner to acguire knowledge, skill, and attitude.” Menurut Gerlach secara umum media itu eliputi orang, bahan, perlatan, atau ketgiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkansiswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi, dalam pengertian ini media media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetak, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah ketampilan.
Dari dua pengertian diatas, maka tampak pengetian terakhir yang dikemukakan Gerlach lebih luas dibandingkan dengan pengertian yang pertama.
Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televise, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasiyang terdapat pada transparasnsi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, ceritakan yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain sebagaiminya.

2. Pentingnya Media Pembelajaran
Mengajar data dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar. Sedangkan, yang dimaksud dengan belajar itu sendiri adalah proses prubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman langsung dan penglaaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh melalui aktivitas sendiri pada situasi yang sebernarnya. Contohnya, agar siswa belajar bagaimana mengoperasikan computer, maka guru menyediakan computer untuk digunakan oleh siswa; agar siswa memiliki ketarampilan mengendarai kendaraan, maka secara langsung guru membimbing siswamenggunakan kendaraan yang sebenarnya; demikan juga memberikan pengalaman bermain gitar, mengetik, menjahit, dan lain sebagainya, atau mungkin juga pengalaman langsung untuk mempelajari objek atau bahan yang pengalamanlangsung untuk mempelajari objek atau bahan yang dipelajari, contohnya pengalaman langsung melihat dan mempelajari Candi Borobudur, penglaman langsung melihat kerbau di sawah, dilandasan, atau pengalaman langsung mempelajari benda-benda elektronik, dan lain sebagainya.
Pengalaman langsung semacam itu tentu saja merupakan proses belajar yang sangat bermanfaat, sebab dengan mengalami secara langsung kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari.
Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua ahan pelajaran dapat disajikan secara langsung. Untuk mempelajari bagaiman kehidupan makhluk hidup di dasar lautan, atau membelah dada manusia hanya untuk mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, seperti cara kerja jantung ketika memompakan darah. Untuk memebrikan pengalaman belajar semacam itu, guru memerlukan alat Bantu seperti film atau foto-fto dan lain sebagainya. Demikian juga untuk mempunyai keterampilan memberdah atau melakukan operasi pada manusia, pertama kali tidak perlu melakukan pembedahan langsung, akan tetapi dapat menggunakan benda semacam boneka yang mirip dengan manusia. Atau untuk memperoleh keterampilan mengemudikan pesawat ruang angkasa, dalam proses pembelajarannya dapat melakukan simulasi terlebih dahulu dengan pesawat yang mirip dan memiliki karakteristik yang sama.alat yand dapat membantu proses belajar ini yang dimaksud dengan media atau alat peraga pembelajaran.
Untuk memahami eranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut penglaaman (cone of experience). Kerucut pengalaman Edgar Dale ini pada saat ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses erbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahawa. Semakin konkret siswa mempelajari ahan pengajaran, contohnya me3lalui penglaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa.
Selanjutnya uraian setiap pengalaman belajar seperti yang digambarkan dalam kerucut pengalaman tersebut akan dijelaskan berikut ini. 

a. Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Siswa mengalami, pencapaian tujuan. Siswa berhubungan langsung dengan objek yang hendak dipelajaritanpa menggunakan perantara. Karena pengalaman langsung inilah maka ada kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menadi konkret sehingga akan memiliki ketetapan yang tinggi.

b. Penglaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh melalui benda atau kejadian yang dimanipulasi agar mendekati keadaan yang sebenarnya. Pengalaman tiruansudah bukan pengalaman langsung lagi sebab objek yang dipelajari bukan yang asli atau yang sesungguhnya, melainkan benda tiruan yang menyerupai yang benda aslinya. Mempelajari ojek tiruan sangat esar manfaatnya terutama untuk menghindari terjadinya verbalisme. Misalkan siswa akan mempelajari kanguru. Oleh karena binatan tersebut sulit diperoleh apalagi dibawa ke dalam kelas, maka untuk mempelajarinya dapat digunakan model binatang dengan wujud yang sama namun terbuat dari plastic. 



c. Pengalaman melalui drama, yaitu penglaaman yang diperoleh dari kondisi dan situasi yang diciptakan melalui drama (peragaan) dengan menggunakan scenario yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Walaupun siswa tidak mengalamai sescara langsung terhadap kejadian, namun melalui drama, siswa akan lebih menghayati erbagai peran yang disuguhkan. Tujuan belajar melalui drama ini agar siswa memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret.
d. Pengalaman melalui demonstrasi adalah teknik penyampaian informasi melalui peragaan. Kalau dalam drama siswa terlibat secara langsung dalam masalah yang dipelajari walaupun bukan dlam situasi nyata, maka pengalaman melalui demonstrasi siswa hanya melihat peragaan orang lain.

e. Pengalaman wisata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari melalui wisata siswa dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan bertannya tentang hal-hal yang dikunjungi. Selanjutnya pengalaman yang diperoleh dicatat dan disusun dalam cerita/akalah secara sistematis. Isi catatan disesuaikan dengan tujuan kegiatan ini

f. Pengalaman melalui peeran. Pemeran adalah usaha untuk menunjukkan hasil karya. Melalui pemeran siswa dapat mengamati hal-hal yang ingin dipelajari seperti karya seni baik seni tulis, modern dengan berbagai ceara kerjanya.pemeran lebih abstrak sifatnya dibandingkan dengan wisata, sebab pengalaman ang diperoleh hanya terbatas pada kegiatan mengamati wujud benda itu sendiri. Namun demikain, untuk memperoleh wawasan, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pemandu dan membaca leaflet atau booklet  yang disediakan penyelenggara.

g. Penglaman melalui televise merupakan pengalaman tidak langsung, sebab televise merupakan perantara. Melalui televise siswa dapat menyaksikan erbagai peristiwa yang ditayangkan dari jarak jauh sesuai dengan program yang dirancang.

h. Pengalamann melaui gambar hidup dan film. Gambar hidup atau film merupakan rangkaian gambar mati yang diproyaksikan pada layer dengan kecepatan tertentu. Dengan mengamati film siswa dapat belajar sendiri, walaupun ahan belajarnya terbatas sesuai de4ngan naskah yang disusun.

i. Penglaaman melalui radio, tape recorder dan gambar. Pengalaman melalui media ini sifatnya lebih abstrak disbandingkan pengalaman melalui gambar hidup sebab hanya mengadalkan salah satu indra saja yaitu indra pendengaran atau indra penglihatan saja.

j. Pengalaman melalui lambang-lambang visual seperti grafik, gambar, dan bagan. Sebagai alat komunikasi lambang visual dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa. Siswa lebih dapat memahami berbagai perkembngan atau struktur melalui bagan dan lambing visual lainnya.

k. Penglaman melalui lambang verbal, merupakan pengalaman yang sifatnya lebih abstrak. Sebab, siswa memperoleh pengalamanhanya melalui bahasa baik lisan maupun tulisan. Kemungkinan terjadinya verbalisme sebagai akibat dari perolehan pengalaman melalui lambang verbal sangat besar. Oleh seab itu, sebaiknya penggunaan bahasa verbal harus disetai dengan penggunaan media lain.

Apabila kita perhatikan kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan diperoleh; semakin tidak langsung pengetahuan tu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa.
Dari gambaran kerucut pengalaman tersebut, siswa akan lebih konkret memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung melalaui enda-benda tiruan, pengalaman melalui drama, domonstrasi wisata dan melalui pemeran. Hal ini memungkinkan karena siswa dapat secara langsung berhubgungan dengan objek yang dipelajari sedangkan siswa akan lebih abstrak memperoleh pengetahuan melalui benda atau alat perantara seperti televise, gambar hidup/film, radio atau tape recorder, lambang visual, lambang verbal.
Memerhatikan kerangka pengetahuan ini, maka kedudukan komponen media pengajaran dalam system proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab, tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat seta mudah dipahami.

3. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran
Perolehan pengetahuan siswa seperti digambarkan Edgar Dale menunjukkan bahwa pengatahuan akan semakin abstrak apabila ana disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut. Hal semacam ini dapat menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh seab itu sebaiknya diusahakan agar penglaman siswa menjadi lebih konkret, pesan ang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, dilakukan melalui kegiatan yang dapat mendekatkan siswa dengan kondisi yang sebenarnya.
Hal lain, menyampaikan informasi yang hanya melalui bahasa verbal selain dapat menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi, juga gairah siswa untuk menangkap pesan akan semakin kurang, karena siswa kurang diajak berpikir dan menghayati pesan yang disampaikan, padahal untuk memahami sesuatu perlu keterlibatan siswa baik fisik maupun psikis.
Namun, pada kenyataannya memebrikan pengalaman langsung kepada siswa bukan sesuatu yang mudah bukan hanya menyangkut kepada siswa bukan sesuatu yang mudah bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu saja yang dapat menjadi kendala, akan tetapi memang ada sejumlah pengalaman yang sangat tidak mungkin dipelajari secara langsung oleh siswa. Katakanlah ketika guru ingin memebrikan informasi tentang kehidupan didasar laut, maka tidak mungkinpengalamn tersebut diperoleh secara langsung oleh siswa. Oleh karena itu, peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menggunakan film, televise, atau gambar untuk memebrikan iformasi yang lebih baik kepada siswa. Melalui media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bias lebih menjadi konkret.
Memerhatikan penjelsan diatas, maka secara khusus media pemebelajaran memiliki fungsi dan berperan untuk:

a. Mengangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat di abadikan dengan foto, film,atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan. Guru dapat menjelaskan roses terjadinya gerhana matahari yang langka melalui hasil rekaman video. Atau, bagaimana roses perkembangan ulat enjadikupu-kupu; proses perkembangan bayi dalam rahim dari mulai sel telur dibuahi hingga menjadi embrio dan berkembang menjadi bayi. Demikian juga dalam pelajaran IPS guru dapat menjelaskan bagaimana terjadinya peristiwa proklamasi melalui tayangan film dan lain sebagainya.

b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
Melalui media pemelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipelajari dan dapat mengilangkan verbalisme. Misalkan untuk menyampaikan bahan pelajaran tentang system peredaran darah pada manusia dapat disajikan melalui film.
Selain itu, media pembelajaran juga bias membantu menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan menggunakan mata telanjang. Benda atau objek yang terlalu besar misalkan alat-alat perang, berbagai binatang buas, benda-benda langit, dan lain sebagainya. Untuk menampilakan objek tersebut guru dapat memanfaatkan film slide, foto-foto, atau gambar. Benda-benda yang terlalu kecil, misalkan bakteri, jamur, virus dan lain sebagainya. Untuk mempelajari objek tersebut dapat memanfaatkan mikrosekop, atau microprojector.
Untuk memanipulasi keadaan, juga media pembelajaran dapat menampilkan suatu proses atau gerakan yang terlalau cepat yang sulit diikuti seperti gerakan mobil, gerakan kapal terbang, gerakan-gerakan pelari atau gerakan yang sedang berolah raga; atau sebaliknya dapat mempercepat gerakan-gerakan yang lambat, seperti ger akan pertumbuhan taman, perubahan warna zat, dan lain sebgainya.

c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhtian siswa terhadap materi pemebelajaran dapat lebih meningkat. Sebagai contoh sebelum menjelaskan materi pelajaran tentang polusi, untuk dapat menarik pethatian siswa terdapat topic tersebut, maka guru memutar film terlebih dahulu tentang banjir atau tentang kotoran limbah industri dan lain sebagainya.
Dari beberapa fungsi diatas, maka media pembelajaran meiliki nilai praktis sebagai berikut:
Pertama, media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.
Kedua, media dapat mengatasi batas ruang kelas. Hal ini terutama untuk menyajikan ;bahan belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta. Dalam kondisi ini media dapat berfungsi untuk:
a. Menampilkan objek yang terlalu besar untuk dibawa kedalam kelas.
b. Memperbesar serta memperjelas objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat oleh mata telanjang, seperti sel-sel butir darah/molekul bakteri dan sebagainya.
c. Mempercepat gerakan suatu proses yang terlalu lambat sehingga dapat dilihatkan  dalam waktu yang lebih cepat.
d. Memperlambat proses gerakan yang terlalu cepat.
e. Menyederhanakan suatu objek yang terlalu kompleks. Memperjelas bunyi-bunyian yang sangat lemah sehingga dapat ditangkap oleh teling.

Ketiga, media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan.
Keempat, media dapat mengsilkan keseragaman pengamatan.
Kelima, media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.
Keenam,  media dapat membangkitakan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik.
Ketujuh,  media dapat membangkitakan keinginan dan minat baru.
Kedelapan, media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
Kesembilan, media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkret sampai yang abstrak.

4. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.

a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi kedalam:
1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsure suara, seperti radio atau media yag hanya memiliki unsure suara, seperti radio dan reakaman suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsure suara. Yag termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparasnsi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
3) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain menggunakan unsure suara juga mengandung unsure gambar yang bias dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsure media yang pertama dan kedua.

b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam : 
1) Media yang mejmiliki liput yang las dan serentak seperti radio dan televise. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian yang actual secara serentak tanpa harus menggunakanruangan khusus.
2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas leh ruang dan waktu seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
1) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan lain sebagainya jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparasi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini. Maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa. 

5. Prinsip-prinsip Pnggunaan Media
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dlampenggunaan media pada setia kegiatan belajar mengajar adaalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami ateri pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru. Contohnya, oleh karena guru kurang menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, maka guru persiapkan media OHT, dan oleh sebab OHT digunakan untuk kepentingan guru, maka transparansi tidak didesain dengan menggunakan prinsip-prinsip media pembelajaran, melainkan seluruh pesan yang ingin disampaikan dituliskan pada transparan hingga menyerupai koran.
Kejadian lain yang sering terjadi adalah ketika guru menggunakan media film atau melakukan karyawisata. Oleh karena media digunakan tidak diarahkan untuk mempermudah belajr, maka aik film maupun karyawisata sering hanya dijadikan sebagai media hiburan saja.
Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, di antaranya:

a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai ddan diarahkan untuk mencfapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar utuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Media yang akan digunakanharuys sesuai dengan materi pembelajaran. Sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompksan. Meida yang akan digunakanharus sesuai dengan kompleksitas materi pemelajaran. Contohnya untuk membelajarkan siswa memahami pertumbuhan jumlah pandduduki di Indonesia, maka guru perlu mempersiapkan semacam grafik yang mencerminkan pertumbuhan itu.

c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengarkan yang kurang baik, akan sulit memahami pelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang. Akan sulit menangkap bahan pemebelajaran yang disajikan melalui media visual. Setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda. Guru perlu memerhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.

d. Media yang akan diguanakan harus memerhatikan efektivitas dan efisiensi. Edia yang memrluian peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yag dirancang guru perlu memerhatiakn efektivitas penggunanya.

e. Media yang diguanakn harus sesuai dengan kemampuan guru dalam engoperasikannya. Sering media yang kompleks terurama media-media mutakhir seperti media computer, LCD, dan media elektronik lainnya memerlukan kemampuan khusus dlam mengoperasikannya. Media secanggih apapun tidak akanbisa menolong tanpa kemampuan teknis mengoperasikan dan memanfaatkan media yang akan digunakan. Hal ini perlu ditekankan, sebab sering guru melakukan kesalahan-kesalahan yang prinsip dlam menggunakan media pembelajaran yang pada akhirnya penggunaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar, malah sebaliknya mempersulit siswa.

6. Suber Belajar
Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 
Dalam proses penyusunan perencanaan program pemebelajaran.guru perlu menetapkan sumber apa yang dapat digunakanoleh siswa agar meraka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam pengajaran tradisional, guru sering hanya menetapkan buku sebagai sember belajar. Itu pun biasanya terbatas hanya dari salah satu buu tertentu saja. Dalamproses pembalajaran yang dianggap modern sesuai tuntutan standar proses pendidikan dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi, maka sebaiknya guru memanfaatkan sumber0sumber lain selain buku. Hal ini penting, sebab penggunaan salah satu sumber tertentu saja, akan membuat pengetahuan siswa terbatas dari satu sumber yang ditetapkan itu.
Beberapa sumber elajar yang bias dimanfaatkan oleh guru khususnya dalam setting  proses pembelajaran di dalam kelas di antaranya adalah:

a. Manusia sumber
Manusia merupakan summer utama dalam proses pembelajaran. Dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat memanfaaatkannya dalam setting proses belajar mengajar. Misalkan untuk empelajari undang-undang lalu lintas, guru biasa menggunakan polisi lalulintas sebagi sumber belajar utama siswa. Demikian juga untuk mempelajari topic yang berhubungan dengan kesehatan, guru dapat memanfaatkan tenaga medis seperti dokter atau perawat kesehatan.
Memang pemanfaatan manusia sebagai sumber belajar oleh guru khususwnya dalam setting  proses belajar mengajar di dalam kelas, masih belum memasyarakat. Selama ini  penggunaan manusia sumber baru digunakan diluar kelas, itupun masihsangat terbatas. Akan tetapi dalam proses pendidikan modern, hal ini perlu dicoba. Sebab, penggunaan manusia sumber secara langsung akan menamah motivasi belajar serta akan menambah waasan yang luas, di samping dapat menghindari terjadinya salah persepsi.

b. Alat dan Bahan Pengajaran
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu guru sedangkan bahan pengajaran adalah segala sesuatu yang mengandung pesan ang akan disampaikan kepada siswa. Alat dan bahan biasanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Yang menjadiahan pelajaran di antaranya, adalah buku-buku, majalah, koran dan bahan cetak lainnya transparasi yang telah berisi pesan yang akan disampaikan, film slide, foto, gambar, dan lain sebgainya. Sedangkan yang termasuk pada alat adalah seperti overhead projector (OHP) atau alat pewayang pandang (OHP) untuk memproyeksikan transparansi, slide projekctor untuk menayangkan film slide, tape, video player memutar kaset audio dan kaset video, dan lain sebagainya.

c. Berbagai Aktivitas dan Kegiatan
  Yang dimaksud aktivitas adalah segala perbuatan yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitsi kegiatan belajar siswa seperti kegiatan diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan, dan lain sebagainya.

d. Lingkungan atau Setting
Adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar. Misalnya, gedung sekolah, perpustakaan laboratorium, taman, kantin sekolah, dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pemebelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemebelajaran. Dengan menggunakan media komunikasi bukan saa dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bias membuat proses pembelajaran lebih menarik
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komonen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa meteri pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadikegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran dan dipahami dengan baik oleh siswa; lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pemebelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana